Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 50 Terkurung
Aku tidak mampu menerima kenyataan ini, aku tidak berpamitan dengan mama, segera keluar, di sepanjang jalan aku berlari seakan hidupku bergantung padanya, di tengah jalan hak sepatuku patah, daku pun tersungkur terjatuh dengan keras di atas jalanan yang dilapisi dingin.
Aku kesakitan melihat luka goresan di telapak tanganku, tapi sakitnya tidak bisa menandingi sakit hatiku.
Sebuah tangan besar menarikku berdiri dari tanah, wajahku yang penuh air mata berbalik dan aku melihat Yoga.
"Ada apa?" Yoga mengulurkan tangan dan menyeka air mataku, aku memalingkan wajah tidak ingin bersentuhan dengannya.
"Sarah sudah tiada." Aku menelan ludah, dan menundukkan kepala, lalu mengumpat, "Dia mati bunuh diri."
"Dari siapa kamu mendengarnya." Yoga tidak percaya, tapi suaranya terdengar tenang, tentu saja, hubungan antaranya dan Sarah hanya sebatas teman sekolah, setelah beberapa tahun kehilangan kontak, karena aku mereka baru bisa kembali menyambung hubungan yang sangat renggang itu.
Dia tidak merasa sedih, itu sangat normal.
Tapi aku tidak begitu, Sarah adalah sahabat karibku, selama kuliah kami selalu bersama, meskipun sudah bekerja pun, kami masih terus berhubungan, aku tidak menyangka dia bisa dengan mudahnya mengakhiri kehidupannya yang masih sangat panjang itu.
"Jangan menangis, memilih untuk bunuh diri menunjukan kelemahannya, kalau hidup pernikahan terlalu berat, bercerai saja, untuk apa mengakhiri hidup." Kata-kata Yoga itu ditujukan untuk membuka mataku, tapi cara menyampaikannya yang begitu tanpa perasaan membuatku takut untuk menatapnya.
Aku mengambil langkah mundur, dan menjaga jarak dengan Yoga.
"Yoga, kamu sudah berubah." Aku membelalakan mata, aku menatap dengan takut kepada pria yang dulu begitu baik, dia begitu lembut kepadaku, seluruh ketulusan dan kelembutan hatinya ditunjukkan di hadapanku, tapi di depan orang lain, dia bisa menjadi begitu dingin dan ketus.
"Aku tidak berubah, perasaanku terhadapmu tidak pernah berubah." Yoga menatapku dalam-dalam, tapi tidak ada lagi kelembutan yang terpancar dari sorot matanya.
"Sarah juga teman sekolahmu, kamu masih bisa berkata seperti ini tentang kematiannya." Aku menggelengkan kepala, berusaha untuk pergi, saat aku berbalik, Yoga segera mencegahku dengan mencengkeram tanganku.
Dengan menghentakan sedikit tenaga, aku jatuh ke dalam pelukannya, aku meronta keras, berusaha untuk melepaskan diri, dan dia segera menggenggam kedua tanganku kuat-kuat.
Suaranya menjadi berat, dia bertanya dengan serius: "Masalahmu dengan Jonathan, apa itu benar?"
Aku mendongak dan menatap kedua matanya, berita benar-benar menyebar dengan sangat cepat, pasti nenek Jonathan yang sudah memberitahu Cynthia, kemudian Cynthia yang memberitahu Yoga!
Aku tertawa dingin dan menyahutnya: "Kalau benar lalu bagaimana, pria yang kucintai adalah Jonathan, bukan kamu. Aku juga sudah mengatakannya, di duniaku dari awal tidak ada kamu."
"Christine, kemampuanmu untuk menyakiti hati orang semakin hari semakin bagus." Kedua mata Yoga yang mulai memerah menatapku tajam.
Aku melihatnya di kedua sorot matanya kalau dia hampir hilang kendali, aku semakin meronta dengan sekuat tenaga, ingin segera melepaskan diri dari pria mengerikan ini, tapi dia mengekangku dengan kuat, aku terjatuh kembali, dan dia merengkuhku ke dalam pelukannya, lalu memaksaku masuk ke dalam mobil.
Dia mengunci pintu mobilnya, aku menggedor kaca mobil keras-keras, tapi orang luar tidak bisa mendengarku sama sekali.
Tiba-tiba, aku teringat akan ponselku, aku segera menarik keluar ponselku, dan berusaha untuk menelepon Jonathan, tapi sebelum aku berhasil, Yoga merebut ponselku, lalu melemparkannya keluar jendela mobil.
"Apa yang kamu inginkan?" Aku berteriak kepada Yoga.
Dia menegok sejenak, kemudian menyeringai dan berkata dengan dingin: "Kamu adalah milikku, kalau Jonathan ingin merebutmu dariku, itu cuma mimpi."
"Kamu sudah gila, kamu ingin menculik aku?" Aku segera menggoyangkan setir Yoga, dan mobil itu perlahan keluar dari jalan, pukulan tangan Yoga melayang dan menghantamku hingga aku kehilangan kesadaran.
Aku tidak tahu berapa lama aku pingsan, saat sadar, hidungku terasa sangat sakit, seakan tulang lunak di dalamnya telah patah. Aku menahan sakit yang sangat saat menyentuh batang hidungku, saat aku menyibakkan selimut, aku menyadari bahwa kedua kakiku terikat ke ranjang.
Aku menyapukan pandangan dengan panik ke sekelilingku, selain sebuah jendela, sebuah ranjang, dan sebuah pintu, Yoga mengurungku di dalam sebuah ruangan yang amat asing.
"Ada orang tidak?" Aku berteriak keras-keras, selain gema suaraku, sekelilingku pun sunyi senyap.
Aku berusaha untuk meraih jendela dan minta tolong, tapi rantai di kakiku terlalu pendek, aku benar-benar ketakutan setengah mati, Yoga seakan sedang mengurungku, dia benar-benar sudah berubah drastis.
Aku duduk di atas lantai yang dingin dengan putus asa, membenamkan wajahku di antara kedua lututku, aku harus meminta tolong dengan cara apa, Yoga pasti tidak sebodoh itu mengurungku di tengah-tengah kerumunan orang banyak.
Dia tidak mungkin mengurungku di pinggiran kota atau di sebuah pulau tak berpenghuni kan?
Saat itu, pintu itu perlahan terbuka, Yoga masuk membawakan makanan, dia menatap ke arahku, dan sebuah senyum terlukis di wajahnya, dia berkata: "Lapar bukan, aku membawakan makanan untukmu."
Aku bangkit berdiri, suara rantai yang bergemerincing menghantam lantai terasa memekakkan telinga, aku menatap tajam ke arahnya dan bertanya sengit: "Apa yang sebenarnya kamu inginkan?"
Dia hanya sibuk mengeluarkan makanannya, sama sekali tidak menghiraukan pertanyaanku, kemudian kembali bertanya: "Aku takut kamu tidak bisa makan yang terlalu berminyak, jadi aku menyuruh orang untuk membuatnya sedikit hambar."
"Yoga, apa yang sebenarnya kamu inginkan?" Aku berteriak, menarik pergelangan tangannya dengan histeris, dan kehilangan kendali lalu menjatuhkan semua makanan yang ada di atas meja.
Aku tidak akan makan, kenapa aku harus makan makanan yang dibawakan olehnya, lebih baik aku mati kelaparan.
Aku melihatnya berlutut di atas lantai, dan perlahan memungut makanan yang kujatuhkan, kemudian membersihkannya, lalu berkata dengan lembut: "Tidak apa-apa, kalau tidak suka yang ini, aku akan mempersiapkan yang lain."
Aku tidak menyangka level kesabarannya terhadapku sungguh luar biasa.
"Kamu ingin membuatku kesal, bukan?" Aku melotot ke arah Yoga, "Kamu mau bagaimana agar melepaskan aku?"
"Aku ingin kamu menemaniku seumur hidupku." Ada kegilaan yang tersirat di kedua mata Yoga saat melihatku, "Christine, di seluruh dunia ini hanya aku seorang yang tulus kepadamu, pria lain hanya tertarik pada kemolekan tubuhmu, mereka akan muak suatu hari nanti, tapi aku tidak akan pernah, aku hanya ingin kamu berada di sisiku untuk selamanya."
"Apa kamu gila?" Aku menggelengkan kepala tidak percaya, saat ini aku percaya penuh bahwa dia benar-benar gila, barulah dia bisa melakukan hal segila ini.
"Aku sangat normal, aku percaya dengan menjagamu di sisiku, suatu hari nanti, kamu akan mencintaiku." Tangan Yoga yang agak berminyak mengelus wajahku, aku memalingkan wajah, dan tangannya mendarat di sisi wajahku.
"Tenang saja, yang kuinginkan adalah kamu dan seluruh hatimu, aku tidak akan memaksamu untuk tidur denganku." Setelah berkata demikan, Yoga berbalik dan meninggalkanku lalu menutup pintu di belakangnya.
Aku berdiri diam dalam kesunyian, otakku terasa kacau.
Apa yang harus aku lakukan? Jonathan tidak bisa menghubungiku, apa yang akan dia lakukan? Aku seperti ini seakan kehilangan harapan, tidak tahu seperti apa nantinya.
Aku tidak tahu berapa lama aku terkurung di dalam ruangan itu, hari demi hari berlalu, Yoga sama sekali tidak berniat untuk melepaskanku. Perlahan aku mulai kehilangan koneksi dengan dunia luar.
Setiap kali Yoga datang, dia membawakan makanan dan mengatakan hal-hal tidak penting.
Kemarahanku diabaikan olehnya setiap harinya, aku pun mulai mati rasa, menatap dengan kosong dari atas ranjang. Tirai jendela selalu tertutup, aku tidak bisa melihat kondisi di luar jendela.
Aku tidak tahu kapan Yoga akan melepaskanku, aku hidup tidak mati tidak, sama seperti mayat berjalan.
Tapi aku tetap harus bertahan, karena aku mencintai Jonathan, aku tidak bisa menyerah dengan hidup begitu saja.
Sampai pada suatu hari, perutku perlahan mulai membesar, aku meraba perlahan perut bawahku, seperti agak keras, aku baru mengingat kembali beberapa hari terakhir ini, sepertinya aku tidak datang bulan.
Jangan-jangan...... aku hamil?
Aku meraba perutku dengan semangat, kebahagiaan melandaku tiba-tiba, begitu aku berpikir bahwa anak ini juga bisa tumbuh walau dalam keadaan ruang gelap gulita tanpa cahaya dari luar ini, aku benar-benar tenang.
Bagaimanapun juga aku harus membohongi Yoga agar dia mau melepaskanku.
Sikapku padanya sepertinya terlalu keras, maka dari itu dia terus menerus mengunciku seperti ini, kalau yang dia inginkan adalah aku, baiiklah, aku akan menurutinya.
Aku menunggu Yoga datang untuk mengantarkan makanan, melihatnya mempersiapkan makanan dengan serius, aku memanggilnya dengan suara lembut: "Yoga....."
Semenjak dia menculikku sampai sekarang, aku tidak pernah bersikap baik kepadanya, setiap kali aku hanya memakinya, dan dia pergi begitu saja seakan tidak mendengarnya.
Hari ini kali pertamanya aku memanggil namanya dengan lembut, dan seketika dia menjadi begitu bahagia dan bergairah. Dia menarik tanganku, memintaku untuk memanggilnya sekali lagi.
"Yoga......" Aku melihat sorot matanya yang penuh sayang, dan kembali memanggilnya.
"Christine, akhirnya kamu mau melihatku, aku tahu kamu pasti akan jatuh cinta kepadaku, jauh dari lubuk hatimu mencintaiku." Yoga berkata sambil tersenyum.
Aku mengangguk, dan perlahan bersandar ke bahunya, dan memeluk pinggangnya kemudian berkata: "Aku sudah mengerti, seorang wanita harus mencari seorang pria yang mencintainya dengan tulus, aku yang dulu sudah salah paham kepadamu, apakah kamu menyalahkanku?"
Yoga menggelengkan kepala, "Tidak akan, aku begitu mencintaimu."
"Yoga, bawalah aku pergi dari sini, kita pergi ke luar negeri, kemana pun juga boleh, bawa aku pergi!" Begitu mendengar kata-kataku, secara reflek Yoga mendorongku menjauh dan bertanya: "Kamu ingin meninggalkanku bukan?"
Aku berpura-pura menggelengkan kepala denga sungguh-sungguh, lalu menunjukan pergelangan kakiku yang luka lecet dan lebam kepada Yoga, kemudian berkata: "Kamu mengunciku seakan aku ini seekor binatang buas, apa itu yang kamu sebut cinta? Kamu mengurungku begitu lama, aku sekarang benar-benar tidak sanggup untuk lari lagi, dan tidak ingin lari."
"Benarkah?" Yoga bertanya dengan ragu kepadaku.
Aku mengangguk, dan bersumpah: "Aku Christine, bersumpah, kata-kata yang kuucapkan barusan itu benar adanya, kalau aku melanggarnya, aku tidak akan bisa bersama dengan orang yang mencintaiku seumur hidupku."
Sumpahku membuat Yoga sangat bahagia, dia memelukku erat-erat, dia mencium keningku, terlihat kebahagiaan yang tiada tara di wajahnya.
"Tunggu sebentar, aku akan mengambil kunci untuk membuka gemboknya." Yoga pun pergi, ternyata dia tidak menyimpan kuncinya di kantong bajunya, kalau aku memukulnya hingga pingsan, saat sadar di akan semakin menggila mengejarku.
Aku tidak bisa mengatakan Yoga sakit jiwa, tapi perlakuannya yang di luar norma ini sungguh membuatku berpikir sebaliknya.
Dia membawa kunci itu masuk, saat dia sudah memasukkan kunci ke lubang gembok, dia tidak memutarnya, menariknya keluar lagi, lalu melihatku dengan penuh ragu, "Christine, kamu tidak boleh berbohong kepadaku."
Aku menatapnya dengan sungguh-sungguh, dan menyentuh wajahnya lembut, kemudian tersenyum, "Aku tersentuh oleh cintamu. Baru saja kamu juga mendegar sumpahku, kamu mau aku bagaimana lagi, baru kamu bisa mempercayaiku?"
Yoga bangkit berdiri, menatapmu, kemudian berkata: "Cium aku."
Aku menatap ke arahnya dengan datar, kulit kepalaku mengernyit erat, sebuah suara di hatiku menggema keras untuk bertahan, bukankah itu hanya sebuah kecupan kecil? Apa salahnya, yang penting aku bisa kabur dari cengkraman iblis gila ini, bahkan hal yang lebih menjijikanpun, aku juga harus bisa menahannya.
Aku mengangguk, dan berkata "Iya" dengan pelan, melangkah maju, dan segera mendaratkan sebuah ciuman kepadanya.
Hanya dengan sebuah ciuman kecil, hatinya bergejolak riang dan dia segera berlutut, kali ini dia membukakan gembok itu, Aku menggerakkan tubuh untuk melemaskan otot, kemudian duduk dengan puas di atas kasur.
Yoga menarik keluar ponselnya, kemudian mengirim sebuah pesan.
Aku menatapnya penasaran, dan bertanya: "Kamu sedang apa?"
"Aku memberitahu Cynthia, kalau kamu mau bersama denganku." Aku terhenyak mendengar perkataan Yoga, ternyata otak dari semua kejadian ini adalah.........
Novel Terkait
Adieu
Shi QiSi Menantu Buta
DeddyIstri Pengkhianat
SubardiIstri Yang Sombong
JessicaHei Gadis jangan Lari
SandrakoI'm Rich Man
HartantoAdore You
ElinaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)