Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda

“Kamu jangan-jangan dengan bodoh lari ke balkon melihat aku apa sedang memata-matai kamu di suatu tempat?” Jonathan di hp sebelah situ tertawa dengan bercanda.

Mendengar perkataan dia ini, aku malah kecewa sebentar, lebih baik aku dimata-matai olehnya, ini menjelaskan dia berada di samping aku. Tapi begitu mendengar cara bicara dia ini, sudah jelas dapat menebak babi bodoh aku ini akan lari keluar.

“Aku benar-benar sangat bodoh.” Aku dengan murung berkata, kelihatannya aku kebanyakan nonton film perang mata-mata, baru bisa bodoh sampai di titik bagian ini, sudah tiada obat yang dapat menyelamat.

Perkataan menurun, Jonathan di hp sebelah situ telah terdiam, kami sesama memegang hp, sama-sama mengetahui pihak lawan pasti masih mendengarnya, tapi juga tidak membuka mulut lagi.

Lewat sangat lama, Jonathan baru berkata: “Besok ada pelanggan lama dari itali mau kemari, kamu melayani dia sebentar.”

“Baik.” Aku menjawabnya, bertanya lagi: “Kamu kapan pulang, keadaan ibu beberapa hari ini tidak terlalu bagus, kurang sadarkan diri, dia sangat menyalahkan dirinya sendiri, mengira kepergian kamu adalah pembuatannya.”

“Tidak berhubungan dengan ibu, ada beberapa masalah tidak diselidiki dengan jelas, rintangan dalam hati aku ini selamanya berada.” Jonathan menjelaskannya, “Aku sangat cepat akan pulang, beritahu ibu, aku sama sekali tidak pernah menyalahkannya, di dalam hati aku, dia selamanya adalah ibu aku

Jonathan Yi.”

“Aku tau.” Aku menjawab dengan perasaan yang campur aduk, “Cepatan pulang, aku menunggumu.”

“Ehmm!” Jonathan menjawab sekata.

Aku tidak rela mematikan teleponnya, setelah sampai hp di sebelah situ mematikannya, aku masih tak sadar diri, tidak tau telepon tadi itu apa benar Jonathan yang menelepon, atau halusinasi aku saja.

Belakang ini selalu sibuk mencari dia, tidur juga bermimpi tentang dia, terkadang hp berdiam saja, aku bisa berhalusinasi salah dengar, tadi itu bukan halusinasi dia kan?

Aku mengangkat hp lihat sebentar daftar obrolan, kurang lebih ada enam menit lebih pencatatannya, aku tidak tenang, menelepon ulang lagi ke situ, setelah mendengar suara dering hp Jonathan, aku dengan cepat mematikannya.

Aku menepuk-nepuk dadaku, merasa lega, Jonathan sudah menyalakan hp, itu dia, bukan halusinasi aku.

Aku jalan masuk ke kamar, membukakan pintu, segera ke kamar mertua, menggetuk dan membuka pintunya, aku memberitahunya, Jonathan menelepon kemari, dia bilang sangat cepat akan kembali.

Mertua begitu dengar, awalnya masih tidak percaya, setelah sampai aku kasih dia lihat daftar catatan jam obrolan, dia baru percaya, selanjutnya adalah orang tua menangis tersedu-sedu.

Aku terlalu senang, semalaman berguling terus di atas ranjang, seseorang kegirangan, bagaimana ngantuk juga tidak dapat menutup matanya tidur, ketika sampai langit sudah mau terang, baru dengan linglung tidur sebentar.

Kalau bukan Bibi Chang datang memanggil, aku mungkin tidak dapat bangun.

Aku dengan kelelahan bangun tidur, mengucek mata, dengan bingung melihati Bibi Chang bertanya: “Ada apa?”

“Tuan Ying menelepon kemari, menunggu di bawah lobi.” Bibi Chang dengan sangat sopan berkata.

Tuan Ying? Refaldy Ying?

Hari itu aku marah kepadanya dengan tidak sungkan begitu, memarahinya, tak tersangka dia masih bisa berlapang dada begitu kemari mencari aku? Masalah apa? Aku turun ranjang, setelah mencuci gosok sebentar lalu turun ke lantai bawah.

Hanya melihat dia berpakaian jas berwarna abu-abu gelap, berdiri dengan tegak lurus, dengan sangat sopan bersenyum dan melihati aku.

Aku mengerutkan kening perlahan-lahan berjalan turun dari tangga, bertanya: “Ini pagi-pagi, kamu mengunakan senyuman begini menyambut aku, aku takut bisa bermimpi buruk.”

Refaldy Ying begitu mendengar perkataan ini, segera bersenyum semakin ceriah lagi, “Bisa muncul di dalam mimpi buruk Nona Mo, itu juga suatu kehormatan.”

“Tidak usah cerewet, cari aku ada masalah apa?” Terhadap kedatangan Refaldy Ying yang tanpa sebab, aku mengandung semacam perlawanan psikologis, aku takut kedatangannya akan membawakan aku kecelakaan dan ketakutan apa kepadaku lagi.

“Apa CEO Yi tidak mengatakan kepadamu? Dia membiarkan aku hari ini menemanimu menemui pelanggan itali itu, aku datang menjadi penerjemah.”

Perkataan Refaldy Ying menurun, dengan percaya diri menarik-narik jasnya, menaiki senyuman yang penuh dengan daya tarik itu bersenyum padaku.

“Jonathan menyuruh kamu menemani aku? Menjadi penerjemah?” aku sedikit tidak percaya, “Kapan?”

“Semalam.” Refaldy Ying berkata dengan tanpa menyembunyikan sama sekali.

Aku dengan curiga melihatinya, dulu aku sedikit bercanda saja dengan Refaldy Ying, meskipun gerakannya tidak begitu mesra, Jonathan terkadang pun akan bercemburu, hari ini matahari telah terbit dari bagian barat, kenapa ini... ...

Terserah, Jonathan ada perencanaan dia sendiri, ada satu orang menemani aku pergi menghadapi kesulitan yang tidak diketahui, sebenarnya lumayan bagus juga.

Aku dengan Refaldy Ying pergi ke bandara menjemput pelanggan yang itali itu, dia adalah seorang pria setengah baya yang berumur empat puluh lebih, tingginya sudah mau sampai dua meter membuat aku berkesan baru, Refaldy Ying berinisiatif maju, ngobrol sangat gembira dengan dia.

Ternyata pelanggan lama ini bukan kemari untuk berbisnis, datang untuk berwisata di Kota F, jadi aku menginjak hak tinggi, tak tersangka bersama Refaldy Ying dan juga pelanggan ini pergi mendaki gunung.

Energi orang asing lebih bagus banyak daripada kami, dia dengan senang tanpa lelah menjalankan sepanjang jalan, memuji pemandangan Kota F, sedikitpun juga tidak peduli dengan pakaian ketidakcocokan kita berdua, saat ini aku sudah tersika oleh hak tinggi yang di bawah kakinya sampai sudah mau tidak berguna lagi.

Kelelahan sampai menopang ke pohon yang di samping, terengah-engah bernapas, berkata terhadap Refaldy Ying: “Aku sudah tidak dapat berjalan lagi, kamu menemani bule pergi berkeliling saja, berkeliling lagi, kemungkinan aku sudah tidak dapat memanjat lagi.”

Refaldy Ying menutup bibirnya dan melihati aku bersenyum-senyum, menjawab: “Kamu tunggu sebentar, aku bilang ke Antonio sebentar.”

Perkataan menurun, dia maju dua langkah bilang beberapa kata dengan pelanggan, orang itu melihat aku sekali, mengangguk-angguk kepala, sendirian berlanjut jalan kedepan.

Refaldy Ying membalik badan kembadi ke samping aku, menundukkan kepala melihati sepasang hak tinggi aku yang berwarna perak pearlescent runcing itu, berkata: “CEO Yi ini juta benar-benar, tidak bilang ke kita mau datang mendaki gunung, kamu lihat-lihat kamu, lihat aku lagi, satu memakai hak tinggi, satu memakai jas penuh kebesaran, sepanjang jalan ini sudah mendatangkan banyak pandangan aneh.”

“Jangan bicara mengejekkan Jonathan.” Aku sambil memijat paha kecil, sambil memperingatinya.

“Kamu perempuan ini... ...” Refaldy Ying dengan pasrah melihatiku, tiba-tiba membungkukkan pinggang, dengan pelan-pelan mengangkat kaki aku, meletakkan di atas lututnya.

Aku terkejut, segera ingin menarik kembali, tapi malah ditekan olehnya.

“Tunggu sebentar, aku lihat apa sudah melepuh?” Perkataan menurun, dia tanpa izin aku, langsung melepaskan hak tinggi aku, stoking di bawah kakiku sudah berjalan sampai sobek, satu sisi kuku sudah penuh darah, depannya bawah kaki memang sudah timbul dua lepuh yang besar.

“Aku pada akhirnya mengerti, apa namanya mati mau cantik hidup menderita.” Aku “Aduh” sekali, dengan ringan mengigit bibir bawah, berkata: “Sakit setengah mati.”

“Kelihatannya kamu tidak dapat berjalan lagi, kalau pecah akan lebih sakit.” Wajah Refaldy Ying menurun, tidak memberikan sepatu aku untuk dipakai, melihati aku, berkata: “Begini saja, aku mengendong kamu turun gunung?”

“Menggendong aku?” aku dengan terkejut melihati wajah seriusnya, segera menggelengkan kepala, “Kalau membiarkan kamu menggendong, aku memilih memanjat, begini lebih bermartabat.”

“Aku benaran tidak tau kamu sedang takut apa?” Wajah Refaldy Ying murung, mengerutkan kening melihati aku, “Christine Mo, apa kamu pikir aku akan apa-apain kamu, atau merasa aku berpikiran lain terhadap kamu?”

Aku tidak menjawab perkataannya.

“Kamu benaran tidak pergi aku menggendong?” Dia bertanya sekali lagi.

Aku menggelengkan kepala, “Tidak perlu, kamu pergi menemani pelanggan itu, pada nantinya tersesat, kita masih harus pergi mencarinya.”

“Perjalanan naik turun gunung hanya ada satu jalan, tadi waktu naik aku sudah sempat tanya. Kita menunggu disini, dia pasti akan turun.” Refaldy Ying melakukan sesuatu malah ada permulaan juga ada pengakhiran, bagian ini diluar dugaan aku.

Aku menundukkan kepala, menghela nafas, ini berbisnis, masih harus menemani pelanggan mendaki gunung, aduh, perjalanan kehidupan ini kenapa selalu berbelok-belokan, kapan bisa ada satu jalan lancar tanpa penghalangan sudah dapat langsung sampai akhir?

“Haus tidak?” Refaldy Ying memiringkan mata melihat aku sekali.

“Sedikit.” Aku menjawabnya.

“Tunggu aku disini sebentar.” Perkataan menurun, dia langsung pergi.

Tidak lama, dia sudah pulang, tangannya mengangkat dua botol air mineral, masih tersentak, kelihatannya sepanjang jalan berlari kesitu, dia membukakan tutupannya lalu memberikan kemari.

Aku menerimanya, begitu minum langsung setengah botol, aku tadi hanya bilang sedikit haus, sebenarnya benar-benar haus sekali, utamanya karena adanya pelanggan, mau tidak mau harus ikut, mau tidak mau mengigit gigi untuk bertahan.

Aku tak kepalang lagi melepaskan sepatu hak tinggi, dengan berhati-hati berjalan di kursi batu yang tak jauh, duduk, seluruh badan menjadi lega.

Aku dengan tenang melihati ke arah depan, lelah sampai sedikit bengong. Tiba-tiba, tangan Refaldy Ying menyentuh sudut alis aku, mengagetkan aku, terkaget bertanya: “Apa yang kamu lakukan?”

“Rambutnya berantakan.” Refaldy Ying dengan sedikit canggung menarik kembali tangannya, “Telah mengagetkan kamu.”

Aku dengan waspada melihatiya, “Kamu benar-benar mengagetkan aku, beberapa gerakan yang terlalu mesra bisa membuat orang salah paham, apalagi aku, aku akan salah mengira kamu menyukai aku, mengerti tidak?”

“Aku memang menyukaimu.” Refaldy Ying mengikuti ini langsung menjawabnya.

Pandangan aku secara formal mengalihkan ke wajah Refaldy Ying, melihati matanya yang mendalam itu, keningnya sedikit mengerut, bertanya: “Menyukai aku apa?”

“Berbaik hati.”

“Berbaik hati?” aku menertawakan diri sendiri, “Hanya karena aku pernah mendonorkan darah, kamu sudah pikir aku berbaik hati?”

“Tidak hanya itu.” Pandangan Refaldy Ying mengunci aku dengan erat, bersenyum dengan ringan, “Ada orang bergaul seumur hidup mungkin tidak mendatangkan ketertarikan, tapi ada orang melihat sekali langsung seumur hidup.”

“Hehe!” aku berketawa dingin, “Kamu terlalu tidak memahami perempuan, aku bukanlah perempuan yang berbaik hati, tau tidak, aku pernah menikah dua kali keluarga orang kaya, kalau tidak ada sedikit cara, apa kamu mengira aku bisa begitu mudah mendapat kemauanku?”

Aku baru perempuan yang luarnya terlihat tidak membahayakan itu, tapi di hati yang terdalam selalu ada sedikit gelap.

Aku tidak dapat melakukan sampai dilecehkan orang lain berribu puluh kali, tapi aku tetap bisa memperlakukannya seperti awal permulaan begitu bertahan dengan ekstrim, aku bisa marah, bisa berjuang, bahkan bisa menyerang balik.

“Aku tidak per... ...” Pada mulanya Refaldy Ying ingin mengatakan apa, tapi diputuskan oleh aku.

“Tidak perlu ngomng lagi, perkataan begini sesudah itu jangan berkata di depan aku lagi, mengerti tidak?” Aku memperingati kamu, aku hanya ingin dengan tenang menjadi istri Jonathan, kali ini menunggu dia pulang, aku pasti akan menarik dia pergi menikah kembali.

Refaldy Ying berdiam, pandangannya dengan berani melihati aku, seolah sedang berpikir sesuatu.

Pelanggan itu baru turun setelah naik gunung lewat satu jam lebih, aku tidak tau dirinya sendiri bagaimana bisa dengan teguh memakai sepatu hak tinggi lagi dn mengikuti dibelakang, singkat kata, seharian turun, aku pulang sampai di rumah Keluarga Yi, seluruh badan kesakitan dan pegel, langsung berbaring di atas ranjang, bahkan mandi saja juga malas mandi, langsung tertidur.

Pada saat malam jam sepuluh lebih Jonathan menelepon aku, berbunyi dua kali baru terbangun dengan berisiknya.

Aku menekan tombol penerima, dengan kasian berkata: “Aku hari ini sangat menyedihkan!”

“Aku tadinya ingin memberitahu kamu lusa aku sudah pulang, tapi nada bicara kamu kelihatannya seperti sangat lelah, kalau begitu sudahlah, tunggu... ...” Perkataan Jonathan belum menurun, aku segera bersemangat kembali.

“Aku baik, sangat baik, kamu bilang kamu lusa sudah pulang?” Aku bertanya dengan susah percaya, dalam hati sangat bergairah dan senang sekali.

“Tidak diterima?”

“Selamat datang, kamu katakan jam kamu pulang dengan lebih jelas sedikit, aku baik untuk menarik spanduk, mencari satu tempat yang mencolok pergi menyambut kamu.” Aku dengan lebai dan juga bergairah berkata.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu