Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
“Melihat dari tatapan matamu, sepertinya juga membenciku?” Aku tidak mengerti kenapa bisa bertanya seperti itu, saat melihat Linda mengedipkan mata satu kali, aku pun tersenyum pahit.
Dia pasti mengira aku pernah menceritakan kejadian di terminal waktu itu pada Ardy. Jika tidak, saat melihatku tadi, reaksinya tidak mungkin seheboh itu.
“Aku beritahu kamu, soal kemesraan kamu dan laki-laki itu di terminal, sama sekali tidak pernah aku ceritakan pada Ardy. Dan akibat yang menimpamu saat ini terjadi karena kamu yang tidak cukup berhati-hati. Sebenarnya sejak awal Ardy sudah tahu kamu berhubungan dengan laki-laki lain di luar sana, kamu kira Ardy tidak tahu saat kamu diam-diam memberi uang pada laki-laki itu?” Aku melihatnya dengan ekspresi sinis.
Aku masih ingat dengan Linda yang selalu berdiri di depanku dan meneriakiku dengan kata-kata kasar, sama sekali tidak terbayang beberapa tahun setelahnya dia akan terbaring dengan keadaan menyedihkan, aku tidak tahu dia bisa pulih kembali atau tidak.
Tetapi aku tidak ingin memberinya tekanan berlebih, karena dia adalah Ibu dari tiga anak kecil.
Saat berjalan keluar kamar, aku sengaja menemui dokter yang khusus menangani Linda. Dari dokter itu aku mendapati bahwa wajah Linda telah hancur total, lalu tendon bagian lengan putus, hingga membuatnya kehilangan kemampuan beraktivitas. Sekujur tubuhnya penuh bekas luka, sekalipun nantinya semua luka telah pulih, mental pasien tetap tidak mungkin pulih total.
Luka fisik mudah di sembuhkan, luka mental selamanya tidak tersembuhkan.
Dengan hati berat aku keluar dari rumah sakit, memberhentikan sebuah taksi dan pulang menuju rumah Keluarga Yi. Bella sudah pulang sekolah, sedang berlarian di halaman depan. Saat melihatku, dia pun berlari menghampiri dan memeluk kakiku dengan manja: “Bu, Ibu kemana saja, besok akhir minggu, bolehkah Ibu dan Ayah menemaniku ke taman bermain?”
Belakangan ini terlalu sibuk dengan urusan lain, hingga mengabaikan putri kesayangan sendiri. Aku berjongkok, meraba wajahnya dengan pelan, berkata: “Setelah Ayah pulang nanti, Ibu coba tanyakan padanya ya, setelah itu baru kami tentukan, bagaimana?”
Bella mengangguk dengan patuh: “Baiklah.”
“Patuh sekali.” Aku mengecup pipi kecilnya dengan pelan, kemudian berdiri menggandengnya masuk ke dalam rumah.
Aku tidak yakin Jonathan sempat atau tidak, setelah melihatnya pergi sambil bercanda tawa dengan perempuan itu, hatiku terasa sangat kecewa.
Aku tidak menelepon Jonathan untuk menanyakannya, setelah dia menjajahiku hari itu, kami tidak pernah berbicara lagi. Jam 11 malam, aku mendengar suara mobilnya memasuki halaman rumah.
Aku pun segera menyampingkan badan berpura-pura tidur, hingga pintu kamar terbuka. Setiap kali pulang dia selalu terbiasa mandi terlebih dahulu, lalu duduk di samping sambil mengeringkan rambut.
Aku masih terus membelakanginya, entah karena kepura-puraan aku terlalu jelas, atau Jonathan Yi terlalu pandai mengamati orang.
“Sudahlah jika tidak bisa tidur, jangan berpura-pura seperti itu.” Suara Jonathan terdengar meledek dari belakang.
Begitu mendengarnya, aku segera menopang badan dengan tangan, duduk bersandar di kepala ranjang.
“Ambilkan pengering rambut dan bantu aku keringkan rambut.” Jonathan menyuruh dengan santai. Saat menurunkan handuk dari kepala dan melihatku masih berdiam diri, keningnya pun mengerut, langsung bertanya: “Kenapa, bahkan tugas sekecil itu saja tidak mau kamu kerjakan lagi?”
“Bella ingin pergi ke taman bermain besok.” Nada bicaraku sangat dingin, seolah sedang menyampaikan sebuah laporan.
Selama beberapa hari berlalu, saat pertama kali berbicara dengannya, aku hanya bisa membahas soal putri kami. Perang dingin ini terasa cukup lama.
“Kamu saja yang menemaninya kesana.” Setelah jawaban Jonathan terdengar, aku tersenyum pahit, mengiyakan dengan singkat, lalu menarik selimut lanjut tidur.
“Christine, kamu meminta Yoga mengaturkan pertemuanmu dengan Ardy?” Akhirnya Jonathan melontarkan pertanyaan, tetapi aku tidak menjawab, bukankah semuanya sudah sangat jelas?
Hari ini saat sedang di pakiran bawah tanah, bukankah dia sudah berhasil menebaknya.
Sepertinya karena aku tidak perduli, dia langsung duduk ke ranjang, mendorong punggungku dan berkata: “Sudah ribut berapa hari, sebenarnya apa yang kamu inginkan?”
Aku tetap berdiam diri.
“Di depan orang lain, kamu bersikap sangat ceria dan periang, sedangkandi depanku, kamu jelas-jelas sengaja menentangku, benarkah seperti itu?” Jonathan kembali mendorong punggungku. Secara tiba-tiba, tangan besarnya menjulur ke ketiakku dan mulai menggelitik.
Aku adalah orang yang sangat peka terhadap gelitikan, karena tindakannya itu, aku kembali bangkit dari ranjang dengan tidak berdaya, melototinya sambil berkata: “Bisakah kamu bersikap lebih dewasa, sudah berumur berapa tahun kamu, apakah ini sangat menyenangkan?”
“Tentu saja menyenangkan, akhirnya mulut emasmu terbuka.” Jonathan melihatku dengan usil: “Perempuan yang suka marah akan cepat tua, setelah marah cukup lama, sepertinya kamu sungguh menjadi lebih tua.”
“Menjadi tua pun bukan urusanmu, kan ada perempuan muda yang selalu menemanimu.” Aku mulai mengomel, tetapi Jonathan malah enggan mengakuinya.
“Dimana ada perempuan muda, kenapa aku tidak melihatnya?”
“Masih berkata tidak ada, di parkiran bawah tanah Dorsett Restaurant sore ini, perempuan berbaju merah……” Belum selesai berbicara, aku sadar telah keceplosan, belum apa-apa sudah terdesak hingga mengungkapkan isi hati yang sesungguhnya.
“Ternyata kamu melihatnya?” Jonathan melihatku dengan ekspresi meledek: “Kenapa aku tidak melihatmu, kamu bersembunyi di sudut dinding yang mana?”
Aku bodoh sekali, di depan semua orang bisa bersikap sangat cerdas, tetapi malah sangat bodoh ketika berhadapan dengan Jonathan. Perkataan yang tidak berhasil dipendam itu membuatku terlihat sebagai seorang yang sangat perhitungan.
“Benar, aku melihatnya, aku melihat kamu bercanda tawa dengan perempuan itu, mesra sekali, makanya tidak berencana mengganggu kalian. Perempuan sepertiku tidak mungkin berebut laki-laki dengan perempuan manapun.” Aku berkata dengan tegas, “Apalagi kamu bukan suamiku, kamu memiliki kebebasan untuk bersama perempuan manapun, dan melakukan apapun, asal sama-sama suka.
Perkataan semakin tajam, hati terasa semakin pedih, kalimatku sama sekali tidak menyentuh hati Jonathan, sebaliknya malah aku yang semakin bersedih. Secara perlahan aku meneteskan mata, sungguh payah.
“Menangis?” Jonathan menjulurkan tangan menghapus air mataku, tetapi malah aku hindari.
“Jangan menyentuhku.” Aku menolak sentuhan Jonathan, tindakan kasarnya malam itu masih terbayang dalam pikiran, sama sekali tidak bisa lembut.
“Kamu milikku, kenapa tidak boleh aku sentuh?” Jonathan bergeser mendekatiku, langsung memeluk dengan erat tanpa memerdulikan penolakanku.
Aku mendorong dengan kuat, memukul dengan kuat, hingga pada akhirnya menggigit lengannya dengan gigi, menangis bagai orang gila, “Kenapa kamu melakukan ini padaku?”
“Apakah kamu shio harimau? Sakit sekali gigitanmu?” Saat suasana hati mulai terkendali, Jonathan tiba-tiba mengucapkan kalimat itu, membuatku tidak tahu harus tertawa atau menangis.
“Akan kugigit sampai mati.” Entah kenapa, setelah menggigitnya, suasana hatiku terasa sangat baik. Aku merapatkan bibir, lalu sengaja menjawabnya dengan kejam.
“Sudah reda emosinya?” Jonathan mengangkat alis mata, lanjut berkata: “Jika sudah reda, cepat ambilkan pengering rambut dan bantu aku keringkan.”
“Lihatlah tatapan mataku yang menyedihkan ini, apakah menurutmu emosiku sudah reda?” Aku mengangkat kepala melihatnya sambil sedikit memejamkan mata, “Apakah menurutmu……”
Belum selesai berbicara, bibirku malah dijajah Jonathan dengan penuh arogan. Tangan kanannya terus menekan bagian belakang kepalaku, aku tidak memiliki sedikitpun hak untuk menolak.
Ciumannya lembut dan sangat dalam, berbeda sekali dengan waktu itu. Secara perlahan bibirnya bergerak, tiba ke samping telingaku, sesekali digigit. Sambil mencium aroma tubuhku, dia berkata memancing: “Wangi sekali.”
Wajahku sontak memerah bagai terbakar api, hanya bisa terdiam bagai boneka kayu, pasrah membiarkan dia melepaskan pakaian tidurku, hingga kedua matanya menatap dengan tajam.
Aku terkejut sesaat, baru tersadar dan segera menarik kembali pakaianku, mengaitkan kancing sambil berkata: “Lebih baik aku ambilkan pengering rambut saja.”
Selesai berkata, aku pun terburu-buru turun dari ranjang, mengambilkan pengering rambut dan membantunya mengeringkan rambut.
Baru saja membereskan alat pengering rambut dan menyimpannya ke dalam laci, sebelum aku berbalik badan, Jonathan malah memeluk dari belakang, kedua tangannya mulai usil di sekujur tubuhku.
Tubuhku terasa lemas, mendesis perlahan dan berkata: “Jonathan, jangan seperti ini.”
“Christine, apakah kamu menginginkanku?” Dia bertanya dengan suara menggoda di samping telingaku.
Aku mengangguk, aku mengaku kalah, aku selalu kalah di hadapan Jonathan, selalu dibuat menyerah dengan sangat mudah. Dia melepaskan tangan, membalikkan badanku, lalu menunduk melihatku: “Apakah masih marah padaku?”
Aku menggelengkan kepala: “Jika aku berkata masih, apakah malam ini kamu akan membuatku tidak tidur?”
“Memang berencana seperti itu.” Baru selesai berkata, Jonathan langsung menggendongku.
Aku berteriak panik.. Karena takut ketahuan oleh Ibu Mertua, aku pun segera menutup mulut dengan tangan, dengan begitulah dia menggendongku kembali ke ranjang, membungkukkan badan melihatku, berkata: “Setiap kali selalu berteriak sekeras itu, tetapi untung saja hari ini aku sudah mengunci pintu.”
Baru selesai berbicara, dia menundukkan kepala menciumku.
Harus diakui, kemampuan Jonathan membujukku terasa meningkat pesat.
Saat langit belum cerah, aku membalikkan badan, tangan Jonathan malah seperti merekat di badanku, kali ini berpindah ke pinggang. Saat ingin melepaskan tangannya, handphone-ku malah tiba-tiba berdering.
Itu adalah telepon dari Cynthia Ouyang, aku yang masih setengah sadar pun melek seketika, menekan tombol terima panggilan.
Aku mengucapkan kata ‘Hallo’ dengan perlahan, malah terdengar suara tangisan dari ujung telepon, tidak ada suara orang berbicara.
“Apa yang terjadi?” Hatiku mulai cemas, subuh hari seperti ini, langit masih gelap, kenapa Cynthia meneleponku secara mendadak.
“Christine, maafkan aku.” Cynthia Ouyang mengucapkan kalimat yang sangat aneh.
“Kenapa?” Aku bertanya dengan heran.
“Kebanggaanku selama seumur hidup telah direnggut hingga tidak tersisa lagi.” Cynthia berkata dengan putus asa: “Beritahu Kak Jonathan, aku akan mati, aku akan menebus nyawa Neneknya.”
“Kamu dimana?” Aku langsung duduk di ranjang, “Cynthia, jangan melakukan tindakan bodoh, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.”
“Keluarga Ouyang berakhir, aku pun berakhir. Akhirnya aku mengerti apa yang dimaksud melempar batu ke dalam sumur.”
“Sekarang kamu dimana?” Aku mengganti pakaian sambil berteriak lewat telepon: ”Cynthia Ouyang, beritahu aku, apa yang terjadi? Kamu datang menemuiku sekarang, aku akan menggantikanmu menanggungnya.”
“Kamu menggantikanku?” Cynthia tertawa dingin, “Memangnya kamu siapaku?”
“Aku Kakak Ipar Pertamamu.” Aku berkata dengan serius: “Kamu dengar baik-baik, Jonathan adalah Kakak satu Ayah denganmu, jika kamu mati, bukankah selamanya tidak akan tahu apa kenyataan yang ada di balik semua ini?”
“Kamu pandai sekali mengarang.” Cynthia sama sekali tidak percaya dengan perkataanku, setelah tertawa dingin, dia lanjut berkata: “Aku sedang di tempat tertinggi Kota F, aku ingin melihat matahari terbit yang terindah di dunia untuk terakhir kalinya.”
Novel Terkait
Istri kontrakku
RasudinHarmless Lie
BaigeMy Goddes
Riski saputroPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Your Ignorance
YayaHis Soft Side
RiseHei Gadis jangan Lari
SandrakoCinta Yang Tak Biasa
WennieMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)