Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 201 Alat Keamanan Diri

“Tidak ada apa-apa ?" Aku segera bereaksi dan tersenyum pada Jonathan.

Sepertinya Jonathan sudah mulai mencurigai, dia bukanlah orang bodoh, bagaimana mungkin dia tidak tahu perilaku Charles Ouyang, lalu dia segera bertanya : "Apakah dia melakukan sesuatu kepadamu ?"

Aku terkejut dan langsung menggelengkan kepala, "Tidak."

"Berbohong lagi." Jonathan langsung bisa menebak isi pikiranku. Setiap kali aku panik, aku langsung berdiri tegak dan menggelengkan kepala dengan cepat, kebiasaan ini sulit diubah. Aku rasa mungkin aku bisa mengatasi kebiasaan ini ketika aku benar-benar ingin menyembunyikan sesuatu.

"Sudahlah, aku akan pergi bekerja." Aku tidak ingin membicarakan hal yang tidak menyenangkan pada saat bekerja.

Baru saja ingin beranjak pergi, Jonathan memberiku tugas lain. Dia mengatakan bahwa istri dari klien Italia waktu itu akan datang mengunjungi Kota F, dan Jonathan memintaku untuk menemani istri dari klien Italia tersebut.

Aku memandang Jonathan dengan tak berdaya dan berbalik bertanya : "Apakah aku terlihat seperti seorang yang memiliki banyak waktu luang ?"

Dia menggelengkan kepala, "Orang sibuk, orang yang sangat sibuk."

"Jadi orang sibuk harus menemani orang yang memiliki banyak waktu luang ?" Aku mengerutkan kening, aku tahu bahwa jika aku terus mengomel, itu juga tidak akan mengubah keputusan Jonathan, tetapi aku senang bisa mengomelnya.

Keesokan harinya aku pergi ke bandara untuk menjemput istri tamu tersebut. Aku tidak menyangka bahwa istri dari orang asing waktu itu adalah orang Tiongkok, bahkan dia adalah seorang wanita yang cantik.

Ketika dia melihatku, dia menyapaku dengan sangat ramah. Aku bertanya kepadanya apakah dia bisa berbahasa mandarin, dia menjawab bisa.

Aku akhirnya mengerti mengapa kali ini Jonathan tidak menggunakan penerjemah, dia mengatur semuanya dengan sangat baik.

Ketika aku mengantar tamu ini untuk check-in ke hotel, dia mengatakan sesuatu kepadaku saat dalam perjalanan : "Aku mendengar bahwa Hotel Imperial di Kota F sangat bagus, aku ingin tinggal di lantai tertinggi hotel tersebut untuk melihat pemandangan indah seluruh Kota F."

Hotel Imperial lagi ? Aku selalu memiliki firasat buruk setiap kali pergi ke sana.

"ANGEL, sebenarnya ada banyak hotel yang bagus di kota F, mengapa kamu harus...." ANGEL langsung menyela pembicaraanku.

"DEAR, aku sudah memeriksa informasinya sebelum aku berpergian, hotel Imperial adalah hotel yang terbaik." ANGEL sangat keras kepala, mungkin karena pengaruh telah tinggal lama di luar negeri.

Aku tidak membantah keinginannya, jika dia ingin tinggal di sana, maka biarkanlah dia tinggal di sana.

Mobilku mulai melaju perlahan di jalan, aku membawanya ke hotel untuk beristirahat sejenak. Setelah check-in, aku memberitahu ANGEL bahwa aku akan menjemputnya besok pagi dan akan membawanya pergi berjalan-jalan.

Ketika aku berbalik badan dan bersiap untuk pergi, ANGEL menghentikanku dan memberiku sebotol kecil yang sangat indah, aku memandangnya dengan bingung dan bertanya : "Apa ini ?"

"Alat keamanan diri."

"Untuk apa kamu memberiku ini ?" Aku semakin bingung.

"Kamu perlu ini karena kamu sangat cantik, aku masih memiliki banyak botol di sini, dan satu untuk kamu." Ekspresi ANGEL sangat serius hingga membuatku malu menolaknya.

"Baiklah, terima kasih." Setelah aku mengucapkan terima kasih, aku membiarkannya berisitirahat dengan baik supaya besok memiliki energi untuk pergi berjalan-jalan.

Setelah aku mengucapkan selamat tinggal, aku pergi meninggalkan ruangannya dan naik lift. Baru saja turun sekitar tujuh lantai, pintu lift terbuka, dan seorang wanita yang terbalut selimut berlari masuk ke dalam lift, mulutnya dipukuli hingga berdarah, dan rambutnya berantakan seperti sarang burung.

Ketika pintu lift hendak ditutup, sebuah tangan besar tiba-tiba menahan pintu lift dan pintu lift dibuka paksa oleh tangan besar itu. Aku melihat dan ternyata itu adalah Charles Ouyang, dia bergegas keluar hanya dengan mengenakan celana dalam.

"Dasar murahan...." Belum selesai dia berbicara, dia melihatku dan langsung tertawa ironis sambil berkata : "Mengapa kemanapun aku pergi selalu bertemu denganmu ?"

Seharusnya aku yang menanyakan kalimat ini. Sudah kutebak bahwa akan ada hal-hal buruk yang terjadi di Hotel Imperial, ternyata hal buruk yang terjadi adalah bertemu dengan orang yang tidak benar seperti dia.

Aku tidak ingin merespon pertanyaannya, dan tidak ingin peduli dengan wanita yang bersedia ke tempat ini untuk melakukan hal tak tahu malu dengan Charles Ouyang.

Charles Ouyang melangkah maju, mengulurkan tangannya dan menjambak rambut panjang wanita itu serta menariknya dengan paksa. Ketika wanita itu mengeluarkan suara, aku terkejut dan segera menatap wanita malang itu dan bertanya dengan kaget : "Vivian ?"

Vivian tidak berani mengangkat kepalanya, dan semakin rendah menundukkan kepalanya, serta menarik semakin erat selimut yang terbalut ditubuhnya itu.

Pada saat ini, Charles Ouyang meledek dan berkata dengan sembrono : "Ternyata kamu mengenalinya, kamu memiliki penglihatan yang bagus, masih bisa mengenalinya meskipun sudah dipukuli seperti ini, Hei marga Mo, kamu hebat."

Dia masih bisa tertawa setelah memukuli seorang wanita hingga seperti ini, aku menatap Charles Ouyang dengan tatapan dingin dan memarahinya : "Apakah kamu masih seorang laki-laki ?"

Vivian menangis sambil menundukkan kepala, rambutnya yang berantakan itu menutupi wajahnya.

"Apa urusanmu ? Dia adalah wanita Jonathan Yi dan wanita ayahku, sekarang adalah giliranku untuk mempermainkannya." Selesai berbicara, dia berusaha menarik keluar Vivian dengan kuat.

Vivian menolaknya, selimut di tubuhnya jatuh, dia telanjang, tampak tak berdaya dan terus ditarik.

Awalnya aku mengatakan pada diriku sendiri untuk tidak mencampuri urusan orang lain, tetapi ketika aku melihat martabat wanita itu diremehkan dan senyum nakal Charles Ouyang, membangkitkan amarahku.

Vivian akhirnya meminta bantuan.

Ketika pintu lift hendak ditutup, sepasang matanya yang tak berdaya itu berhadapan dengan mataku, air matanya yang mengalir keluar dan luka di wajahnya itu membuat hatiku tersentuh. Akhirnya aku bergegas keluar sebelum pintu lift tertutup.

"Charles Ouyang, lepaskan Vivian." Aku berteriak keras.

Teriakkanku menghentikan langkah Charles Ouyang, mata nakalnya menatapku dan berkata : "Baik, aku akan melepaskannya, tetapi kamu harus menemaniku."

Aku membungkukkan badan dan mengambil selimut yang terjatuh di lantai. Aku melangkah maju dan membungkus tubuh Vivian, "Lepaskan dia, semuanya akan mudah dibicarakan."

Vivian menatapku dengan penuh rasa terima kasih.

Charles Ouyang menatapku dengan bingung dan bertanya : "Hei yang bermarga Mo, apakah kamu tahu siapakah wanita ini ? Dia adalah cinta pertama suamimu, kekasih ayahku. Wanita murahan seperti dia harus diperlakukan dengan cara yang lebih kejam, apakah kamu bersedia menemaniku demi dia ?"

"Bukan demi dia." Aku menyambut tatapan Charles Ouyang dan melangkah maju mendekatinya, "Yang kamu siksa bukanlah tubuh Vivian, melainkan martabat seorang wanita. Jika kamu ingin bersenang-senang, kamu bisa bersenang-senang dengan cara yang lebih bagus, mengapa kamu menyiksanya seperti ini ?"

"Karena dia murahan." Mata Charles Ouyang melebar dan menatapku dengan tidak puas, "Wanita murahan harus disiksa."

"Lepaskan dia, aku akan menemanimu." Aku berpura-pura tenang, tetapi sebenarnya aku sangat ketakutan, aku sedikit curiga dengan IQ aku, mengapa aku harus mencampuri urusan semacam ini.

Aku melihat Charles Ouyang melepas tangannya, dan Vivian segera bersembunyi di belakangku, meraih bajuku.

"Mari kita ke kamar." Charles Ouyang menatapku dengan nakal, "Apakah aku harus menggendongmu masuk ke dalam kamar atau kita lakukan saja di sini."

"Charles Ouyang, aku ingat bahwa sepertinya kamu selalu ingin mengambil keuntungan dariku, tetapi kamu selalu tidak berhasil mendapatkannya, aku rasa hari ini kamu juga tidak akan berhasil." Aku tersenyum tipis.

"Apakah kamu pikir aku tidak bisa menaklukkanmu ?" Charles Ouyang sudah mengetahui caraku menghadapinya pada waktu lalu dan dia pasti sudah mengantisipasi. Ada sebuah pepatah mengatakan "kebetulan".

Aku masih merasa bahwa itu tidak berguna ketika ANGEL memberikanku sebotol alat keamanan diri, dan sekarang aku merasa itu sangat berguna.

"Aku ingin memberimu sesuatu, tolong buka matamu lebar-lebar." Aku mengangkat alisku dan sengaja memberi senyuman yang lembut.

Ternyata Charles Ouyang sangat patuh terhadap perkataanku, dia menatapku dengan mata lebar, aku menyemprotkan sebotol alat kemanan diri itu ke matanya dan dia langsung berteriak kesakitan. Aku menarik Vivian dan menekan tombol lift dengan kecepatan tercepat, lalu masuk dan meninggalkan Charles Ouyang.

Ketika pintu lift tertutup, aku mendengar Charles Ouyang berteriak : "Hei marga Mo, tunggu pembalasanku, aku bersumpah, suatu hari, kamu akan membayar harga atas perbuatanmu hari ini."

Setelah memasuki lift, aku melepaskan tangan Vivian dan berdiri di samping.

"Nona Mo, terima kasih." Vivian berkata dengan suara tercekat. Ketika dia melihatku tidak berbicara, dia berkata lagi : "Tasku, ponselku, dan kartu bank semuanya ada di lantai atas...."

Aku melirik ke arahnya dan bertanya : "Apakah kamu ingin aku membantumu mengambil semua barang-barangmu di lantai atas ?"

Dia segera menggelengkan kepalanya dan menjawab : "Aku tidak bermaksud seperti itu."

Aku menatapnya dengan tatapan tajam, "Kamu harus mengerti, jika bukan karena kebetulan aku melihat kejadian yang mengerikan ini, aku tidak akan peduli sama sekali. Karena semua ini adalah akibat dari perbuatanmu sendiri. Ketika kamu mempermainkan para pria, kamu harus tahu bahwa suatu hari para pria tersebut akan mempermainkanmu juga."

Vivian terdiam, bibirnya mengencang dan menangis dengan sedih, "Jika nasibku sebaik kamu, haruskah aku menjual diri ?"

Kalimat ini menghantamku, nasib sangat bisa mempermainkan orang. Nasib telah mempermainkan wanita ini, dan aku telah melukai hati wanita ini. Aku terdiam, dan suasana hatiku terasa rumit.

"Tidak perlu naik ke atas, buatlah kartu baru dan belilah ponsel baru. Aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi setelah naik ke atas, jadi aku tidak akan mengambil resiko ini." Aku menjawab dan Vivian mengangguk.

"Aku tahu, aku ingin kamu membelikanku sebuah pakaian, aku tidak bisa keluar dengan keadaan seperti ini."

Aku menyadari bahwa aku baru saja berbicara terlalu cepat dan lupa memperhatikan keadaannya. Memang benar, cuaca begitu dingin, tidak mungkin membiarkan dirinya keluar dengan bungkusan selimut dan tanpa alas kaki.

Aku membawa Vivian ke tempat parkir, membawanya keluar dari hotel Imperial, kemudian membelikannya pakaian dan sepatu untuknya.

Ketika aku melihat jelas wajah Vivian, aku benar-benar terkejut oleh luka di wajahnya itu.

Dia tersenyum malu kepadaku dan berkata : "Terima kasih."

Hatiku tersentuh dan menggelengkan kepala : "Tidak perlu berterima kasih, mungkin ini sudah ditakdirkan Tuhan untuk membiarkanku menolongmu."

Siapa yang dapat mengira bahwa baru saja seseorang memberiku sebotol alat keamanan diri, dan langsung terpakai.

"Apakah kamu ada waktu, bisakah kamu menemaniku minum secangkir kopi sebelum pergi ?" Vivian menatapku dengan ragu-ragu dan suaranya bercampur dengan kesedihan. Awalnya aku ingin kembali ke kantor, namun setelah mendengar suaranya itu, aku langsung menyetujuinya.

Kita duduk di sebuah kafe terdekat, dia sedikit terganggu dengan pandangan orang lain di sekitarnya. Aku mengerti mengapa dia selalu menutupi wajahnya, wajahnya telah dilukai seperti ini, tentu saja dia akan memperhatikan penampilannya sendiri.

Aku memulai bertanya kepadanya : "Kenapa kamu memiliki hubungan dengan Charles Ouyang ?"

"Dia mencariku." Vivian menjawab.

"Dia mencarimu, dan kamu langsung menemuinya ?" Aku terkejut.

Vivian menggelengkan kepala, "Dia mengatakan kepadaku bahwa kak Frederik ingin menemuiku di hotel Imperial. Awalnya aku mencurigainya, tetapi karena berpikir bahwa dia adalah putranya Kak Frederik, maka aku tidak begitu mengantisipasinya."

"Apakah kamu sudah pisah dengan Frederik Ouyang ?" Aku menebak.

Vivian mengangguk, "Sudah pisah, dia berpisah denganku tanpa alasan. Ketika dia mencintaiku, dia menganggapku sebagai orang kesayangannya, ketika dia tidak mencintaiku lagi, dia menganggapku seperti sampah. Aku tidak bisa menerima perlakuannya terhadapku, aku pergi ke Hotel Imperial untuk bertanya dengan jelas kepadanya, dia menganggapku seperti apa ?"

Aku menatap Vivian dengan tatapan tak berdaya, aku tidak tahu harus menggunakan kata-kata apa untuk mendeskripsikan suasana hatiku saat ini.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu