Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 171 Sifat Kejam Manusia
Pertanyaanku membuat mulut Ardy Lu tertutup dalam seketika, mata yang cekung ke dalam itu mulai basah, menatapku cukup lama, lalu tersenyum dengan pasarah,”Karma.”
Aku tidak mengatakan apapun, satu kata sederhana itu telah mengejutkan hatiku. Benar, di zaman seperti ini, aku sangat berharap semua orang jahat di dunia ini bisa mendapatkan karma lebih cepat, tetapi hanya bisa sebatas berharap.
Tidak menutup kemungkinan, orang lain juga berharap aku mendapatkan karma.
“Christine, aku mohon satu hal padamu.” Setelah lama tenggelam dalam suasana menyesal, barulah Ardy berkata.
Aku mengangguk, berpikir jika bukan sesuatu yang berlebihan, seharusnya aku bisa menyetujuinya.
“Bantu aku menjenguk Linda di rumah sakit.” Air mata Ardy tidak terbendung lagi, lanjut berkata dengan suara serak: “Jika boleh, bantu aku jaga Ibuku, dan juga tiga anak kecil.”
“Baik.” Aku mengiyakan.
“Kenapa mudah sekali kamu mengiyakannya?” Ardy melihatku dengan tidak mengerti.
“Kalau begitu coba kamu beritahu aku, kenapa kita sudah menikah, kamu masih saja memberi Christopher uang? Jelas-jelas kamu tahu dia tidak akan mengembalikannya, kenapa kamu masih memberinya?” Pertanyaanku lagi-lagi membuat Ardy terdiam.
Kadang aku sungguh tidak mengerti bagaimana pola pikir laki-laki, dia memberi Christopher uang tanpa sepengetahuanku, kamu kira aku akan terharu? Mungkin saja kamu mengeluarkan uang itu demi aku, tetapi malah membuat Christopher terjebak semakin dalam di dunia judi, hingga pada akhirnya mengambil jalan yang salah.
Tentu saja aku tidak bisa menyalahkan Ardy, masalah ini sudah berlalu, lagipula tidak ada gunanya diungkit-ungkit lagi.
Waktu kunjungan sangat singkat, saat selesai, saat dibawa ke dalam jeruji besi, Ardy menoleh melihatku sambil tersenyum pahit. Apa arti senyuman itu, aku tidak mengerti, tetap aku bisa melihat air mata yang membasahi wajahnya, hati pun terasa sangat berat.
Yoga Yin selalu menungguku di luar, saat melihatku berjalan keluar, dia segera turun dari mobil dan menungguku bagai seorang pahlawan.
“Christine, apakah kamu masih ingat dengan perkataanmu?” Yoga mengingatkan.
Aku tentu tahu, aku pernah berkata, asalkan dia memberiku kesempatan bertemu Ardy, aku harus menraktirnya makan. Sebagai seorang manusia, perkataan yang sudah diucapkan harus ditepati, hal ini tidak pernah aku bantah.
Aku menatap mata Yoga, merasa dia jauh lebih cerdas dari dulu. Jika dulu, dia pasti akan bertanya, maukah pergi makan bersama? Atau akan bersikap lebih rendah hati, tetapi sekarang sudah berbeda, dia seolah menagih apa yang sudah seharusnya dia dapatkan.
Tanpa banyak berkata, aku masuk ke mobilnya, dia pun duduk di samping sambil menoleh melihatku.
Supir menjalankan mobil secara perlahan, rasanya seperti sengaja diperlambat.
Aku melihat pemandangan di luar jendela dengan hati yang berat, setiap pemandangan berlalu bagai waktu yang tidak bisa diputar kembali. Tiba-tiba, sebuah tangan menyentuh tanganku, membuatku sangat terkejut. Dalam seketika aku tersadar dan langsung melihat ke arah Yoga.
“Terkejut?” Yoga Lin tersenyum dengan tidak enak hati, “Tadinya aku ingin bertanya kita makan dimana, tetapi kamu terlihat seperti tidak fokus.”
“Kamu saja yang pilih tempatnya.” Aku menjawab dengan sedikit takut. Saat tanganku tersentuh olehnya tadi, entah kenapa hati terasa tidak tenang.
Meminta mengaturkan jadwal bertemu dengan Ardy membuatku merasa berutang padanya. Melihat tatapan berbeda dan penuh harapan di matanya, akhirnya aku mengerti, waktu bisa mengubah seseorang.
Aku sedang berubah, dia juga sedang berubah.
“Baiklah jika seperti itu, aku yang tentukan saja, kita ke Dorsett Restaurant.” Yoga berkata sambil tersenyum tipis.
Aku hanya mengangguk, tidak berbicara apapun, orang kaya memang suka ke Dorsett, ya sudah kesana saja!
Saat mobil tiba di lantai bawah tanah Dorsett Restaurant, Yoga membukakan pintu untukku. Saat turun dari mobil, aku kebetulan melihat mobil Jonathan tepat berhenti di depan.
Saat dia melihatku, dan melihat Yoga Yin yang berada di sampingku, terlihat jelas raut wajahnya berubah, kedua mata memancarkan cahaya dingin mematikan. Dia berjalan dengan pelan ke arah kami, tatapan mata tidak pernah berpindah dariku.
Aku tidak mengerti, kenapa bisa kebetulan sekali, kenapa Jonathan juga bisa disini?
“Kenapa Jonathan bisa ke Dorsett Restaurant juga hari ini?” Yoga tersenyum kecil: “Kebetulan sekali, hari ini Christine akan menraktirku makan, jika kamu sendiri, aku tidak keberatan untuk duduk bersama kok.”
“Kelihatannya kamu memberi bantuan besar untuk Christine, jika tidak, dengan sifatnya yang irit dan pelit seperti itu, bagaimana mungkin rela mengeluarkan uang menraktirmu makan di restoran semewah ini?” Jonathan menyinggung Yoga sambil tersenyum, bersamaan dengan itu sekaligus memarahiku.
Licik dalam senyum adalah deskripsi yang paling tepat untuk Jonathan Yi.
Aku irit dan pelit, setiap senyumanya selalu memberi kejutan besar bagiku.
“Christine, temani Yoga dengan baik, pahamilah apa yang dia suka, tiba saatnya nanti ketika kita menikah, pesanlah makanan sesuai seleranya, dengan begitu dia bisa makan lebih banyak.” Jonathan selalu berhati kejam, kelihatannya saja penuh sopan santun, tetapi malah memiliki berbagai cara untuk memojokkan lawan.
Dari awal hingga akhir aku tidak berkata apapun, bahkan tidak tahu akan bertemu dengan Jonathan di restoran itu. Untuk apa dia datang, menemani tamu makan, atau??
Melihat Jonathan berjalan memasuki lift, Yoga memanggilku dengan pelan. Setelah tersadar, aku pun berjalan ke lantai atas mengikutinya.
Di dalam lift, aku melihat Yoga sekilas, tersimpan benci dan dendam dalam kedua mata itu. Saat berada di dalam mobil, dia tidak menakutkan seperti itu, tetapi baru saja berubah pesat setelah bertemu Jonathan.
Saat ini, handphonenya tiba-tiba berdering, setelah melihat sekilas langsung ditolaknya.
Saat handphone berdering lagi, dia pun mengangkatnya dengan risih, berkata sedang makan dengan tamu, dan jangan ganggu jika tidak ada urusan penting.
Aku tidak tahu siapa yang menelepon dia, tetapi terlihat jelas orang itu sedang terburu-buru, hanya saja Yoga mengarang sebuah cerita lain. Saat dia mematikan telepon, aku bertanya dengan penasaran: “Apakah itu telepon dari Lucy?”
Yoga tidak menjawab, aku mengerti tebakanku telah benar, dia tidak pernah bersyukur pada perempuan yang selalu menjaganya dari samping. Sebenarnya aku sangat kagum pada Lucy, dia bisa bertahan dengan sangat sabar.
Aku tidak tahu bagaimana ceritanya makan bersama Yoga kali itu terlewati, karena di meja makan, kami hampir tidak berinteraksi sama sekali, makanan di meja pun hanya disentuh sedikit, lalu selesai begitu saja.
Yoga berencana mengantarku pulang, tetapi aku menolaknya.
“Aku sudah menepati kata-kataku.” Aku berkata dengan sangat tegas, aku tidak suka berutang budi dengan orang, meski hanya satu kali makan bersama, tetapi jika sudah aku janjikan, maka pasti akan aku tepati, hanya saja makan bersama kali ini tidak berakhir menyenangkan.
“Christine, haruskah kamu bersikap seperti ini padaku?” Yoga tersenyum dengan wajah murung.
“Yoga, hari ini kamu sengaja mengatur sebuah acara makan di Dorsett Restaurant, hanya ingin Jonathan tahu bahwa aku telah memohon sesuatu darimu.” Sejak di lantai bawah restoran saja aku sudah curiga, bagaimana mungkin bisa kebetulan seperti itu, aku hanya berpikir demikian, tetapi tidak yakin.
Yoga melihatku dengan sangat kaget, langsung bertanya: “Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?”
“Aku menebaknya, karena waktu dan tempatnya kebetulan sekali, terlihat jelas kamu sudah memperkirakan waktu, meminta supir sengaja memperlambat kecepatan mobil, karena takut kita sampah terlalu awal. Kamu mengatur pertemuan ini hanya demi mendatangkan cekcok antara aku dan Jonathan, tetapi malah tidak menyangka Jonathan sama sekali tidak perduli. Maka di meja makan tadi, suasana hatimu sangat buruk, apakah tebakanku benar?” Semua ini murni perkiraanku sendiri, aku tidak ingin berpikir terlalu rumit.
Baru saja selesai berkata, Yoga Yin bertepuk tangan sambil melihatku.
“Kesimpulan yang kamu buat sungguh menakjubkan.”
Aku melihat Yoga dengan serius, laki-laki di depan sama sekali tidak aku pahami. Sudah lama kami saling mengenal, sejak masih satu sekolah, sekiranya sudah belasan tahun, dia berubah dari seorang anak gemuk menjadi laki-laki dewasa yang tampan, berubah dari hati yang polos menjadi sangat licik.
Mungkin saja aku juga berubah, dari dulu aku tidak pernah menebak isi hati seseorang, tetapi kini malah was-was dengan semua orang di sekitar.
“Seharusnya kamu sudah mengutus bawahanmu ke PT. Weiss, jika tidak, bagaimana mungkin tahu dengan jelas gerak gerik Jonathan?” Aku mencoba bertanya.”
Yoga langsung mengacungkan telunjung dan melambaikannya, berkata: “Tolong jangan memikirkan aku dengan terlalu jahat.”
“Aku tidak memikirkan kamu dengan terlalu jahat, sekalipun jahat, ada juga jahat yang timbul karena terdesak.” Aku hanya tersenyum, setiap manusia terlahir suci dan bersih, dan setiap orang yang berjalan hingga tahap ini sesungguhnya terdesak oleh kenyataan.
Mungkin saja perkataanku telah menyentuh hati terdalam Yoga, bibirnya sedikit bergetar, mengangguk sambil tersenyum pahit, “Memang terdesak…”
“Pergilah, aku bisa pulang sendiri.” Aku meminta Yoga pergi dulu karena melihat mobil Jonathan masih berhenti tidak jauh dari sana, aku berencana menunggunya.
Yoga mengikuti arah pandangan mataku, juga melihat mobil Jonathan disana, sontak memahaminya. Jika memang tidak ada kemungkinan, dia tidak akan memaksakannya.
“Baiklah jika seperti itu, aku pergi dulu.” Selesai berkata, dia masuk ke mobil sendiri, lalu melaju meninggalkan parkiran bawah tanah itu.
Aku menungu Jonathan sambil bersandar di dinding parkiran, setengah jam kemudian, Jonathan keluar bersama seorang perempuan berbaju merah. Mereka bercanda tawa dengan sangat seru, perempuan itu masuk ke dalam mobil Jonathan, tidak lama kemudian mobil itu melaju menghilang dari penglihatanku.
Aku sungguh kagum pada diri sendiri. Saat melihat situasi itu, sudah seharusnya menghampiri dan berkenalan dengan perempuan itu, kenapa malah bersembunyi di sudut dinding, terlihat sungguh menyedihkan.
Aku pun berjalan keluar parkiran, petang hari di Kota F terlihat gelap, sama seperti suasana hatiku saat ini.
Semoga tidak hujan, aku tidak ingin langit ikut bersedih dan membuatku semakin terpuruk. Aku tidak kembali ke rumah Keluarga Yi, melainkan memilih menjenguk Linda ke rumah sakit.
Linda selamat dari musibah besar, berhasil melewati masa kiris, dan sudah dipindahkan ke kamar pasien biasa. Aku sangat terkejut saat melihatnya, karena hampir sekujur tubuhnya penuh dengan perban.
Dia tidak bisa berbicara, biaya pengobatan di rumah sakit selama beberapa hari saja mencapai ratusan juta.
Saat melihatku datang, suasana hatinya pun tidak terkendali. Bagai seorang mumi yang bangkit kembali, dia berusaha bergerak, hanya saja sedikit gerakan saja membuatnya sakit setengah mati.
Air mata berlinang di wajah, dan rasa sedih dalam hati membuat kedua matanya menatap tajam.
Aku mengerti, dia mengira aku datang untuk menertawakannya, makanya begitu heboh. Melihatnya terluka seperti itu, aku selalu merasa Ardy telalu kejam.
Sekalipun dia selingkuh lebih dulu, mempermalukan diri lebih dulu, tidak seharusnya Ardy membacoknya seperti itu, jika ditambahkan beberapa bacokan lagi, mungkin saja nyawanya sudah tidak tertolong.
“Ardy memintaku datang menjengukmu.” Sama sekali tidak memperdulikan reaksinya yang berlebihan, aku menarik sebuah kursi duduk di sampingnya, dia berusaha melirikku dengan ujung mata.
Aku sungguh kagum dengan perempuan seperti itu, bisa-bisanya memiliki semangat untuk terus bertahan hidup. Meski tidak bisa mengatakan apapun, tetapi pikirannya cukup sadar.
“Aku tahu kamu tidak bisa berbicara. Begini saja, aku akan bertanya beberapa hal, jika jawabannya iya, kamu kedipkan mata satu kali, jika tidak, kedipkan mata dua kali, mengerti tidak?” Aku bertanya.
Linda mengedipkan mata sekali, menandakan telah tahu bagaimana cara berbicara denganku.
“Membenci Ardy Lu?”
Linda mengedipkan mata sekali.
Benar, dilukai laki-laki itu hingga seperti sekarang, siapa juga yang tidak benci. Sekejam apapun seseorang, perlakuan ini tetap tidak wajar.
Novel Terkait
Everything i know about love
Shinta CharityMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaInnocent Kid
FellaThe Revival of the King
ShintaMore Than Words
HannyHalf a Heart
Romansa UniverseMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)