Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)

Setelah kembali ke Keluarga Yi, perasaanku sangat sedih. Tidak tahu apakah aku sedih setelah mengetahui kebenarannya, atau sedih karena Jonathan menyuruhku menjadi ibu rumah tangga. Aku pikir, rasanya dua-duanya!

Sebenarnya membesarkan anak, hari-hari dilewati dengan lumayan juga.

Pembantu baru, Siti Yun, juga melakukan performa yang sangat bagus. Ibu mertua sangat memujinya. Bukan hanya melakukan pekerjaan rumah yang bagus, mulut yang manis, bahkan bisa akupuntur dan dasar-dasar kedokteran.

Setiap kali aku melihat Siti Yun sibuk di dapur, aku selalu punya banyak pertanyaan. Aku tidak tahu kenapa, sekarang selalu tidak berani percaya 100% pada orang lain. Setelah dikhianati, aku selalu sangat berhati-hati terhadap semua orang.

Siti Yun membuatkan segelas jus kepadaku sambil tersenyum baik. Aku duduk di atas sofa, menerima gelas darinya, lalu bertanya pada Siti Yun, "Siti, apa kamu sudah menikah?"

Dia menggelengkan kepala dan menjawab dengan patuh, "Pernah pacaran, tapi belum menikah."

"Kenapa? Keluarga yang tidak mengizinkan, atau ..?" aku bertanya lagi, tapi tiba-tiba merasa aku sedikit kepo. Keihatannya aku yang terlalu bosan atau waktu di rumah terlalu banyak, jadi bibirku tidak ada kerjaan.

"Dia sudah mati." Siti Yun menatapku dengan sedih. "Pacarku sudah mati. Aku rasa seumur hidup ini aku tidak akan mungkin menyukai siapapun lagi."

Mendengar jawaban ini, aku seketika merasa bersalah, "Maaf, aku tidak tahu ...."

"Tidak apa-apa. Hari-hari yang susah sudah berlalu. Sekarang hari-hariku dilewati lumayan baik." Siti Yun berpura-pura tersenyum, tapi matanya tetap terpancar rasa sedih yang mudah terlihat.

Dia adalah wanita yang tegar. Sekali lagi aku dibuat terkejut oleh hal itu.

Wanita yang setia sangat layak untuk dihormati. Aku juga berharap dia bisa segera menemukan cinta sejati.

Aku meminum jus yang Siti Yun buat. Rasanya sangat segar dan enak.

Hari-hari kedepan, Siti Yun dan Bella sudah akrab, juga sudah lancar menjaga Bernice. Karena pekerjaannya malah membuat aku punya banyak waktu. Selain setiap hari melamun, sisa waktunya adalah mendesain beberapa sketsa. Kadang kala telepon bersama Guru Michael. Aku tetap tidak bisa menahan diri ingin bekerja.

Tapi tidak tahu kenapa. Dua hari ini selalu tidak bisa tidur, agak pusing. Rasanya seperti hamil. Aku diam-diam mengetes, tapi tidak hamil kok.

Akhir-akhir ini ibu mertua sedikit gila. Setiap hari memaksaku minum obat. Katanya bisa hamil cowok. Juga takut aku membuang obatnya, jadi memaksaku untuk minum di hadapannya.

Aku merasa hidupku ada hubungannya dengan obat ini. Memikirkan bosan di rumah, tidak apa-apa kalau melahirkan satu lagi. Tapi apa yang hatiku inginkan, malah semakin tidak bisa didapatkan.

Jelas-jelassangat normal dalam bagian itu, tapi kenapa di saat diharapkan malah tidak datang.

Ketika hamil Bella dan Bernice, aku sama sekali tidak ada persiapan apapun. Tapi kenapa sekarang aku sudah menjaga tubuh baik-baik, makan banyak vitamin, kenapa malah tidak hamil.

Mungkin karena aku terlalu mengharapkan, jadi baru muncul keadaan hamil palsu.

Malam hari, saat aku tidur agak kabur, aku tiba-tiba merasa ada yang aneh. Aku menyipitkan mata. Jonathan yang bangun. Dia bukan pergi ke kamar mandi, melainkan pergi keluar.

Aku terkejut dan langsung terbangun, ikut keluar.

Dia turun ke bawah dan aku juga ikut. Tapi dia ternyata masuk ke kamar Siti Yun, lalu menutup pintu. Dalam waktu singkat, aku langsung marah. Aku pergi ke sana dan menendang pintu kamar pembantu. Membuka pintu, menyibakkan selimut, tapi hanya melihat Siti Yun seorang.

Aku terkejut, seperti gila mencari Jonathan di segala sisi, tapi tidak menyadari pergerakan apapun. Aku menggumam, "Tidak mungkin, aku jelas-jelas melihat dia masuk ke sini. Tidak mungkin tidak ada."

Aku berbalik pergi meninggalkan kamar Siti Yun, keluar dan melihat Jonathan sedang memegang segelas cangkir. Aku mengerutkan dahi, menatapnya dengan bingung dan bertanya, "Untuk apa kamu turun?"

Otakku bingung lalu berkata pada Jonathan, "Jelas-jelas tadi kamu ... tidak mungkin, kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Apanya yang bisa ada di sini?" Jonathan meletakkan gelas di atas meja, menghampiriku lalu mengelap keringat dingin yang ada di dahiku, "Apa kamu sakit?"

Aku memelototinya dengan dingin lalu bertanya dengan curiga, "Untuk apa kamu turun ke bawah?"

"Aku haus dan turun mengambil air?" Jonathan menjawab dengan datar. Aku tidak menemukan ketidaktenangan sedikitpun dari wajahnya. Atau mungkin hatinya terlalu tenang, sama sekali tidak akan ada kepanikan.

Apa jangan-jangan tadi aku mengikutinya dan disadari olehnya, jadi dia baru mencari alasan minum air. Aku tidak mengerti, kenapa aku bisa berubah sesensitif ini?

Karena aku yang terlalu tidak ada kerjaan atau posisi Siti Yun di rumah yang semakin tinggi, membuatku tidak tenang jadi muncul halusinasi?

Aku takut, takut aku sendiri berubah menjadi orang gila. Rasanya sekujur tubuhku terasa tidak enak.

Aku digandeng oleh Jonathan. Ketika melihat wajah sampingnya, aku melihat senyum liciknya. Seketika, aku mendorongnya menjauh, lalu menundukkan kepala dengan takut, dan berlari ke atas lantai.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu