Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
"Oh iya, tadi Yoga menelponmu, mama beri tahu dia kamu sedang berada di rumah sakit." Mama sambil mengupas apel berkata dengan lembut.
Setelah menjawab "Oh", aku memejamkan mata, hatiku kacau, apa Jonathan yang mengantarku kembali ke kamar pasien? Apa dia sudah tahu semuanya, termasuk berita keguguranku.
Dia pasti mengira aku ini seorang wanita yang plin-plan, aku yang memberi tahu dia mengenai kehamilanku, aku juga yang memberitahu dia kalau aku tidak hamil, akhirnya bayi yang dibicarakan lepas dari rahimku juga.
Seharusnya dia senang, akhirnya terbebas dari tanggung jawab yang melelahkan, tapi aku, mungkin akan merasa sakit hati cukup lama, baru bisa memulai kehidupan yang baru.
"Sini, makan apelnya." Mama menyuapkan apel yang sudah dikupasnya, segera memasukkan ke dalam mulutku, apel yang dingin dan manis itu bersentuhan dengan bibirku yang kering, seketika lembab, aku pelan-pelan membuka mata, melihat mama, lalu menggelengkan kepala.
"Aku tidak mau makan apelnya, bantu aku ambilkan air hangat saja!" Aku merasa perut bagian bawah sedikit sakit, dengan sekuat tenaga menahan sakit dan bangkit duduk, melihat ke arah mama, dan bertanya: "Ma, kalau mama disini mengurusku, siapa yang mengurus papa di rumah?"
"Yoga sudah bilang akan datang mengurusmu, begitu dia datang mama akan pulang." Mama tidak menyangka berkata seperti ini malah membuatku susah.
Aku tidak punya hubungan apapun dengan Yoga, aku keguguran bayi orang lain, lalu dia datang merawatku, kalau dipikir ini sebuah cerita lucu.
Aku tidak tahu sebenarnya apa yang dia mau, kalau aku seorang laki-laki, aku pasti tidak akan menerima perempuan seperti aku ini, dengan apa yang dia miliki sekarang, latar belakang keluarga, mau mencari perempuan yang baik, sempurna bukan hal yang susah, tapi dia malah memilihku.
Mama tak henti-hentinya memuji Yoga, tapi kata-katanya cuma masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri saja, hal ini berlangsung sampai Yoga tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu, dengan tatapannya yang penuh martabat.
Mama begitu melihat Yoga, seperti melihat anaknya sendiri, langsung menghampiri dan menariknya, lalu mendorongnya duduk ke atas kursi, mama dengan penuh arti meninggalkan kami berdua.
Aku menatapnya dalam diam, berkata dengan pelan: "Sebenarnya kamu tidak perlu datang."
"Masih sakit?" Suaranya yang serak mendayu bertanya, sinar matanya yang tajam tertuju padaku, aku memalingkan wajah, menatapnya dan menggelengkan kepala.
Rambutku berantakan, terurai kemana-mana, raut wajahku juga kacau, aku menggigit bibir bawahku, merasa tidak nyaman, "Kalau kamu ada urusan, pergi saja, aku sendirian tidak apa-apa......."
"Aku baru saja duduk, kamu sudah mengusirku pergi?" Yoga memotong kata-kataku, hatiku mendadak kacau, aku menundukkan kepala, teman pun tidak seharusnya memperlakukannya seperti itu.
Kita berdua tenggelam dalam pikiran kami masing-masing, dalam keheningan tidak kutemukan topik pembicaraan yang pas dengannya.
Aku bersandar di kasur, menarik selimutku menutup wajahku, memunggunginya, dengan suara lirih berkata: "Aku mengantuk, mau tidur."
"Baiklah." Dia menjawabnya dengan satu kata, lalu menyelimuti punggungku.
Aku berusaha berpura-pura tidur, sebenarnya karena canggung tidak ada topik pembicaraan, jadi aku berpura-pura tidur dan bersembunyi dalam selimut.
Tidak berselang lama, Yoga berbincang dengan orang yang ada di sebelahku, mungkin orang itu salah sangka mengira Yoga suamiku, berbincang dengan Yoga mengenai hal-hal yang harus diperhatikan oleh wanita yang baru saja keguguran, bagaimana perawatannya.
Yoga juga tidak menanggapi salah paham itu, diam mendengarkan dengan seksama.
Tiba-tiba, di telingaku terasa ada hembusan nafas, ketika aku membuka mata, aku tercengang melihat wajah Yoga begitu dekat dengan telingaku, sangat dekat, dia dengan lembut berkata: "Sebentar lagi jam 11, lapar tidak, mau makan apa, mau aku suruh orang kirim masakan ke sini?"
Aku menggelengkan kepala, "Tidak lapar."
"Mana mungkin tidak lapar, begini saja, aku pulang sebentar, nanti aku minta kakak ipar memasak sesuatu untukmu?"
Begitu mendengar dia akan pulang, aku segera mengangguk, "Oke."
"Tunggu ya." Dia tersenyum dengan ramah, lalu pergi.
Melihat dia pergi, aku dengan segera bangkit duduk, wanita di sebelahku melihatku dengan kagum, berkata: "Suamimu tampan, baik pula, baik sekali tehadapmu."
Aku tidak menanggapinya, hatiku berkecamuk.
Yang aku mau di dunia ini hanya Jonathan seorang, hanya perhatiannya yang berarti bagiku, bayi dalam perutku yang baru saja meninggal ini juga bayi dia, yang seharusnya menjaga dan merawatku itu dia.
Kenapa keadaan jadi kacau balau begini?
Aku memandang ke luar jendela kamar pasien dalam kesendirian. Tak lama muncul dua bayangan laki-laki datang mendekat, ternyata itu bayangan Yoga yang sedang menarik masuk Jonathan.
Pandanganku menyapu wajah tampan Jonathan, ketika pandangan kami bertemu, aku seperti seorang anak kecil yang tertangkap sedang berbuat salah, menundukkan kepala.
"Christine, menurutmu apa ini suatu kebetulan, begitu turun bertemu dengan kawan lama, kebetulan ada lebih satu porsi makanan." Selesai berkata demikian, Yoga segera mengambil thermos dari tangan Jonathan, lalu menaruhnya di meja sebelahku.
Yoga sibuk membantuku menuang, tapi aku jelas-jelas merasakan pandangan Jonathan yang dingin menatapku, dia sudah salah paham, aku benar-benar tidak tahu dia mengenal Yoga.
"Christine, kamu tahu? Aku dan Jonathan itu teman dari kecil, jadi aku tidak sungkan-sungkan dengan dia." Yoga menuang makanan sup sehat itu, awalnya dia mau menyuapiku, tapi aku menolaknya, dan dengan segera mengambil makanan itu darinya.
"Aku makan sendiri." Suaraku terdengar pelan, aku tertunduk sangat rendah, kalau menunduk lebih rendah lagi kepalaku akan terbentur mangkok.
"Jo, aku kenalkan, ini pacarku, Christine." Kata-kata Yoga membuatku tersedak, dan terbatuk-batuk.
Yoga dengan segera bangkit berdiri, dan dengan lembut menepuk-nepuk punggungku.
Aku mengernyitkan dahi, memelototinya, dan dengan geram bertanya, "Siapa yang menyuruhmu memperkenalkan seperti ini?"
Aku mengangkat wajahku ingin menjelaskan ke Jonathan, tapi begitu melihat pandangan dinginnya, aku kembali menundukkan kepala, dia sekarang sudah benar-benar tidak mempedulikan penjelasanku, semakin kujelaskan, segala sesuatunya akan menjadi semakin tidak jelas.
"Pacarmu?" Jonathan mengangkat alis, sambil mencibir.
"Dulu aku pernah memberitahumu, aku diam-diam menyukai perempuan di kelas kita, dia itu Christine." Kata-kata Yoga semakin lama membuat segala sesuatu menjadi tidak nyaman, aku sendiri tidak tahu harus berkata apa.
Sepertinya ini lelucon yang diberikan semesta untukku, kenapa aku bisa sebodoh ini, keluarga kaya di kota F hanya ada beberapa keluarga saja, kalau mereka saling mengenal satu sama lain bukankah itu merupakan hal yang wajar?
"Christine, dia ini CEO PT. Weiss, Jonathan, tapi tidak lama lagi dia akan menjadi menantu keluarga Wijaya." Perkataan Yoga terdengar seperti petir di siang bolong, membuat hatiku seakan jatuh keluar.
Cynthia ternyata tidak bercanda.
Jelas-jelas dari awal sudah tahu, tapi kenapa setiap kali mendengar berita itu hati ini rasanya seperti tertusuk duri? Aku mengembalikan mangkok ke Yoga, dengan suara yang pelan berkata, "Aku tidak bisa menghabiskannya, buang saja sisanya!"
"Tidak boleh, harus kamu habiskan, ini... ini nenekku yang menyiapkannya." Suara Jonathan terdengar tertahan, Yoga meliriknya, lalu menatapku, dengan lembut berkata, "Makan sedikit lagi, kamu kurus seperti ini, kalau tidak mau makan makanan bergizi, nanti bisa terbang ditiup angin."
Aku menatap Yoga dengan samar, dengan hati-hati aku melihat ke wajah tenangnya, lalu berpaling menatap Jonathan, melihat sorot tajam matanya, aku dengan patuh menghabiskan sup itu.
Yoga mengira dia berhasil membujukku untuk menghabiskan supnya, dengan riang tertawa, lalu menyerahkan thermos sup itu ke Jonathan dan berkata, "Nanti kapan kalau ada waktu kita minum-minum, sejak aku pulang, aku belum bertemu dengan Cynthia, sepertinya tunggu kalian menikah baru bisa bertemu dengan wanita kuat itu."
"Aku pergi dulu." Jonathan membalas, lalu berbalik dan pergi meninggalkan.
Aku diam-diam memandang ke bayangannya yang perlahan menghilang, hati ini terasa berat melihatnya pergi.
"Kenapa?" Yoga merasa ada yang tidak beres, dengan penuh perhatian bertanya.
"Tidak apa-apa kok." Aku menjawabnya, Cynthia yang tadi disebutkan Yoga itu apa benar Cynthia, mau aku menghindar bagaimanapun kenapa masih saja bertemu dengan orang-orang ini.
"Nenek Jonathan lambungnya ada sedikit masalah, dia sedang di rawat di lantai empat rumah sakit ini, nanti aku akan pergi menjenguknya, kamu mau menemaniku.....? Yoga belum selesai bertanya, aku sudah menjawab.
"Tidak mau."
Yoga terkejut dengan reaksiku, lalu mendekat dan menyentuh dahiku, memastikan aku tidak apa-apa, lalu bertanya dengan lembut, "Kenapa?"
"Lebih baik kamu pulang, ndut, aku disini benar-benar tidak memerlukanmu." Aku berbohong sambil memandangnya, "Aku sudah menyakitimu dengan kata-kata seperti itu, kamu kenapa masih saja tidak berpaling dariku?"
"Ya karena aku suka denganmu, mau bagaimana lagi?" Jawaban Yoga membuatku semakin tenggelam dalam kesedihan, kenapa kata-kata seperti itu tidak datang dari Jonathan.
Aku menundukan kepala, "Kita tidak cocok."
"Kenapa tidak cocok?" Yoga duduk di tepi ranjangku, tangannya yang besar menyentuh lembut daguku, dengan ringan dia mengangkat wajahku, menatapku dan berkata, "Christine, segala siksaan yang pernah terlintas dalam benakmu maupun yang belum, tidak akan mampu merubah perasaanku padamu, aku ini bermuka tebal, mau kamu caci maki aku seperti apapun, aku akan selalu kembali padamu."
"Aku pernah menjadi model, sudah pernah menikah, sudah pernah cerai, dan sekarang sudah pernah keguguran, hal-hal ini tidak memberatkanmu?" Aku menatapnya dengan bingung, kalau dia ini lelaki, harusnya dia akan merasa terganggu dengan itu semua, mana mungkin seorang lelaki bisa berhati sebesar itu?
Dia terbenam dalam kesunyian mendengar pertanyaanku itu.
Aku tertawa kecil dalam hati, ini baru reaksi orang yang benar, harga diri seorang lelaki.
"Tidak keberatan." Jawaban Yoga itu membuatku terhenyak, lalu dengan mantap dia berkata sekali lagi, "Tidak, aku tidak keberatan, asal kamu bersedia memberiku satu kesempatan."
Kemurahan hatinya membuatku bingung, aku menundukkan kepala, aku tidak mampu memahami ini semua.
Aku terdiam, Yoga mendadak meraih tanganku, lalu dengan mantap berkata, "Christine, beri aku satu kesempatan untuk merawatmu, menemanimu."
Aku tertegun, aku mengangkat wajahku, menatap matanya yang penuh kesungguhan itu, dengan sekuat tenaga aku menarik kembali tanganku, "Kamu mungkin saja tidak keberatan, tapi keluargamu akan keberatan."
"Mereka tidak akan keberatan." Yoga dengan lugas menjawab.
"Ndut, aku benar-benar tidak sanggup merasakan sorotan mata itu lagi, di luar sana masih banyak perempuan baik-baik, jangan curahkan kasih sayangmu ke orang yang salah, jangan berikan itu padaku, aku orang yang paling tidak pantas mendapatkannya." Aku memohon padanya.
"Christine, apa yang harus aku lakukan untuk bisa meruntuhkan kerasnya hatimu agar kamu bisa menerima cintaku?"
Novel Terkait
Everything i know about love
Shinta CharityMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMi Amor
TakashiPergilah Suamiku
DanisCinta Seorang CEO Arogan
MedellineThe Great Guy
Vivi HuangMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)