Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
"Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana denganmu?" Bibir tipis Jonathan berbisik di telingaku, "Bi Inem sudah menyiapkan makanan, turunlah dan makan."
Aku mengangguk, kemudian mengikuti Jonathan turun, mungkin aku bangun kesiangan, nenek sudah selesai makan, dan sedang menonton televisi diruang keluarga, dia biasanya menonton program-program Buddhis dan berbicara tentang bagaimana menjadi orang yang berbelas kasih.
Aku meliriknya dari sudut mataku, haitku merasa begitu ironis, aliran penganut Buddha mengajarkan perbuatan baik, terutama etika, tapi nenek yang mengikuti, dan memuja Buddha, justru bersikap kasar kepada cucu menantunya.
Jonathan menemaniku makan, sejujurnya, selera makanku sangat bagus, hamil maupun tidak hamil sama saja, akhir-akhir ini mudah sekali merasa lapar.
Saat aku baru makan sesuap, tiba-tiba ada pergerakan di perutku, aku menundukkan kepala untuk melihatnya, jelas sekali terasa kulit perutku bergerak sedikit, aku merasa bayi di dalam kandunganku bergerak, benar-benar suatu perasaan yang luar biasa.
"Ada apa?" Jonathan bertanya dengan khawatir.
Aku takut kalau aku membuka mulut, bayi ini tidak bergerak lagi, perlahan aku mengulurkan tanganku, meletakkan tangan Jonathan di atas perutku, bayi ini merasakan sentuhan orang lain, dan bergerak lagi.
Aku bertanya dengan antusias: "Apa kamu merasakannya?"
"Iya." Jonathan menjawab datar, "Kamu lapar sekali sampai perutmu bergetar."
"Bukan perutku bergetar, bayi kita sedang bergerak." Aku menatap Jonathan dengan kesal, omong kosong apa yang dia katakan perut lapar sampai menggetarkan kulit perut.
"Iya kah?" Bibir Jonathan membentuk sebuah senyum, tangannya kembali meraba perutku, sayang sekali bayi ini sudah kembali diam, dia bertanya dengan gugup: "Kenapa perutmu tidak bergerak lagi?"
"Bayinya capek, dia tidur." Aku menjelaskan, tapi pergerakan bayi di kandunganku benar-benar memperbaiki suasana hatiku, ternyata di saat bayi bergerak di dalam perut, ada suatu kebahagiaan yang tidak terkira.
Saat ini nenek mematikan televisi, kemudian maju dan melotot ke arahku sambil berkata: "Masih belum tahu anak siapa, bahagia karena apa?"
Setelah berbicara, nenek berbalik bersiap untuk pergi, aku bangkit berdiri dan memanggilnya, "Nenek...."
Nenek Jonathan menghentikan langkahnya, berbalik melihatku.
"Setelah anak ini lahir, nenek boleh tes DNA, kalau bukan anak Jonathan, saya akan pergi dari rumah keluarga Chandra, dan memutuskan semua hubungan dengan Jonathan, dan tidak akan pernah kembali." Sejujurnya aku benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan sikap dan sindiran dingin nenek, anak siapa apanya, kata-kata menyakitkan ini, aku sama sekali tidak ingin mendengarnya.
Anak ini anak Jonathan, 100%, aku akan mempertaruhkan seluruh martabatku, tapi aku yakin, meskipun aku mempertaruhkan nyawaku pun, nenek Jonathan juga tidak akan mempercayaiku, kalau sudah begini, pilihan jalan sains, kalau ingin cek DNA cek saja, biarkan anakku ini benar-benar menjadi anak keluarga Chandra yang sah.
Nenek Jonathan mendengus kesal, "Rencana apa lagi yang kamu pikirkan?"
Aku terdiam, aku takut kalau aku membalas perkataannya, aku tidak akan sanggup untuk menahan diri menyobek mulut tua bangka itu.
"Nenek, kembali saja ke kamarmu!" Jonathan melangkah maju untuk melerai percekcokanku dan neneknya, tapi selamanya dia tidak akan tahu, luka dalam hatiku ini hanya akan memperburuk keadaan.
"Jonathan, bahkan seorang wanita pun tidak bisa kamu urus, bukan karena kamu tidak berkemampuan, tapi kemampuan wanita ini sungguh melebihi batas." Nenek Jonathan menyahut, kemudian pergi naik.
Jonathan menengok melihat ke arahku, wajahnya datar dan berkata: "Usia nenek sudah tua, terkadang ada perkataan yang tidak enak didengar, jangan kamu masukan ke hati. Kamu orang seperti apa, hatiku mengerti itu saja sudah cukup."
Aku mengangguk, barusan itu karena emosiku mulai memuncak jadi aku mengatakan hal seperti itu, tapi karena Jonathan sudah membuka mulut, aku pasti harus mendengarkan perkataannya.
"Jangan marah, besok-besok kalau nenek memakiku habis-habisan, aku juga akan menjadi seperti orang bisu, oke." Aku menarik tangan Jonathan dan berkata dengan manja.
"Kamu mengatakannya seakan kamu sangat tersiksa." Jonathan menyahut dan menatapku.
Aku mengerucutkan bibir, "Bukan tersiksa, siapa suruh nenek makan garam lebih banyak dari aku makan nasi, sudah seharusnya aku melakukannya."
Jari telunjuk Jonathan mendarat di ujung hidungku dan meraba dengan lembut, kemudian tertawa dengan tampan.
Demi Jonathan, demi anak, aku tidak boleh bersikap seperti dulu, di rumah keluarga Chandra, aku harus melihat nenek sebagai keluargaku sendiri, meskipun dia menyakitiku beribu kali lipat, aku harus bisa menahannya.
Suatu pagi, Jonathan sudah pergi ke kantor. Aku bangun semakin siang, terkadang aku tidak bisa tidur saat malam, jadi aku tidak bisa bangun pagi. Aku menggeliat, kepalaku terasa berat, saat aku belum duduk dengan tenang, ponselku berdering.
Saat kulihat, itu telepon dari Kak Dewi.
Sebelum penculikan, foto iklan pengesahan dan video promosi sudah diambil, tetapi aku tidak pergi membantu Joyful Food Enterprises untuk mempromosikannya.
Aku tahu Kak Dewi pasti membantuku.
Aku terdiam sesaat, kemudian menekan tombol mengangkat telepon, dan mendengar keluh kesah Kak Dewi: "Ya Tuhan, apa kamu baru kembali dari Mars? Sudah terbiasa membuatku menunggu ya?"
"Kak Dewi, aku....." Sebenarnya aku ingin menjelaskan, tapi kata-kataku tercekat di tenggorokan.
"Datang ke kantor, Sean itu benar-benar nyaris membuatku gila, aku membayar uang ganti rugi sebesar 400 juta, uang yang kuterima hanya sebesar 1M kini berkurang menjadi 600 juta, itu suatu kerugian." Kak Dewi terus berkeluh tanpa henti, aku tahu, mulutnya itu benar-benar bisa berbicara, siapa yang tahu uang 400 juta itu benar-benar dikembalikan.
"Kak Dewi, saat ini aku tidak bisa berada di atas panggung." Aku berkata dengan lirih dan Kak Dewi bertanya: "Mengapa?"
"Nanti aku ke kantor kamu akan tahu." Setelah aku menjelaskan dengan lemas, Kak Dewi mengiyakan dengan suara kecil kemudian menutup teleponnya.
Setelah mandi, aku memanggil taksi untuk pergi ke Rainbow Entertainment, dan langsung menuju ke kantor Kak Dewi, begitu pintu terbuka, kepala Kak Dewi mendongak, dia kehabisan kata-kata ketika melihatku.
Dia melangkah maju, mengintariku lalu menggelengkan kepala: "Empat bulan lebih tidak bertemu, kamu bertambah gemuk sekali, kamu tidak ingin menjadi model lagi pun, tidak perlu makan sampai menjadi gemuk seperti ini. Kalau berat badan seorang wanita melewati batas, dia bisa langsung mati."
Aku melihat mulut Kak Dewi yang tidak berhenti bergerak, menunggunya selesai bicara, aku menarik tangannya dan meletakkannya di atas perutku dan berkata: "Bukan gemuk, hanya perut yang membesar."
Begitu selesai bicara, Kak Dewi melihat ke arahku tertegun, "Apa maksudnya, kamu hamil?"
"Iya, sudah hampir 5 bulan." Aku berkata dengan polos, Kak Dewi terdiam seribu bahasa, tidak berani mempercayainya dan berbalik, tangannya tidak berhenti menepuk-nepuk meja.
"Kamu pasti sedang bercanda."
"Aku sungguh-sungguh." Aku menjelaskan dengan serius.
Kak Dewi menengok, melotot lalu berkata dengan tegas: "Christine, kamu pernah berkata ingin mundur untuk menjadi ibu dan istri yang baik aku tidak bisa berkata apa-apa, karena kamu telah mengalahkanku sekali. Lalu kamu datang kepadaku untuk minta kesempatan lagi, lalu hilang tanpa berita apapun selama beberapa bulan, setelah kembali kamu berkata, kamu hamil, sebenarnya apa maksudmu?"
"Kak Dewi, kehadiran anak ini sangat tiba-tiba, dan aku juga bukan dengan segaja menghilang, ada beberapa alasan mendesak." Aku menjelaskan dengan tulus, tapi kecurigaan yang tersirat di wajah Kak Dewi makin menjadi-jadi, pada akhirnya dia tertawa dingin, seakan seperti sedang mendengar sebuah lelucon.
"Chirstine, yang kamu punya hanya beberapa tahun masa mudamu saja, di saat masa kejayaanmu kamu memilih untuk menikah, aku berusaha untuk mencegahmu. Pernikahanmu gagal, lalu kamu ingin kembali, aku memberi kesempatan kepadamu lagi, sekarang kamu memilih untuk hamil, selain setiap kali kamu selalu melakukan yang bertentangan denganku, apa lagi yang bisa kamu lakukan?" Kak Dewi berkata dengan putus asa.
Aku terdiam, tidak mampu untuk menjelaskan apa-apa lagi.
"Sekarang kamu sudah tidak berhutang uangku lagi, kalau kamu memilih untuk meninggalkanku, boleh, kamu jelaskan sendiri kepada Sean, jangan sampai Sean menggangguku lagi, kamu mau bagaimana, itu semua terserah kamu." Kak Dewi berkata dengan kesal.
Aku tahu apa yang dipikirkan oleh Kak Dewi, aku berusaha untuk menumbuhkan pohon lagi disini dengan sangat tidak mudah, dia belum mulai menuai hasilnya, pohon itu sudah mati.
Dia bukan menyayangiku, hanya mencintai uang.
"Aku akan menjelaskan kepada Sean." Setelah aku menjawab dengan datar, kemudian aku membungkuk kan badan, dan berkata: "Kak Dewi, terima kasih sudah membantuku pada saat tersulitku."
Kak Dewi memunggungiku, mengibaskan tangannya, dan menyuruhku untuk pergi, semakin cepat semakin bagus, saat ini saat melihat perutku yang besar dia merasa begitu kesal.
Aku meninggalkan Rainbow Entertainment, kemudian menelepon Sean.
Sepertinya nomor ponselku sudah lama tidak aktif, dan sekarang tiba-tiba menelepon, pasti mengagetkan orang. Sean yang mengangkat teleponku, jelas sekali terdengar sangat terkejut.
Aku menyuruhnya untuk berhenti mengganggu Kak Dewi, kalau dia ada masalah bisa langsung mengatakannya kepadaku.
Sean berkata: "Ketemu denganku, aku akan segera berhenti mengganggu Kak Dewi."
Aku menyetujuinya, sudah seharusnya aku menyelesaikan apa yang sudah aku mulai, tujuan Sean adalah aku, sekarang aku sedang hamil dia bisa apa lagi terhadapku.
Saat dia datang ke Rainbow Entertainment untuk menjemputku, begitu melihat perutku yang membuncit, sorot matanya bertambah gelap, dia mengerutkan alis: "Tampaknya ada merpati yang sudah menempati sarangnya."
"Tuan Sean, Kak Dewi berkata, setelah anda bertemu dengan saya anda tidak akan mengganggunya lagi, saya harap anda bisa menepatinya." Setiap kali aku bertemu dengan Sean, raut wajahku selalu tampak masam.
Karena dia kekasih Cynthia, dan Cynthia telah membuat hidupku berantakan.
"Menghilang beberapa bulan ternyata untuk bertelur?" Sean menyeringai, mengitariku dan berkata: "Sudah hamil, masih tetap cantik ya."
Aku berdiri, diam dan menatapnya dengan penuh kebencian.
"Cynthia berkata, kamu mengaturku kemudian merekam pembicaraanku, dan mengancamnya?" Sean mengajakku bertemu, ternyata karena ingin menanyakan ini.
Setelah berbicara, Sean bertepuk tangan, "Wanita pintar, aku sangat suka."
"Pria brengsek, aku sangat benci." Aku membalas perkataannya.
"Silat lidah nona Christine sungguh hebat, selama hidup Sean bertemu dengan banyak sekali wanita, selain mereka yang ingin naik ke ranjangku, juga ada mereka yang ingin kutiduri, hanya nona Christine sendiri yang tidak seperti itu, tapi, aku justru suka yang seperti itu." Wajah Sean mendadak mendekatiku, lalu dia menghirup, dan berkata: "Wangi sekali."
"Tuan Sean kalau tidak ada apa-apa lagi, aku akan pulang." Aku tidak ingin berurusan lagi dengan Sean, berbalik untuk pergi, lalu suara Sean menggema di belakangku.
"Christine, kamu tidak ingin tahu foto Cynthia seperti apa yang ada padaku?"
Langkahku terhenti, aku menengok perlahan, melihat wajah tersenyum Sean.
Pria brengsek ini, sebenarnya rencana apa yang ada di benaknya, pasti bukan Cynthia yang mencarinya untuk mencari gara-gara denganku bukan?
Dia sebaik hati itu memberikan foto Cynthia kepadaku?
Di dunia ini, tidak ada orang yang melakukan bisnis yang merugikan.
Novel Terkait
Hei Gadis jangan Lari
SandrakoPenyucian Pernikahan
Glen ValoraMy Lady Boss
GeorgeMy Lifetime
DevinaAwesome Guy
RobinMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)