Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
“Kamu jangan-jangan dengan bodoh lari ke balkon melihat aku apa sedang memata-matai kamu di suatu tempat?” Jonathan di hp sebelah situ tertawa dengan bercanda.
Mendengar perkataan dia ini, aku malah kecewa sebentar, lebih baik aku dimata-matai olehnya, ini menjelaskan dia berada di samping aku. Tapi begitu mendengar cara bicara dia ini, sudah jelas dapat menebak babi bodoh aku ini akan lari keluar.
“Aku benar-benar sangat bodoh.” Aku dengan murung berkata, kelihatannya aku kebanyakan nonton film perang mata-mata, baru bisa bodoh sampai di titik bagian ini, sudah tiada obat yang dapat menyelamat.
Perkataan menurun, Jonathan di hp sebelah situ telah terdiam, kami sesama memegang hp, sama-sama mengetahui pihak lawan pasti masih mendengarnya, tapi juga tidak membuka mulut lagi.
Lewat sangat lama, Jonathan baru berkata: “Besok ada pelanggan lama dari itali mau kemari, kamu melayani dia sebentar.”
“Baik.” Aku menjawabnya, bertanya lagi: “Kamu kapan pulang, keadaan ibu beberapa hari ini tidak terlalu bagus, kurang sadarkan diri, dia sangat menyalahkan dirinya sendiri, mengira kepergian kamu adalah pembuatannya.”
“Tidak berhubungan dengan ibu, ada beberapa masalah tidak diselidiki dengan jelas, rintangan dalam hati aku ini selamanya berada.” Jonathan menjelaskannya, “Aku sangat cepat akan pulang, beritahu ibu, aku sama sekali tidak pernah menyalahkannya, di dalam hati aku, dia selamanya adalah ibu aku
Jonathan Yi.”
“Aku tau.” Aku menjawab dengan perasaan yang campur aduk, “Cepatan pulang, aku menunggumu.”
“Ehmm!” Jonathan menjawab sekata.
Aku tidak rela mematikan teleponnya, setelah sampai hp di sebelah situ mematikannya, aku masih tak sadar diri, tidak tau telepon tadi itu apa benar Jonathan yang menelepon, atau halusinasi aku saja.
Belakang ini selalu sibuk mencari dia, tidur juga bermimpi tentang dia, terkadang hp berdiam saja, aku bisa berhalusinasi salah dengar, tadi itu bukan halusinasi dia kan?
Aku mengangkat hp lihat sebentar daftar obrolan, kurang lebih ada enam menit lebih pencatatannya, aku tidak tenang, menelepon ulang lagi ke situ, setelah mendengar suara dering hp Jonathan, aku dengan cepat mematikannya.
Aku menepuk-nepuk dadaku, merasa lega, Jonathan sudah menyalakan hp, itu dia, bukan halusinasi aku.
Aku jalan masuk ke kamar, membukakan pintu, segera ke kamar mertua, menggetuk dan membuka pintunya, aku memberitahunya, Jonathan menelepon kemari, dia bilang sangat cepat akan kembali.
Mertua begitu dengar, awalnya masih tidak percaya, setelah sampai aku kasih dia lihat daftar catatan jam obrolan, dia baru percaya, selanjutnya adalah orang tua menangis tersedu-sedu.
Aku terlalu senang, semalaman berguling terus di atas ranjang, seseorang kegirangan, bagaimana ngantuk juga tidak dapat menutup matanya tidur, ketika sampai langit sudah mau terang, baru dengan linglung tidur sebentar.
Kalau bukan Bibi Chang datang memanggil, aku mungkin tidak dapat bangun.
Aku dengan kelelahan bangun tidur, mengucek mata, dengan bingung melihati Bibi Chang bertanya: “Ada apa?”
“Tuan Ying menelepon kemari, menunggu di bawah lobi.” Bibi Chang dengan sangat sopan berkata.
Tuan Ying? Refaldy Ying?
Hari itu aku marah kepadanya dengan tidak sungkan begitu, memarahinya, tak tersangka dia masih bisa berlapang dada begitu kemari mencari aku? Masalah apa? Aku turun ranjang, setelah mencuci gosok sebentar lalu turun ke lantai bawah.
Hanya melihat dia berpakaian jas berwarna abu-abu gelap, berdiri dengan tegak lurus, dengan sangat sopan bersenyum dan melihati aku.
Aku mengerutkan kening perlahan-lahan berjalan turun dari tangga, bertanya: “Ini pagi-pagi, kamu mengunakan senyuman begini menyambut aku, aku takut bisa bermimpi buruk.”
Refaldy Ying begitu mendengar perkataan ini, segera bersenyum semakin ceriah lagi, “Bisa muncul di dalam mimpi buruk Nona Mo, itu juga suatu kehormatan.”
“Tidak usah cerewet, cari aku ada masalah apa?” Terhadap kedatangan Refaldy Ying yang tanpa sebab, aku mengandung semacam perlawanan psikologis, aku takut kedatangannya akan membawakan aku kecelakaan dan ketakutan apa kepadaku lagi.
“Apa CEO Yi tidak mengatakan kepadamu? Dia membiarkan aku hari ini menemanimu menemui pelanggan itali itu, aku datang menjadi penerjemah.”
Perkataan Refaldy Ying menurun, dengan percaya diri menarik-narik jasnya, menaiki senyuman yang penuh dengan daya tarik itu bersenyum padaku.
“Jonathan menyuruh kamu menemani aku? Menjadi penerjemah?” aku sedikit tidak percaya, “Kapan?”
“Semalam.” Refaldy Ying berkata dengan tanpa menyembunyikan sama sekali.
Aku dengan curiga melihatinya, dulu aku sedikit bercanda saja dengan Refaldy Ying, meskipun gerakannya tidak begitu mesra, Jonathan terkadang pun akan bercemburu, hari ini matahari telah terbit dari bagian barat, kenapa ini... ...
Terserah, Jonathan ada perencanaan dia sendiri, ada satu orang menemani aku pergi menghadapi kesulitan yang tidak diketahui, sebenarnya lumayan bagus juga.
Aku dengan Refaldy Ying pergi ke bandara menjemput pelanggan yang itali itu, dia adalah seorang pria setengah baya yang berumur empat puluh lebih, tingginya sudah mau sampai dua meter membuat aku berkesan baru, Refaldy Ying berinisiatif maju, ngobrol sangat gembira dengan dia.
Ternyata pelanggan lama ini bukan kemari untuk berbisnis, datang untuk berwisata di Kota F, jadi aku menginjak hak tinggi, tak tersangka bersama Refaldy Ying dan juga pelanggan ini pergi mendaki gunung.
Energi orang asing lebih bagus banyak daripada kami, dia dengan senang tanpa lelah menjalankan sepanjang jalan, memuji pemandangan Kota F, sedikitpun juga tidak peduli dengan pakaian ketidakcocokan kita berdua, saat ini aku sudah tersika oleh hak tinggi yang di bawah kakinya sampai sudah mau tidak berguna lagi.
Kelelahan sampai menopang ke pohon yang di samping, terengah-engah bernapas, berkata terhadap Refaldy Ying: “Aku sudah tidak dapat berjalan lagi, kamu menemani bule pergi berkeliling saja, berkeliling lagi, kemungkinan aku sudah tidak dapat memanjat lagi.”
Refaldy Ying menutup bibirnya dan melihati aku bersenyum-senyum, menjawab: “Kamu tunggu sebentar, aku bilang ke Antonio sebentar.”
Perkataan menurun, dia maju dua langkah bilang beberapa kata dengan pelanggan, orang itu melihat aku sekali, mengangguk-angguk kepala, sendirian berlanjut jalan kedepan.
Refaldy Ying membalik badan kembadi ke samping aku, menundukkan kepala melihati sepasang hak tinggi aku yang berwarna perak pearlescent runcing itu, berkata: “CEO Yi ini juta benar-benar, tidak bilang ke kita mau datang mendaki gunung, kamu lihat-lihat kamu, lihat aku lagi, satu memakai hak tinggi, satu memakai jas penuh kebesaran, sepanjang jalan ini sudah mendatangkan banyak pandangan aneh.”
“Jangan bicara mengejekkan Jonathan.” Aku sambil memijat paha kecil, sambil memperingatinya.
“Kamu perempuan ini... ...” Refaldy Ying dengan pasrah melihatiku, tiba-tiba membungkukkan pinggang, dengan pelan-pelan mengangkat kaki aku, meletakkan di atas lututnya.
Aku terkejut, segera ingin menarik kembali, tapi malah ditekan olehnya.
“Tunggu sebentar, aku lihat apa sudah melepuh?” Perkataan menurun, dia tanpa izin aku, langsung melepaskan hak tinggi aku, stoking di bawah kakiku sudah berjalan sampai sobek, satu sisi kuku sudah penuh darah, depannya bawah kaki memang sudah timbul dua lepuh yang besar.
“Aku pada akhirnya mengerti, apa namanya mati mau cantik hidup menderita.” Aku “Aduh” sekali, dengan ringan mengigit bibir bawah, berkata: “Sakit setengah mati.”
“Kelihatannya kamu tidak dapat berjalan lagi, kalau pecah akan lebih sakit.” Wajah Refaldy Ying menurun, tidak memberikan sepatu aku untuk dipakai, melihati aku, berkata: “Begini saja, aku mengendong kamu turun gunung?”
“Menggendong aku?” aku dengan terkejut melihati wajah seriusnya, segera menggelengkan kepala, “Kalau membiarkan kamu menggendong, aku memilih memanjat, begini lebih bermartabat.”
“Aku benaran tidak tau kamu sedang takut apa?” Wajah Refaldy Ying murung, mengerutkan kening melihati aku, “Christine Mo, apa kamu pikir aku akan apa-apain kamu, atau merasa aku berpikiran lain terhadap kamu?”
Aku tidak menjawab perkataannya.
“Kamu benaran tidak pergi aku menggendong?” Dia bertanya sekali lagi.
Aku menggelengkan kepala, “Tidak perlu, kamu pergi menemani pelanggan itu, pada nantinya tersesat, kita masih harus pergi mencarinya.”
“Perjalanan naik turun gunung hanya ada satu jalan, tadi waktu naik aku sudah sempat tanya. Kita menunggu disini, dia pasti akan turun.” Refaldy Ying melakukan sesuatu malah ada permulaan juga ada pengakhiran, bagian ini diluar dugaan aku.
Aku menundukkan kepala, menghela nafas, ini berbisnis, masih harus menemani pelanggan mendaki gunung, aduh, perjalanan kehidupan ini kenapa selalu berbelok-belokan, kapan bisa ada satu jalan lancar tanpa penghalangan sudah dapat langsung sampai akhir?
“Haus tidak?” Refaldy Ying memiringkan mata melihat aku sekali.
“Sedikit.” Aku menjawabnya.
“Tunggu aku disini sebentar.” Perkataan menurun, dia langsung pergi.
Tidak lama, dia sudah pulang, tangannya mengangkat dua botol air mineral, masih tersentak, kelihatannya sepanjang jalan berlari kesitu, dia membukakan tutupannya lalu memberikan kemari.
Aku menerimanya, begitu minum langsung setengah botol, aku tadi hanya bilang sedikit haus, sebenarnya benar-benar haus sekali, utamanya karena adanya pelanggan, mau tidak mau harus ikut, mau tidak mau mengigit gigi untuk bertahan.
Aku tak kepalang lagi melepaskan sepatu hak tinggi, dengan berhati-hati berjalan di kursi batu yang tak jauh, duduk, seluruh badan menjadi lega.
Aku dengan tenang melihati ke arah depan, lelah sampai sedikit bengong. Tiba-tiba, tangan Refaldy Ying menyentuh sudut alis aku, mengagetkan aku, terkaget bertanya: “Apa yang kamu lakukan?”
“Rambutnya berantakan.” Refaldy Ying dengan sedikit canggung menarik kembali tangannya, “Telah mengagetkan kamu.”
Aku dengan waspada melihatiya, “Kamu benar-benar mengagetkan aku, beberapa gerakan yang terlalu mesra bisa membuat orang salah paham, apalagi aku, aku akan salah mengira kamu menyukai aku, mengerti tidak?”
“Aku memang menyukaimu.” Refaldy Ying mengikuti ini langsung menjawabnya.
Pandangan aku secara formal mengalihkan ke wajah Refaldy Ying, melihati matanya yang mendalam itu, keningnya sedikit mengerut, bertanya: “Menyukai aku apa?”
“Berbaik hati.”
“Berbaik hati?” aku menertawakan diri sendiri, “Hanya karena aku pernah mendonorkan darah, kamu sudah pikir aku berbaik hati?”
“Tidak hanya itu.” Pandangan Refaldy Ying mengunci aku dengan erat, bersenyum dengan ringan, “Ada orang bergaul seumur hidup mungkin tidak mendatangkan ketertarikan, tapi ada orang melihat sekali langsung seumur hidup.”
“Hehe!” aku berketawa dingin, “Kamu terlalu tidak memahami perempuan, aku bukanlah perempuan yang berbaik hati, tau tidak, aku pernah menikah dua kali keluarga orang kaya, kalau tidak ada sedikit cara, apa kamu mengira aku bisa begitu mudah mendapat kemauanku?”
Aku baru perempuan yang luarnya terlihat tidak membahayakan itu, tapi di hati yang terdalam selalu ada sedikit gelap.
Aku tidak dapat melakukan sampai dilecehkan orang lain berribu puluh kali, tapi aku tetap bisa memperlakukannya seperti awal permulaan begitu bertahan dengan ekstrim, aku bisa marah, bisa berjuang, bahkan bisa menyerang balik.
“Aku tidak per... ...” Pada mulanya Refaldy Ying ingin mengatakan apa, tapi diputuskan oleh aku.
“Tidak perlu ngomng lagi, perkataan begini sesudah itu jangan berkata di depan aku lagi, mengerti tidak?” Aku memperingati kamu, aku hanya ingin dengan tenang menjadi istri Jonathan, kali ini menunggu dia pulang, aku pasti akan menarik dia pergi menikah kembali.
Refaldy Ying berdiam, pandangannya dengan berani melihati aku, seolah sedang berpikir sesuatu.
Pelanggan itu baru turun setelah naik gunung lewat satu jam lebih, aku tidak tau dirinya sendiri bagaimana bisa dengan teguh memakai sepatu hak tinggi lagi dn mengikuti dibelakang, singkat kata, seharian turun, aku pulang sampai di rumah Keluarga Yi, seluruh badan kesakitan dan pegel, langsung berbaring di atas ranjang, bahkan mandi saja juga malas mandi, langsung tertidur.
Pada saat malam jam sepuluh lebih Jonathan menelepon aku, berbunyi dua kali baru terbangun dengan berisiknya.
Aku menekan tombol penerima, dengan kasian berkata: “Aku hari ini sangat menyedihkan!”
“Aku tadinya ingin memberitahu kamu lusa aku sudah pulang, tapi nada bicara kamu kelihatannya seperti sangat lelah, kalau begitu sudahlah, tunggu... ...” Perkataan Jonathan belum menurun, aku segera bersemangat kembali.
“Aku baik, sangat baik, kamu bilang kamu lusa sudah pulang?” Aku bertanya dengan susah percaya, dalam hati sangat bergairah dan senang sekali.
“Tidak diterima?”
“Selamat datang, kamu katakan jam kamu pulang dengan lebih jelas sedikit, aku baik untuk menarik spanduk, mencari satu tempat yang mencolok pergi menyambut kamu.” Aku dengan lebai dan juga bergairah berkata.
Novel Terkait
King Of Red Sea
Hideo TakashiIstri Yang Sombong
JessicaIstri kontrakku
RasudinAdieu
Shi QiKisah Si Dewa Perang
Daron JayMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeDark Love
Angel VeronicaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)