Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
Aku memeluk Jonathan, menyandarkan kepalaku di dadanya yang bidang, aku yang keras kepala menjadi jinak, dan juga lembut, semua ini demi agar aku bisa bersama dengannya.
Demi Jonathan, meskipun neneknya mengintimidasi dan menolak aku, aku bisa menerimanya.
Demi pernikahan, aku hidup dengan rendah hati, asal Jonathan mencintaiku, maka semua itu layak untuk diperjuangkan.
Setiap hari Jonathan bangun sangat pagi, setiap kali dia selalu menyuruhku untuk tidur lebih lama, tapi perutku semakin membesar, ada kalanya saat terbangun di pagi hari jadi tidak bisa tidur lagi, dan ingin jalan-jalan pagi saja.
Kamar nenek Jonathan berada tepat di depan tangga, setiap kali turun, selalu melewatinya, terkadang pintunya terbuka, dan aroma citrus akan tercium dari dalam.
Biasanya aku tidak berani masuk kamarnya, karena takut dia marah. Aku selalu turun begitu saja, hari ini pun tidak berbeda, saat kakiku menapak di dasar anak tangga, aku samar-samar mendengar suara Jonathan dari kamar neneknya.
Kelihatannya hari ini aku bangun sangat pagi, Jonathan belum pergi ke kantor.
Aku berbalik, dan berjalan perlahan ke arah pintu kamar nenek, pintunya sedikit terbuka, aku mendengar suara nenek dari dalam berkata: "Jonathan, kamu suruh Christine untuk melakukan tes paternitas!"
Jonathan terdiam.
"Keluarga kita tidak bisa menerima anak yang asal usulnya tidak jelas, seumur hidup nenek tidak pernah memohon kepada siapapun, sekarang ini nenek memohon kepadamu, demi kelanjutan darah daging keluarga kita, kamu suruh Christine untuk melakukan tes." Perkataan nenek seakan seperti sebuah jarum menusuk ke dalam jantungku, dan saat ini terasa begitu sakit.
"Aku mengerti." Setelah itu Jonathan kembali berkata: "Kalau tidak ada apa-apa lagi, aku pergi ke kantor dulu."
"Pergilah setelah sarapan." Nenek mengingatkan.
Aku takut bertemu dengan Jonathan saat dia keluar dari kamar itu, aku cepat-cepat kembali ke kamar, dan menutup pintu perlahan, aku meletakkan tanganku di atas jantungku yang berdegup kencang, terasa amat sakit.
Kenapa barusan Jonathan tidak menyangkal tentang masalah DNA, jangan-jangan dia juga mencurigai kalau anak di dalam kandunganku ini bukan miliknya? Kalau dia memang curiga, kenapa dia tidak mengatakan apapun, apa dia pikir aku tidak jujur, setelah menghilang selama empat bulan, siapa yang bisa menjamin aku dan Yoga tidak ada hubungan tersembunyi.
Aku mengerti, dalam hati Jonathan pun ragu, tapi dia tidak berani mengutarakannya.
Semakin memikirkannya, aku merengkuh dadaku yang sesak, dan bersandar ke pintu, berusaha menegarkan diri untuk tidak meneteskan air mata.
Dan terus begitu hingga kudengar suara pintu gerbang depan terbuka perlahan, aku menuju ke arah jendela, dan melihat mobil Jonathan perlahan meninggalkan rumah keluarga Chandra.
Aku merasa terluka, semua ini berawal dari Yoga, dia menghancurkan pernikahanku selama tiga tahun, sekarang karena menculik aku, dia juga menghancurkan pernikahan keduaku, kenapa dia begitu kejam?
Tidak, semua ini kesalahan Cynthia, wanita ular yang sudah kuhancurkan mimpinya untuk menikah dengan Jonathan.
Aku tidak akan membiarkannya melukaiku lagi, dan juga anakku.
Aku membuka laci, mengambil pen perekam, pergi menuju ke kamar nenek, aku akan meminta nenek mendengar apa yang ada di dalam pen perekam itu.
Nenek Jonathan menatapku dengan curiga, setelah mendengar percakapan di pen perekam, ekspresi curiganya semakin bertambah parah, lalu dia menyimpan pen perekamku.
"Siapa yang tahu apa yang direkam disini itu benar atau palsu, apa kamu tahu kalau fitnah juga merupakan kejahatan." Setelah nenek berkata dengan dingin, dia melotot ke arahku dan berkata: "Keluar! Jangan pernah kamu datang ke kamarku lagi."
"Nenek, kalau nenek berpikir saya memfitnah, kembalikan pen perekamku, saya yakin ada orang yang bisa membedakan apa percakapan di dalam pena itu palsu atau asli." Aku membalas tatapannya dengan lembut.
Nenek memelototiku dengan dingin, seakan ingin beradu mulut denganku, kalau begitu aku tidak perlu merendah. Aku meregangkan kepala, meniyisir rambutku dengan jari, aku tidak perlu sungkan lagi.
"Sikap macam apa yang kamu gunakan ketika berbicara denganku?" Nada suara nenek Jonathan meninggi, memaki aku dengan keras.
Aku tersenyum simpul, "Untuk membenarkan, saya rasa saya sudah cukup sopan terhadap anda, tidak sekali pun saya pernah berteriak."
"Kamu..... tidak berpendidikan." Perkataan nenek ini, saat pertama kali kami bertemu sudah pernah dilontarkan kepadaku saat dia memunggungiku, aku mengatupkan mulut erat, berpura-pura seakan tidak peduli.
"Untuk apa saya berpendidikan, saya ini seorang wanita tidak tahu malu, kalau tidak bagaimana saya bisa berada di atas ranjang Jonathan, dan dengan muka tebal mengandung seorang anak. Kalau saya ini seorang wanita berpendidikan, seharusnya saya berada di rumah, menunggu kalian keluarga Chandra datang mencari saya, bertunangan, lalu dengan bahagia masuk menjadi bagian keluarga ini. Nenek, menurut nenek, bukankah itu masuk akal?" Balasanku ini membuat amarah orang tua ini meningkat tajam.
Aku tidak ingin berkelahi dengannya, lagipula aku juga sudah menjadi istri sah Jonathan, dan hamil anaknya, seharusnya meskipun marah, aku harus bisa menerimanya.
Tapi dia sungguh keterlaluan, meminta aku melakukan tes DNA, menyindirku, memakiku, dan menginjak-injak harga diriku.
Aku juga manusia biasa, aku punya perasaan, punya harga diri, meskipun aku tidak bisa menjadi sama seperti waktu sebelum menikah, tapi aku tidak bisa membiarkan orang lain menggertakku seperti ini.
"Keluar, cepat keluar dari kamarku." Nenek Jonathan menunjuk ke arah pintu, dan mengusirku tanpa sungkan.
"Jangan marah-marah, ingat tekanan darah nenek." Aku berkata pelan, "Nenek, kembalikan pen perekamku! Kalau aku tinggalkan disini, aku khawatir Nona Cynthia tahu benda itu ada di nenek, dan dia akan memasukkan nenek ke dalam target balas dendamnya, itu akan menjadi buruk."
"Aku yang membesarkan Cynthia, dia lebih baik darimu tidak tahu berapa kali lipat." Kebencian nenek Jonathan kepadaku sudah merasuk ke dalam sumsum tulangnya, meskipun dia mendengar tentang kebusukan Cynthia, dia tetap akan percaya pada Cynthia.
Aku tahu, aku seorang wanita yang tidak punya uang dan tidak memilik latar belakang apapun, pernah menjadi seorang model, pernah bercerai, dan belum lama ini karena tipu muslihat Cynthia, aku diculik selama beberapa bulan, dia pasti berprasangka buruk kepadaku karena suatu alasan.
Dan karena emosiku, setiap kali mendengar sindirannya, dan makiannya, aku sudah tidak inigin menjadi cucu menantu yang baik, anggap saja aku bisa menunjukan kebaikanku, di hadapan orang tua ini, dia juga tidak akan pernah melihatnya.
Aku tidak perlu membuat diriku menjadi sangat menyedihkan.
Nenek ingin menyimpan pen perekam itu, aku pun tidak bisa berkata apa-apa lagi, saat aku akan memberikan kepadanya, aku sudah merekamnya dengan ponselku, meskipun suaranya tidak sejernih alat perekam itu, tapi masih bisa terdengar jelas.
"Nenek, saya keluar dulu." Aku tersenyum tipis, tapi hatiku terasa begitu tegang.
"Pergi." Nenek Jonathan mengusirku dengan keras.
Aku keluar dari kamar, dan turun untuk sarapan, kemudian menelepon Cynthia, mengajaknya bertemu, waktunya telah tiba untuk membicarakan soal penculikanku.
Cynthia memintaku menunggu di halaman rumah Chandra, dia berkata ingin bertemu dengan nenek.
Sopan dan ramah sekali, nenek!
Ada sebuah ironi di dalam hatiku, kemudian aku duduk di halaman. Setengah jam kemudian, Cynthia datang dan duduk di bangku batu di seberangku.
Dia mengerutkan dahi, kemudian tersenyum, "Yoga benar-benar tidak berguna, mengunci seorang wanita saja tidak becus."
"Cynthia, kamu menyusun rencana untukku tahap demi tahap, apa itu menarik?" Aku bertanya.
"Setiap kali kamu naik ke ranjang Kak Jonathan, dan melakukan trik, menurutmu itu menarik?" Kebencian tersirat di kedua sorot mata Cynthia yang sedang menatap ke arahku, api kemarahan menyala-nyala di matanya, seakan dia berusaha untuk menelanku bulat-bulat.
"Aku dan Jonathan suami istri secara sah, kegiatan apa yang kami lakukan, sepertinya semua berada di bawah perlindungan hukum, bagaimana denganmu, ditiduri Sean, diambil fotomu, apa juga di lindungi hukum." Begitu aku berkata demikian, Cynthia terperanjat.
"Kamu bicara ngawur apa?" Dia tampak panik, seakan seperti disodok kesakitan, dia berteriak histeris kepadaku. Dia yang tidak pernah mengerti apa itu sakit, tentu tidak akan pernah mengerti arti kesakitan.
Aku mengeluarkan ponselku dengan santai, dan memutar rekaman itu.
Saat mendengarnya, wajah Cynthia menjadi pucat, lalu dia merebut ponselku, dan berusaha untuk membantingnya, aku mencegahnya, "Cynthia, kamu merusak ponselku juga tidak ada gunanya, pen perekamnya ada di nenek, rekamannya lebih jernih."
"Kamu memperdengarkannya ke nenek?" Cynthia melotot dengan marah kepadaku, syaraf-syaraf di sekitar mulutnya mulai tegang, lalu dia menggelengkan kepala, "Nenek tidak akan percaya, pasti tidak akan percaya."
"Kalau nenek tidak percaya, kenapa dia memintanya?" Aku balik bertanya.
"Itu hanya sebuah rekaman, dan kamu mau mengancamku dengan ponsel butut itu?" Cynthia melirik aku, "Bagaiman bisa aku seorang Cynthia merasa tergertak olehmu."
"Hanya sebuah rekaman, tentu tidak akan cukup untuk menggertakmu. Yang penting adalah martabatmu, masalah soal kamu tidur dengan Sean, kalau tidak sengaja bocor keluar, menurutmu, bagaimana dengan nama baik keluarga Wijaya?" Aku sengaja berkata seperti ini, tertawa, "Kalau Sean tidak bisa menjaga foto-foto itu baik-baik, dan tersebar keluar, tubuh Nona Cynthia, pasti akan menjadi bayangan fantasi banyak orang di luar sana."
"Kamu berani mengancamku?" Tanya Cynthia dengan sengit.
"Bukan mengancam, hanya membicarakan masa depan kita satu sama lain." Aku menjawabnya santai, sejujurnya, aku tidak percaya diri untuk menggertaknya, tapi reaksi Cynthia tampak begitu keras.
"Christine, beraninya kamu menggertakku?" Kedua mata Cynthia menyipit melihat ke arahku.
"Kamu sudah merencanakan berbagai macam hal buruk di belakangku, aku tidak perlu menghitungnya bukan?" Aku menggigit bibriku, berusaha untuk menahan senyum yang mulai merekah, dan membalas tatapan Cynthia.
Aku Christine tidak pernah menerima kesengsaraan yang begitu banyak semenjak aku kecil, beberapa waktu terakhir ini, dia sudah melakukan berbagai macam tipu daya kepadaku, aku akan mengembalikan kepadanya satu per satu.
Saat ini, Bi Inem yang mengurus rumah perlahan datang mendekat dan memanggil: "Nona Cynthia, Nyonya besar memanggil non ke atas!"
Raut wajah Cynthia berubah, dia berbalik, dan dengan langkah berat menuju ke atas.
Aku tidak tahu kenapa nenek Jonathan memanggil Cynthia ke atas, mungkin dia berusaha untuk memikirkan cara menyingkirkanku secepat mungkin, karena aku sudah membuat masalah di keluarga Chandra.
Aku tertawa puas, Christine oh Christine, kenapa kamu bisa berubah sedemikian rupa hingga membuat orang kesal.
Saat Cynthia turun, raut wajahnya terlihat buruk, dia segera menyetir mobil meninggalkan rumah keluarga Chandra meninggalkan asap kendaraan di belakangnya.
Aku menutupi hidungku, batuk beberapa kali, perlahan naik ke atas.
Rumah keluarga Chandra sangat besar, sangat tenang, ruang tamu, lantai atas, kesunyiannya membuatku bisa mendengar degup jantungku sendiri.
Aku merasa kalau aku membicarakan soal DNA ini dengan Jonathan, tidak membicarakannya di rumah keluarga Chandra, tapi membicarakannya di kantor. Aku menyanggah perutku, dan keluar dari rumah keluarga Chandra, memanggil taksi menuju ke kantor.
Setelah turun dari mobil, aku mendongak dan melihat gedung pencakar langit yang tinggi itu, dan berjalan masuk, kemudian naik melalui elevator, menuju ke ruang kantor Jonathan.
Sekretarisnya yang peka itu langsung menyadari kehadiranku, keterkejutan tersirat di wajahnya, dan dia menganggukan kepala kemudian menyapa: "Nyonya, lama tak berjumpa."
"Aku mencari Jonathan." Setelah aku menyampaikan maksud tujuanku, sekretaris itu berkata: "Nyonya, saat ini Bos sedang bertemu dengan seorang klien membicarakan sesuatu, Nyonya silahkan tunggu sebentar."
Sekretaris itu mempersilahkanku untuk duduk di sofa.
Aku mengangguk, kemudian duduk menunggu Jonathan.
Setengah jam setelah menunggu, pintu kantor Jonathan perlahan terbuka, Jonathan keluar bersama dengan Frederik, senyumnya merekah. Saat melihatku, dia tampak tertegun.
Novel Terkait
Mi Amor
TakashiI'm Rich Man
HartantoMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangTen Years
VivianCEO Daddy
TantoSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)