Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain

Aku memeluk Jonathan, menyandarkan kepalaku di dadanya yang bidang, aku yang keras kepala menjadi jinak, dan juga lembut, semua ini demi agar aku bisa bersama dengannya.

Demi Jonathan, meskipun neneknya mengintimidasi dan menolak aku, aku bisa menerimanya.

Demi pernikahan, aku hidup dengan rendah hati, asal Jonathan mencintaiku, maka semua itu layak untuk diperjuangkan.

Setiap hari Jonathan bangun sangat pagi, setiap kali dia selalu menyuruhku untuk tidur lebih lama, tapi perutku semakin membesar, ada kalanya saat terbangun di pagi hari jadi tidak bisa tidur lagi, dan ingin jalan-jalan pagi saja.

Kamar nenek Jonathan berada tepat di depan tangga, setiap kali turun, selalu melewatinya, terkadang pintunya terbuka, dan aroma citrus akan tercium dari dalam.

Biasanya aku tidak berani masuk kamarnya, karena takut dia marah. Aku selalu turun begitu saja, hari ini pun tidak berbeda, saat kakiku menapak di dasar anak tangga, aku samar-samar mendengar suara Jonathan dari kamar neneknya.

Kelihatannya hari ini aku bangun sangat pagi, Jonathan belum pergi ke kantor.

Aku berbalik, dan berjalan perlahan ke arah pintu kamar nenek, pintunya sedikit terbuka, aku mendengar suara nenek dari dalam berkata: "Jonathan, kamu suruh Christine untuk melakukan tes paternitas!"

Jonathan terdiam.

"Keluarga kita tidak bisa menerima anak yang asal usulnya tidak jelas, seumur hidup nenek tidak pernah memohon kepada siapapun, sekarang ini nenek memohon kepadamu, demi kelanjutan darah daging keluarga kita, kamu suruh Christine untuk melakukan tes." Perkataan nenek seakan seperti sebuah jarum menusuk ke dalam jantungku, dan saat ini terasa begitu sakit.

"Aku mengerti." Setelah itu Jonathan kembali berkata: "Kalau tidak ada apa-apa lagi, aku pergi ke kantor dulu."

"Pergilah setelah sarapan." Nenek mengingatkan.

Aku takut bertemu dengan Jonathan saat dia keluar dari kamar itu, aku cepat-cepat kembali ke kamar, dan menutup pintu perlahan, aku meletakkan tanganku di atas jantungku yang berdegup kencang, terasa amat sakit.

Kenapa barusan Jonathan tidak menyangkal tentang masalah DNA, jangan-jangan dia juga mencurigai kalau anak di dalam kandunganku ini bukan miliknya? Kalau dia memang curiga, kenapa dia tidak mengatakan apapun, apa dia pikir aku tidak jujur, setelah menghilang selama empat bulan, siapa yang bisa menjamin aku dan Yoga tidak ada hubungan tersembunyi.

Aku mengerti, dalam hati Jonathan pun ragu, tapi dia tidak berani mengutarakannya.

Semakin memikirkannya, aku merengkuh dadaku yang sesak, dan bersandar ke pintu, berusaha menegarkan diri untuk tidak meneteskan air mata.

Dan terus begitu hingga kudengar suara pintu gerbang depan terbuka perlahan, aku menuju ke arah jendela, dan melihat mobil Jonathan perlahan meninggalkan rumah keluarga Chandra.

Aku merasa terluka, semua ini berawal dari Yoga, dia menghancurkan pernikahanku selama tiga tahun, sekarang karena menculik aku, dia juga menghancurkan pernikahan keduaku, kenapa dia begitu kejam?

Tidak, semua ini kesalahan Cynthia, wanita ular yang sudah kuhancurkan mimpinya untuk menikah dengan Jonathan.

Aku tidak akan membiarkannya melukaiku lagi, dan juga anakku.

Aku membuka laci, mengambil pen perekam, pergi menuju ke kamar nenek, aku akan meminta nenek mendengar apa yang ada di dalam pen perekam itu.

Nenek Jonathan menatapku dengan curiga, setelah mendengar percakapan di pen perekam, ekspresi curiganya semakin bertambah parah, lalu dia menyimpan pen perekamku.

"Siapa yang tahu apa yang direkam disini itu benar atau palsu, apa kamu tahu kalau fitnah juga merupakan kejahatan." Setelah nenek berkata dengan dingin, dia melotot ke arahku dan berkata: "Keluar! Jangan pernah kamu datang ke kamarku lagi."

"Nenek, kalau nenek berpikir saya memfitnah, kembalikan pen perekamku, saya yakin ada orang yang bisa membedakan apa percakapan di dalam pena itu palsu atau asli." Aku membalas tatapannya dengan lembut.

Nenek memelototiku dengan dingin, seakan ingin beradu mulut denganku, kalau begitu aku tidak perlu merendah. Aku meregangkan kepala, meniyisir rambutku dengan jari, aku tidak perlu sungkan lagi.

"Sikap macam apa yang kamu gunakan ketika berbicara denganku?" Nada suara nenek Jonathan meninggi, memaki aku dengan keras.

Aku tersenyum simpul, "Untuk membenarkan, saya rasa saya sudah cukup sopan terhadap anda, tidak sekali pun saya pernah berteriak."

"Kamu..... tidak berpendidikan." Perkataan nenek ini, saat pertama kali kami bertemu sudah pernah dilontarkan kepadaku saat dia memunggungiku, aku mengatupkan mulut erat, berpura-pura seakan tidak peduli.

"Untuk apa saya berpendidikan, saya ini seorang wanita tidak tahu malu, kalau tidak bagaimana saya bisa berada di atas ranjang Jonathan, dan dengan muka tebal mengandung seorang anak. Kalau saya ini seorang wanita berpendidikan, seharusnya saya berada di rumah, menunggu kalian keluarga Chandra datang mencari saya, bertunangan, lalu dengan bahagia masuk menjadi bagian keluarga ini. Nenek, menurut nenek, bukankah itu masuk akal?" Balasanku ini membuat amarah orang tua ini meningkat tajam.

Aku tidak ingin berkelahi dengannya, lagipula aku juga sudah menjadi istri sah Jonathan, dan hamil anaknya, seharusnya meskipun marah, aku harus bisa menerimanya.

Tapi dia sungguh keterlaluan, meminta aku melakukan tes DNA, menyindirku, memakiku, dan menginjak-injak harga diriku.

Aku juga manusia biasa, aku punya perasaan, punya harga diri, meskipun aku tidak bisa menjadi sama seperti waktu sebelum menikah, tapi aku tidak bisa membiarkan orang lain menggertakku seperti ini.

"Keluar, cepat keluar dari kamarku." Nenek Jonathan menunjuk ke arah pintu, dan mengusirku tanpa sungkan.

"Jangan marah-marah, ingat tekanan darah nenek." Aku berkata pelan, "Nenek, kembalikan pen perekamku! Kalau aku tinggalkan disini, aku khawatir Nona Cynthia tahu benda itu ada di nenek, dan dia akan memasukkan nenek ke dalam target balas dendamnya, itu akan menjadi buruk."

"Aku yang membesarkan Cynthia, dia lebih baik darimu tidak tahu berapa kali lipat." Kebencian nenek Jonathan kepadaku sudah merasuk ke dalam sumsum tulangnya, meskipun dia mendengar tentang kebusukan Cynthia, dia tetap akan percaya pada Cynthia.

Aku tahu, aku seorang wanita yang tidak punya uang dan tidak memilik latar belakang apapun, pernah menjadi seorang model, pernah bercerai, dan belum lama ini karena tipu muslihat Cynthia, aku diculik selama beberapa bulan, dia pasti berprasangka buruk kepadaku karena suatu alasan.

Dan karena emosiku, setiap kali mendengar sindirannya, dan makiannya, aku sudah tidak inigin menjadi cucu menantu yang baik, anggap saja aku bisa menunjukan kebaikanku, di hadapan orang tua ini, dia juga tidak akan pernah melihatnya.

Aku tidak perlu membuat diriku menjadi sangat menyedihkan.

Nenek ingin menyimpan pen perekam itu, aku pun tidak bisa berkata apa-apa lagi, saat aku akan memberikan kepadanya, aku sudah merekamnya dengan ponselku, meskipun suaranya tidak sejernih alat perekam itu, tapi masih bisa terdengar jelas.

"Nenek, saya keluar dulu." Aku tersenyum tipis, tapi hatiku terasa begitu tegang.

"Pergi." Nenek Jonathan mengusirku dengan keras.

Aku keluar dari kamar, dan turun untuk sarapan, kemudian menelepon Cynthia, mengajaknya bertemu, waktunya telah tiba untuk membicarakan soal penculikanku.

Cynthia memintaku menunggu di halaman rumah Chandra, dia berkata ingin bertemu dengan nenek.

Sopan dan ramah sekali, nenek!

Ada sebuah ironi di dalam hatiku, kemudian aku duduk di halaman. Setengah jam kemudian, Cynthia datang dan duduk di bangku batu di seberangku.

Dia mengerutkan dahi, kemudian tersenyum, "Yoga benar-benar tidak berguna, mengunci seorang wanita saja tidak becus."

"Cynthia, kamu menyusun rencana untukku tahap demi tahap, apa itu menarik?" Aku bertanya.

"Setiap kali kamu naik ke ranjang Kak Jonathan, dan melakukan trik, menurutmu itu menarik?" Kebencian tersirat di kedua sorot mata Cynthia yang sedang menatap ke arahku, api kemarahan menyala-nyala di matanya, seakan dia berusaha untuk menelanku bulat-bulat.

"Aku dan Jonathan suami istri secara sah, kegiatan apa yang kami lakukan, sepertinya semua berada di bawah perlindungan hukum, bagaimana denganmu, ditiduri Sean, diambil fotomu, apa juga di lindungi hukum." Begitu aku berkata demikian, Cynthia terperanjat.

"Kamu bicara ngawur apa?" Dia tampak panik, seakan seperti disodok kesakitan, dia berteriak histeris kepadaku. Dia yang tidak pernah mengerti apa itu sakit, tentu tidak akan pernah mengerti arti kesakitan.

Aku mengeluarkan ponselku dengan santai, dan memutar rekaman itu.

Saat mendengarnya, wajah Cynthia menjadi pucat, lalu dia merebut ponselku, dan berusaha untuk membantingnya, aku mencegahnya, "Cynthia, kamu merusak ponselku juga tidak ada gunanya, pen perekamnya ada di nenek, rekamannya lebih jernih."

"Kamu memperdengarkannya ke nenek?" Cynthia melotot dengan marah kepadaku, syaraf-syaraf di sekitar mulutnya mulai tegang, lalu dia menggelengkan kepala, "Nenek tidak akan percaya, pasti tidak akan percaya."

"Kalau nenek tidak percaya, kenapa dia memintanya?" Aku balik bertanya.

"Itu hanya sebuah rekaman, dan kamu mau mengancamku dengan ponsel butut itu?" Cynthia melirik aku, "Bagaiman bisa aku seorang Cynthia merasa tergertak olehmu."

"Hanya sebuah rekaman, tentu tidak akan cukup untuk menggertakmu. Yang penting adalah martabatmu, masalah soal kamu tidur dengan Sean, kalau tidak sengaja bocor keluar, menurutmu, bagaimana dengan nama baik keluarga Wijaya?" Aku sengaja berkata seperti ini, tertawa, "Kalau Sean tidak bisa menjaga foto-foto itu baik-baik, dan tersebar keluar, tubuh Nona Cynthia, pasti akan menjadi bayangan fantasi banyak orang di luar sana."

"Kamu berani mengancamku?" Tanya Cynthia dengan sengit.

"Bukan mengancam, hanya membicarakan masa depan kita satu sama lain." Aku menjawabnya santai, sejujurnya, aku tidak percaya diri untuk menggertaknya, tapi reaksi Cynthia tampak begitu keras.

"Christine, beraninya kamu menggertakku?" Kedua mata Cynthia menyipit melihat ke arahku.

"Kamu sudah merencanakan berbagai macam hal buruk di belakangku, aku tidak perlu menghitungnya bukan?" Aku menggigit bibriku, berusaha untuk menahan senyum yang mulai merekah, dan membalas tatapan Cynthia.

Aku Christine tidak pernah menerima kesengsaraan yang begitu banyak semenjak aku kecil, beberapa waktu terakhir ini, dia sudah melakukan berbagai macam tipu daya kepadaku, aku akan mengembalikan kepadanya satu per satu.

Saat ini, Bi Inem yang mengurus rumah perlahan datang mendekat dan memanggil: "Nona Cynthia, Nyonya besar memanggil non ke atas!"

Raut wajah Cynthia berubah, dia berbalik, dan dengan langkah berat menuju ke atas.

Aku tidak tahu kenapa nenek Jonathan memanggil Cynthia ke atas, mungkin dia berusaha untuk memikirkan cara menyingkirkanku secepat mungkin, karena aku sudah membuat masalah di keluarga Chandra.

Aku tertawa puas, Christine oh Christine, kenapa kamu bisa berubah sedemikian rupa hingga membuat orang kesal.

Saat Cynthia turun, raut wajahnya terlihat buruk, dia segera menyetir mobil meninggalkan rumah keluarga Chandra meninggalkan asap kendaraan di belakangnya.

Aku menutupi hidungku, batuk beberapa kali, perlahan naik ke atas.

Rumah keluarga Chandra sangat besar, sangat tenang, ruang tamu, lantai atas, kesunyiannya membuatku bisa mendengar degup jantungku sendiri.

Aku merasa kalau aku membicarakan soal DNA ini dengan Jonathan, tidak membicarakannya di rumah keluarga Chandra, tapi membicarakannya di kantor. Aku menyanggah perutku, dan keluar dari rumah keluarga Chandra, memanggil taksi menuju ke kantor.

Setelah turun dari mobil, aku mendongak dan melihat gedung pencakar langit yang tinggi itu, dan berjalan masuk, kemudian naik melalui elevator, menuju ke ruang kantor Jonathan.

Sekretarisnya yang peka itu langsung menyadari kehadiranku, keterkejutan tersirat di wajahnya, dan dia menganggukan kepala kemudian menyapa: "Nyonya, lama tak berjumpa."

"Aku mencari Jonathan." Setelah aku menyampaikan maksud tujuanku, sekretaris itu berkata: "Nyonya, saat ini Bos sedang bertemu dengan seorang klien membicarakan sesuatu, Nyonya silahkan tunggu sebentar."

Sekretaris itu mempersilahkanku untuk duduk di sofa.

Aku mengangguk, kemudian duduk menunggu Jonathan.

Setengah jam setelah menunggu, pintu kantor Jonathan perlahan terbuka, Jonathan keluar bersama dengan Frederik, senyumnya merekah. Saat melihatku, dia tampak tertegun.

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu