Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
"Bagaimana dia akhir-akhir ini?" Aku mendapati aku ingin tahu gosip soal Cynthia, lebih-lebih soal foto yang dimiliki oleh Sean.
Sebenarnya hubungan apa yang dimilikinya dengan Cynthia, foto Cynthia apa yang ada di genggamannya.
Berdasarkan kelakuan Sean, kemungkinan dia mengambil foto tidak senonoh, kemudian mengancam Cynthia dengannya, kalau tidak, tidak ada penjelasan yang lain.
"Kalau aku berkata, dia semakin dekat dengan Jonathan, apakah kamu akan sakit hati?" Bibir Sean membentuk sebuah senyum jahat.
Aku terdiam, dan untuk menyebunyikan perasaanku, aku memalingkan wajahku.
"Lihatlah kamu, semua perasaanmu terlukis di wajahmu. Tidak suka ya bilang saja tidak suka, Cynthia berkata dia bersedia menjadi istri Jonathan, berarti dia berhati lapang." Sean terdiam sejenak, "Apalagi harus menjadi ibu tiri seseorang, pasti membutuhkan keberanian yang besar."
Aku menengok terperanjat, dan menatap Sean bertanya: "Bella ada di rumah keluarga Chandra?"
Sean mengangguk, "Benar, setengah tahun setelah kamu pergi, Nyonya Chandra membawa pulang anakmu."
"Kenapa kamu tidak memberitahuku?" Aku melotot kepada Sean, menurutku, kesempatan untuk memperbaiki diri, kesempatan untuk menjadi besar itu tidak sepenting anak, kalau aku tahu Bella pulang ke rumah keluarga Chandra, mau bagaimana pun, aku ingin bertemu dengannya, menyentuhnya, darah daging yang kulahirkan itu.
"Lihatlah dirimu, kalau aku memberitahumu, kamu akan langsung pulang dari Inggris, lalu pendidikan lanjut, kesempatan, apa kamu tidak memikirkan tentangnya, Christine, sekarang katakan saja kamu masuk ke dalam rumah keluarga Chandra, kamu juga tidak akan bisa membawa pulang anak itu, karena kamu tidak berkemampuan." Kata-kata Sean sungguh menusukku.
Yang dikatakannya tidak salah, pada dasarnya aku tidak pantas untuk membawa pulang anak itu, di kemampuan finansial, atau kesadaran sukarela anak, aku tidak memiliki keunggulan sama sekali.
Kalau aku mempunyai kemampuan, dan finansial yang kuat, aku baru bisa menuntut hak asuh anak itu.
Aku terdiam seribu bahasa, menundukkan kepala.
Amanda berlari keluar, dan tersenyum ke arah Sean, berkata dengan manja: "Bos Sean, masuklah dan makan sepotong kue, kue yang anda bawa sungguh sangat enak."
"Orangnya cantik, mulutnya pun manis." Sean membalas godaan Amanda, dan serta merta mengikutinya masuk.
Aku sudah berhenti mencegah pandangan mabuk cinta Amanda, aku sudah memperingatinya, dan dia masih ingin terlibat dalam hubungan asmara dengan Sean, aku tidak bisa mencegahnya lagi.
Karena aku sendiri pun merasa hilang.
Aku mengeluarkan ponselku, dan menekan nomor Jonathan, setelah dua kali suara "Tut", seseorang mengangkat teleponnya, tapi bukan suara Jonathan yang menjawabnya, melainkan suara Cynthia.
"Halo!"
Suaraku tersendat, mengapa ponsel Jonathan bisa ada di Cynthia, hatiku terasa pedih, aku merendahkan nada suaraku agar suaraku terdengar berbeda, lalu bertanya: "Maaf, apakah Bos Jonathan ada?"
"Jonathan sedang mandi, ini siapa ya, ada apa?" Begitu Cynthia mendengar suara wanita, dia pun langsung memasang siaga, dan tak henti bertanya, sepertinya Jonathan tidak tahu nomor baruku, jadi tidak ada nama, Cynthia juga tidak tahu itu aku, baru dia bisa bertanya dengan sungkan seperti ini kepadaku.
"Tidak apa-apa, aku akan menelepon lagi lain waktu." Setelah berkata demikian, aku segera menutup telepon, dan dalam kekosongan memasukan ponsel ke dalam kantongku, merasakan kesakitan luar biasa di hatiku, tangisku pun meledak.
Aku merasakan jelas kedua kelopak mataku basah, berpisah dengan Jonathan, seharusnya aku bisa menebak Jonathan akan bersama dengan Cynthia, atau dengan wanita lain, tapi mengapa saat dihadapkan di depan mataku, aku seakan tidak bisa menerimanya.
Aku berjalan dengan lesu ke arah ruang tamu, mengambil baju untuk tidur malam ini, melihat Amanda dan Stella, aku berkata: "Tidak perlu menungguku malam ini, aku ke rumah sakit."
"Hm, oke." Amanda menyahut.
Sean melangkah maju, menggenggam pergelangan tanganku dan berkata: "Aku antar."
Sebenarnya aku ingin menolaknya, tapi setelah kupikir kalau meninggalkannya di sini, dia pasti akan memainkaan Amanda, aku segera menundukan kepala dan menjawab: "Baiklah, antarkan aku."
Sean menyetir mobil mengantarku ke rumah sakit, dia terdiam sepanjang perjalanan, sesampaiya di pintu rumah sakit, dia tiba-tiba berkata: "Christine, aku tahu kenapa kamu barusan mau aku antar."
"Kenapa?" Aku bertanya.
"Hatimu sendiri tahu itu cukup." Sean tertawa, "Turunlah!"
"Baiklah." Aku menjawab datar, membuka pintu mobil, dan berjalan pergi, tanpa berpamitan, aku langsung menuju ke kamar rumah sakit. Christopher dan kakak ipar ada di dalam kamar, sedang mengobrol dengan mama.
Saat aku muncul, Christopher bangkit berdiri dan melihatku, "Sudah datang?"
Aku mengangguk, setelah berkelahi hebat dengan Christopher, kami berdua menjadi agak jauh, sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin mempedulikan Christopher, tapi di depan mama, aku mau tidak mau menebalkan kulit untuk berbicara dengannya.
Lagipula umur mama juga tidak panjang lagi, aku tidak ingin di saat waktunya untuk pergi, dia masih mengkhawatirkan permasalahan kami berdua.
Tangan dingin mama menggenggam tanganku, tersenyum lemah, "Kakakmu berkata kepadaku, nanti saat aku sudah sembuh, akan membawaku pergi jalan-jalan."
Aku melirik ke arah Christopher, dan menyahut: "Sudah seharusnya dia melakukan itu."
"Apa maksud kata-katamu itu, tahukah kata-katamu sangat menyindirku?" Christopher melotot ke arahku, bangkit berdiri, wajahnya penuh dengan amarah, matanya bersinar galak.
"Menyindir lalu kenapa, kalau kamu peduli kepada mama, cepat-cepatlah perbaiki hidupmu, jangan terus menerus melelahkan orang lain." Aku adalah contoh yang masih hidup, kalau bukan karena Christopher, aku tidak akan meninggalkan keluarga Chandra, tidak akan meninggalkan anakku.
"Melelahkan siapa, aku beritahu kamu, Christine, manusia paling jahat di dunia ini adalah kamu, melepaskan suami, melepaskan anak, benar-benar pantas dihukum oleh langit." Christopher memakiku tanpa rasa sungkan.
Kami berdua saudara-saudari selalu bertengkar, selamanya tidak bisa akur.
"Christopher, aku tidak ingin membuat perhitungan lama denganmu, demi mama, hari ini aku tidak akan berkata kasar. Kamu dan kakak ipar pulanglah, aku akan menjaga di sini malam ini." Aku tak sanggup lagi menahan amarahku terlalu lama.
Aku pantas dihukum langit, kalau memang benar langit menghukumku, yang pertama kali dijatuhi hukuman pastinya Christopher, kalau bukan karena karena dia serakah dan berjudi, hidup seorang Christine tidak akan separah sekarang.
Christopher sebenarnya masih ingin beradu mulut denganku, kakak ipar menarik lengannya, mengerutkan dahinya, mengisyaratkannya untuk lebih sedikit berbicara, dan menariknya untuk segera pergi.
"Christine, kalau begitu malam ini merepotkanmu ya." Setelah mengatakan itu, kakak ipar segera mengajak kakak untuk pergi.
Aku melihat pintu kamar ditutup dengan keras, kemudian duduk di kursi sisi kasur, dan bersandar dengan hati berat.
"Ada apa?" Mama bertanya khawatir.
Aku mendongakkan kepala perlahan, melihat wajah mama yang menua, dan mengggelengkan kepala, "Tidak apa-apa, oh iya, apa dokter sudah memberitahu kapan boleh pulang? Minggu depan aku harus melapor ke kantor, mungkin tidak bisa menemanimu."
"Aku ini sudah tua, tidak perlu ditemani juga tak apa. Kamu yang aku khawatirkan." Mama mengulurkan tangannya, dan aku meraihnya, aku menggigit bibirku, berusaha untuk tegar tersenyum.
"Ma, apa yang dikhawatirkan, aku sekarang baik-baik saja, punya pekerjaan, bisa merawat diriku sendiri, bisa merawatmu dengan baik." Aku sudah berpikir matang, baik-baik bekerja, merawat mama, menemaninya di sisa-sisa waktu hidupnya. Lalu setelah aku cukup mampu, aku akan menuntut hak asuh dengan Jonathan.
Aku sudah memutuskan, aku akan pergi melihat Bella minggu ini, meskipun bercerai sekalipun, aku masih berhak untuk menemuinya, hanya saja aku tidak tahu apakah mama Jonathan akan mengijinkanku bertemu dengan anakku.
Apakah seahrusnya aku menanyakannya kepada Jonathan lewat telepon, mengingat sikap acuh tak acuhnya malam itu kepadaku, aku pun mundur teratur, sudahlah, nanti datang saja melihat dari halaman luar rumah keluarga Chandra, bisa tidak melihat Bella.
Di rumah sakit semalaman, aku tidak tidur sama sekali, aku takut saat terbangun, Jonathan akan berada di sisiku lagi, tapi aku berpikir terlalu jauh, dia mana mungkin selalu muncul begitu saja seperti itu.
Melihat semua orang di dalam ruangan sudah tertidur lelap, aku pun diam-diam membuka pintu kaca dan keluar.
Angin kecil berhembus di rumah sakir malam ini, agak dingin, secara tidak sadar aku memeluk tubuh rampingku, dan tiba-tiba tanpa sebab mengingat kembali perjalanan hidupku dahulu.
Aku tidak tahu bagaimana aku bisa berbaring di sebuah ranjang, keesokan harinya, sentuhan lembut tangan mama di rambutku membangunkanku. Aku mengusap mataku yang mengantuk, kepalaku masih terasa berat, dan aku menyipitkan mata, melihat Sean yang muncul di garis pandangku.
"Hei!" Dia tersenyum kepadaku dengan gayanya yang selamanya tidak pernah berubah itu.
Dalam beberapa saat aku pun tersadar, melihat wajah khawatir mama, aku pun bangkit berdiri, dan menarik Sean keluar dari bangsal rumah sakit, dan bertanya: "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"
Sepertinya aku tidak pernah memberitahunya, di mana ruangan mamaku.
Dia hanya menaikkan alis dengan main-main, dan menjawab ringan: "Aku mempunyai caraku sendiri untuk menemukannya."
"Cara apa?" Aku mengernyitkan dahi dengan penuh pertanyaan.
"Mencari dari satu kamar ke kamar lain." Setelah bicara, jari telunjuk Sean menyentuh ujung hidungku aku tercengang sesaat, untuk sementara waktu, gestur ringannya itu membuatku teringat akan Jonathan.
Setiap kali dia sedang bercanda, dia selalu melakukan gerakan itu.
Aku segera tersadar kembali dan bertanya: "Ada apa?"
"Mamamu sakit, aku datang menjenguk, apakah perlu alasan?"
Aku tertawa sinis kepadanya:"Sean, jangan berpikir karena kamu membantuku untuk punya kesempatan pergi ke luar negeri, aku akan menaruh hati padamu, dalam hatiku, selamanya kamu adalah mata-mata Cynthia."
"Mata-mata?" Sean menyentuh dadanya secara berlebihan, dan memasang wajah yang terluka, mengerutkan alis dan menyahut: "Kamu dan Jonatahn sudah bercerai, perhatian Cynthia sekarang sepenuhnya terarah untuk bersama dengan mantan suamimu, untuk apa aku menjadi mata-matanya, sekarang ini aku hanya fokus untuk mengejarmu, apakah sepasang mata cantikmu ini, tidak bisa melihat maksud hatiku yang sebenarnya?"
"Iya aku melihatnya." Aku melihatnya dengan sungguh-sungguh.
"Benarkah?" Sean bertanya dengan gembira kepadaku.
“Iya, kamu adalah manusia jahanam." Setelah aku menjawabnya, aku segera berbalik dan kembali ke kamar rumah sakit, aku merasakan Sean juga ingin mengikutiku masuk aku pun berbalik menghadapnya, dia terlalu dekat denganku, wajahku tepat menabrak dadanya.
Dia mundur beberapa langkah, dan tertawa.
"Jangan mengikutiku masuk, aku tidak ingin mamaku salah paham, mengerti?" Aku mengusap hidungku yang sakit sambil memperingatkan dia, nadaku sangat buruk.
Dia membuat tanda 'ok; dengan tangannya, sangat menurut,, dan tidak mengikutiku masuk.
Begitu aku masuk, aku segera duduk di sebelah mama. Mama pun segera bertanya: "Selama tiga tahun ini kamu bersama dengannya?"
Aku membeku sesaat, dan menatap mama dengan tawa pahit.
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaMy Superhero
JessiThe Richest man
AfradenIstri Yang Sombong
JessicaMy Charming Wife
Diana AndrikaMy Goddes
Riski saputroCinta Tak Biasa
SusantiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)