Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
Alat antrian meneriakkan nomor antrianku, hatiku kacau, aku menggulung-gulung kertas antrianku, ketika aku membalikkan badan, aku melihat Jonathan.
Tanpa mengatakan apa-apa, dia menarikku langsung sampai ke jendela, duduk, lalu menyerahkan dokumentasi itu. Aku menatapnya dengan bingung, sampai seorang petugas memanggilku, aku baru tersadar kembali.
"Kartu keluarga, KTP, pas foto." Petugas itu memberitahukan kami belum menyerahkan pas foto. Kami terpaksa menepi dan membuat pas foto.
Dengan begini, antrian di belakang mendapat giliran terlebih dahulu, sedangkan aku perlahan melangkah pergi dengannya.
Melihat dia berjalan di depanku, aku akhirnya tidak tahan, lalu bertanya, "Jonathan, kenapa kamu mau datang kemari? Kenapa mau menikah denganku?"
Aku kira dia tidak akan datang, meskipun aku merasa sedih dan kecewa, tapi setidaknya ketidakdatangannya adalah hal yang wajar.
Akan tetapi dia datang, itu benar-benar membuatku bingung.
"Kamu kenapa juga mau menikah?" Dia berbalik, lalu menatapku dan bertanya. Sepasang mata yang dalam itu melihatku lekat-lekat, berusaha menangkap perubahan kecil pada ekspresi wajahku.
"Aku...." mencintai dia, jadi aku ingin menikah dengannya. Sebenarnya ketika aku menikah dengan Ardy pun aku sudah jatuh cinta dengannya. Aku sebenarnya tidak rumit, kalau cinta ya menikah.
Mungkin aku bisa saja terluka karena hal itu, tapi aku bisa berbuat apa lagi? Dalam hidup ini, kalau kamu tidak pernah terluka, hidupmu itu tidak berarti.
"Ayo, pergi foto." Dia berbalik lalu melangkah pergi. Aku mempercepat langkahku untuk menyusulnya. Aku terus mengamatinya, "Menikah boleh-boleh saja, tapi kamu harus berjanji dua hal padaku."
"Aku sudah berbuat salah dengan menikahimu, kamu masih memintaku untuk berjanji dua hal padamu?" Jonathan bertanya sambil mengerutkan dahi, menatapku dengan kecewa.
"Kalau begitu kamu cukup berbuat salah sedikit lagi, nanti setelah kamu dengarkan permintaanku, kamu pikirkan baik-baik dulu, masih mau menikahiku tidak? Aku menatap dia dengan serius, melihat dia menganggukkan kepala.
"Katakan!"
"Yang pertama, setelah kita mengurus surat nikah, kita tidak perlu mengadakan pesta pernikahan, tidak tinggal di rumah kamu, kamu boleh tinggal di rumah, aku akan menyewa rumah. Hubungan suami istri kita tidak boleh ada orang lain yang tahu kecuali kita." Hal ini aku harus membuat Jonathan menyetujuinya.
Aku sangat takut Cynthia akan mengganggu keluargaku, menyembunyikan pernikahanku dengan Jonathan itu adalah bentuk perlindungan untuk keluargaku, dan pembalasan dendamku kepada Cynthia, tapi tidak mempengaruhi hubungan antara aku dan Jonathan.
"Kamu mau kita menyembunyikan pernikahan kita?" Jonathan memandangku dengan bingung.
Aku mengangguk, "Betul, menyembunyikan pernikahan, kamu tidak perlu khawatir, meskipun menyembunyikan pernikahan, aku akan tetap patuh padamu, tidak akan bertindak sembarangan di luar sana."
Jonathan mendengar perkataanku, mengangguk dengan puas, "Baiklah."
"Yang kedua, aku mau kita membuat dan menandatangani perjanjian pisah harta."
"Perjanjian pisah harta?" Jonathan kembali menatapku dengan bingung, "Christine, kamu khawatir aku akan menghabiskan hartamu?"
Aku menggelengkan kepala, "Bukan, aku sedang melindungi hartamu."
Jawabanku mengejutkan Jonathan. Aku mendekatinya, dan dengan wajah serius berkata, "Aku tidak mau keluargaku memanfaatkan kekayaanmu. Jonathan, perjanjian ini sebaiknya kamu konsultasikan dulu dengan pengacaramu, lalu biarkan aku menandatanginya, ini juga satu-satunya yang membuatku percaya aku masih memiliki harga diri, aku mohon kamu menyetujuinya."
"Kenapa harus seperti itu?" Jonathan menatapku dengan belas kasihan, menjulurkan tangannya untuk membelai rambutku, "Kamu ini benar-benar seorang wanita yang penuh misteri, membuat orang-orang tidak sanggup menerkamu."
"Kamu cuma perlu tahu, semua ini aku lakukan demi kebaikanmu." Aku mendekat, menggandeng tangan Jonathan, lalu tersenyum kecil kepadanya.
Baru berjalan beberapa langkah, Jonathan tiba-tiba merengkuh tubuhku dengan sekuat tenaga, dan mendekapku dengan erat.
Aku salah tingkah dalam pelukannya, aku melihat ke arahnya dan bertanya, "Ada apa?"
Dia tidak menjawab, hanya memelukku dalam diam.
Kemudian, kami pergi foto, lalu dengan cepat mendapatkan surat nikah kami. Dengan demikian, aku sudah resmi menjadi Nyonya Chandra, meskipun tidak ada acara pertunangan yang romantis, dan mungkin bahkan tidak ada kado pernikahan apapun, tapi aku bersedia.
Jonathan membawaku ke hotel tempat di mana kami berdua bermesraan untuk pertama kalinya, di kamar yang sama, di daun pintu yang dingin itu kami tenggelam dalam panasnya api nafsu, dalam lumatan-lumatan bibir yang bertubi-tubi.
Dia menghujani tubuhku dengan ciuman dan hembusan nafasnya yang hangat. Perasaan yang tertahan ketika kita berpisah, ditumpahkan seluruhnya di detik itu.
Jonathan diatas tubuhku, dan seperti seorang raja, dia memandangku. Nafasnya memburu, lalu dengan suara yang sedikit serak bertanya padaku, "Apa kamu menginginkanku?"
Aku mengangguk, dengan kedua tanganku, kupeluk punggungnya yang atletis itu, aku bangkit berdiri dan mengecup bibirnya, aku mengambil inisiatif menyelipkan lidahku ke mulutnya, aku dapat dengan jelas merasakan inisiatifku ini membuat Jonathan salah tingkah.
Aku menarik diri di momen yang tepat, lalu mengangkat alisku dan bertanya, "Apa kamu suka apa yang kamu rasakan sekarang ini?"
Jonathan bengong sejenak, lalu mendesah, "Aku suka sekali dengan apa yang aku rasa sekarang ini."
Setelah berkata demikian, dia menahanku, kami berdua bersatu dalam pelukan yang hangat, bergulung-gulung.
Malam itu, aku memeluk pasanganku, setelah akhirnya disahkan secara hukum, tidak ada lagi perasaan lelah.
Ketika matahari mulai menampakkan cahayanya dari ufuk timur, aku perlahan bangun, tapi begitu dia tarik, tubuh kecilku kembali masuk dalam dekapannya, "Mau kemana kamu?"
Bibirnya di tempelkan ke telingaku, lalu bertanya dengan hangat, hembusan nafasnya merambati pelan kulitku, menggelitik. Aku meronta, tapi pelukan dia juga bertambah kuat, akhirnya aku hanya bisa berbohong, "Aku mau mandi."
"Aku temani." Kata-katanya membuatku tersipu malu, aku langsung membayangkan gambaran itu. Aku bisa merasakan wajahku memerah.
"Tidak mau, kamu mandi sendiri, aku mandi sendiri." Jawabanku itu tidak disetujuinya.
"Tubuhmu bagian mana yang belum pernah kulihat?" Dia mengernyitkan dahi. Melihatku tertunduk malu, dia tertawa, "Iya iya, aku tidak akan mengganggumu lagi. Pergi mandi sana!"
Dia melepaskan pelukannya, aku akhirnya bisa berlari menuju ke kamar mandi.
Setelah aku mengisi penuh bath-up dengan air, aku perlahan berbaring masuk. Badanku yang pegal-pegal, hilang seketika begitu terendam air hangat. Ketika aku sedang memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, tubuhku menegang, ternyata Jonathan masuk ke kamar mandi dan mengingkari janjinya.
Aku panik dan dengan segera masuk ke dalam air.
Akhirnya karena tidak kuat lagi menahan nafas, aku mengeluarkan kepalaku dari air, terengah-engah. Bukannya keluar dari kamar mandi, Jonathan malah terlihat masuk ke sisi lain bath-up, lalu melihatku dengan bercanda, pandangannya menyapu tubuhku dari rambut hingga dada, lalu kembali ke wajahku dan berkata, "Apa kamu lebih memilih mati tenggelam daripada mandi bersamaku?"
Aku masih terengah-engah, tetesan air menitik dari rambutku, dengan munafik aku berkata, "Aku sedang berlatih kungfu... Hehehe, iya... Aku sedang berlatih kungfu."
Setelah berkata demikian, aku merasa diriku ini benar-benar tidak bisa diandalkan.
Jonathan bangkit berdiri, lalu meraih selembar handuk putih, lalu membantuku mengeringkan rambut, "Tenang saja, aku sudah berjanji tidak akan mandi bersamamu, jadi aku tidak akan mandi bersamamu, kamu tidak perlu setegang itu."
Aku bengong, melihat dia mengeringkan rambutku, meneruskannya dengan menyeka punggungku, kemudian memelukku dengan handuk, "Setelah kamu selesai mandi, giliranku mandi."
Aku bengong sejenak, lalu dengan segera bangkit berdiri dan melangkah keluar sambil memegang handuk itu dengan erat, takut mempermalukan diri dengan tanpa sengaja menjatuhkan handuk itu di depan Jonathan.
Kulihat dia menarik handuk mandi yang membalut tubuh bagian bawahnya tanpa melirik, dan aku segera menyadari fokusnya, kemudian berbalik, ingin dengan segera meninggalkan kamar mandi.
"Christine...." Jonathan memanggilku.
Kaki telanjangku menginjak lantai keramik yang dingin, lalu diam tak bergeming.
Melihatku berhenti di situ, dia melanjutkan perkataannya, "Aku punya sebuah apartemen di pusat kota, aku baru membelinya beberapa hari ini, tidak orang yang tahu, kamu pindah kesana!"
Aku berpikir sejenak, apa aku ini istri simpanan?
Harusnya tidak termasuk, aku sekarang istrinya yang sah, tinggal di rumah miliknya adalah hal yang wajar, aku juga tidak ingin merubah kepemilikan rumahnya jadi milikku.
Aku mengangguk, "Baiklah, tunggu kamu selesai mandi, aku juga ingin membahas sesuatu denganmu."
Aku keluar dari kamar mandi, lalu duduk di tepi ranjang sambil mengeringkan rambut, tidak berselang berapa lama, pintu kamar mandi berdecit terbuka, Jonathan perlahan berjalan keluar langsung ke arahku, kemudian duduk bersandar pada punggungku.
Tangannya memegang handuk di tanganku, membantuku meneruskan mengeringkan rambut.
Gerekan dia sangat ringan dan lembut, membuatku nyaman.
Tidak tahu kenapa, aku merasa bunga asmara antara kita berdua mulai mekar kembali. Mungkin karena kita sudah memiliki surat nikah, jadi terasa sudah saling memiliki dengan sah, tidak perlu lagi menutupi apapun, bisa lebih terbuka.
"Bukannya tadi kamu berkata ada sesuatu yang ingin kamu bahas denganku?" Tangannya yang besar perlahan membelai rambutku, lalu berhenti di hidungku, sambil menarik nafas dalam-dalam.
Meskipun dia sedang membelakangiku, tapi aku masih bisa mendengar suara nafasnya yang berat, wajahku memerah, lalu dengan suara pelan berkata, "Aku ingin bekerja."
Belaiannya berhenti tiba-tiba, meletakkan handuk itu, kemudian membalikku, dan berkata, "Kamu ini sedang berdebat denganku?"
Aku mengangguk, "Betul, aku ingin meneruskan pekerjaanku menjadi model, apa kamu setuju?"
"Kalau aku tidak setuju, apa kamu akan menyerah?" Wajahnya tenggelam, setiap kali mendengar aku ingin kembali bekerja, dia seakan marah, pada saat-saat seperti ini, aku terbiasa diam dan menunggu.
Terlebih lagi, aku juga mengatakan kepadanya kalau aku akan masuk kembali ke industri lama, pekerjaan yang paling tabu bagi setiap lelaki.
"Aku tidak mau menyerah, kakakku masih berhutang banyak, aku harus menggantinya." Hutang 1 Milyar pada Cynthia itu seperti sebuah batu yang terus menekan dadaku, hanya dengan mendapatkan uang 1 Milyar, lalu ditambah uang 1 Milyar di saldoku, aku akan segera bisa melunasi hutang kakakku kepada wanita jahat itu.
"Hutang kakakmu akan kulunasi." Jonathan berkata dengan langsung, "Soal pekerjaan, jangan pernah kamu bahas lagi."
Aku tidak senang, bangkit berdiri, lalu berkata kepadanya, "Jonathan, di matamu, aku, Christine, apa hanya seorang wanita yang tidak berdaya?"
Mendengar perkataanku, dia melihatku dengan bingung.
"Kenapa aku ingin kita menandatangani surat pisah harta, kenapa ingin menyembunyikan pernikahan ini, itu karena aku ingin dengan usahaku sendiri menyelesaikan masalah-masalahku." Nadaku sedikit berat, dengan jelas bisa kulihat perkataanku membuat Jonathan tidak nyaman.
Aku duduk kembali di sebelahnya, menyandarkan wajahku di bahunya, aku sendiri merasa nada yang kugunakan barusan terlalu keras, lalu dengan lembut berkata, "Aku akan berjanji padamu, tidak akan mengenakan busana yang terlalu terbuka, akan menolak segala sesuatu yang asusila, dan pastinya tidak akan berbuat sesuatu yang menyalahimu."
"Aku tidak membiarkanmu kerja, bukan karena aku ingin mengontrolmu." Jonathan baru akan menjelaskan, jari telunjukku aku tekankan ke bibirnya yang tipis.
"Aku tahu, kita sekarang sudah suami istri, kamu hanya perlu berlaku baik padaku, aku akan selamanya loyal terhadap pernikahan kita ini." Aku mengedip-kedipkan mata, menatapnya dengan patuh, sembari bersumpah. Dia kemudian membenamkan wajahnya ke rambutku dan menciumnya dengan lembut.
"Baiklah, aku mengalah padamu."
Novel Terkait
Mendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMeet By Chance
Lena TanSi Menantu Buta
DeddyWaiting For Love
SnowWahai Hati
JavAliusYou're My Savior
Shella NaviAwesome Husband
EdisonMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)