Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 66 Menarilah di Hadapanku
"Sebenarnya dari awal aku sudah memeriksakan adanya kelainan bentuk rahimku. Sebelumnya sangat sulit bagiku untuk hamil, yang merupakan berkat dari Tuhan, tak diduga ternyata benar tidak bisa dipertahankan."
Aku terkejut memandang kakak ipar, jadi ini alasan kenapa dia selalu menjauhi kakak? Karena dia tidak bisa memberinya keturunan, maka dia memilih untuk tidak banyak bicara.
Aku menatap kakak ipar dengan penuh simpati, dia adalah seorang wanita yang sangat tradisional, wanita sebaik dia kalau seumur hidupnya tidak bisa memberikan keturunan kepada suaminya, tentu sangat menderita.
"Apa ini alasan kamu rela diinjak-injak harga dirimu oleh Christoper?" Sudut mataku mulai basah oleh air mata, sebagai sesama wanita, aku bisa membayangkan diriku di posisinya, aku sangat kasihan dengannya, tapi juga di lain sisi marah dengan kelakuan Christopher.
Tapi aku tidak tega mengatakan langsung kepada wanita yang ada di hadapanku itu.
Ketika aku menemani kakak ipar pulang, aku tidak memberitahu mama kebenarannya, aku hanya mengatakan, tidak ada masalah apa-apa, dokter hanya menyuruhnya pulang dan beristirahat, tak lama lagi akan ada kabar baik.
Awalnya aku ingin di rumah menemani mama, tapi begitu aku melihat Christopher, emosiku langsung menjadi-jadi. Aku khawatir keberadaanku di situ akan memicu pertengkaran kakak-adik dengannya. Maka dari itu demi ketenangan mama, aku pulang ke apartemen.
Sesampainya dia di apartemen, dia mendapati Amanda yang mengenakan baju sabrina putih sedang berada di ruang tengah menari dan bernyanyi.
"Kenapa senang?" Aku berjalan ke arahnya lalu melemparkan diri dengan lelah ke sofa.
"Bagus kah?" Amanda berputar di depanku kemudian berpose sambil tersenyum bertanya.
Aku meneliti rancangan bajunya, sedikit kurang pas, kemudian berkomentar, "Baju itu kalau leher bajunya sedikit lebih tinggi kemudian bagian bawahnya sedikit dinaikan, akan terlihat sempurna."
"Aku memang sengaja merancangnya sedemikian rupa, supaya bisa mencuri perhatian orang." Amanda mengangkat alis, meneruskan dendangnya, berjalan menuju ke kamar mandi lalu berganti dengan baju lain.
Yang sekarang dikenakan lebih parah lagi, gaun yang dikenakannya itu seakan kurang bahan, ditambah lagi dengan perhiasan merah kecil itu, yang bahkan membuat mukaku merah, apalagi lelaki.
"Amanda, cepat kamu tanggalkan baju itu, kamu belajar fashion design selama tiga tahun itu belajar merancang baju seperti itu kah?" Aku sedikit marah, demi lelaki, dia merubah gaya rancangannya.
"Aku tahu, lekuk tubuhku tidak sebagus punyamu, bikin sakit mata melihatku, iya kan?" Amanda mendengus sebal. Dia punya cara pikirnya sendiri, aku tidak bisa merubahnya. Aku tadi sudah sedikit kelewatan, menggunakan nada seperti itu kepadanya, seakan akulah yang paling benar.
Tiga hari lagi perjalanan karir di PT Midea Fashion akan segera dimulai, suasana sedikit bertambah tegang.
Amanda kembali ke kamarnya lalu membanting pintu keras-keras.
Aku melihatnya sekali lagi, aku bangkit dengan perasaan kacau dalam hati, kembali ke kamarku, kemudian membaringkan diri ke atas ranjang setelah menutup pintu. Merawat mama sepanjang malam membuatku lelah lalu tertidur.
Ketika aku terbangun, jam sudah menunjukan pukul empat sore, aku beranjak dengan malas dari tempat tidur, membuka pintu kamar, lalu melangkah keluar. Di luar aku mendapati Stella sedang berada di dapur memasak bubur. Aroma sedap bertebaran mendayu-dayu, aku mendadak lapar.
"Ada jatah buatku tidak?" Aku mengedip-kedipkan mata, lalu bertanya sambil bercanda.
"Tentu saja." Stella tersenyum kecil, "Beberapa hari ini kamu terlihat kelelahan, bagaimana keadaan mamamu?"
"Lumayan." Aku melangkah masuk ke kamar mandi sambil menjawabnya. Saat aku selesai mandi, Stella sudah selesai menyiapkan semangkuk bubur untukku di atas meja makan. Hanya aku dan Stella berdua, Amanda tidak ikut serta.
"Di mana Amanda?" Aku menyapukan pandanganku ke sekeliling ruangan lalu berhenti di pintu kamar Amanda.
"Jangan pedulikan dia, kemarin malam dia tidak pulang, hari ini dia pulang hampir bersamaan denganmu, sekarang dia masih belum bangun dari tidurnya." Stella menggeleng tak berdaya, "Sepertinya dia sedang jatuh cinta."
"Dengan Sean?" Aku terkejut menatap Stella, yang hanya diam dan mengangguk.
"Kemarin malam aku melihatnya sendiri, Amanda menelponnya untuk datang kemari, sepertinya mereka berdua sudah berhubungan badan." Stella yang biasanya tidak menggosip, karena yang diperbincangkan adalah Amanda, dia jadi punya beberapa cerita.
Kami bertiga sudah saling kenal selama tiga tahun, ada cerita di antara kami semua.
"Sean bukan lelaki baik-baik." Aku menggeleng dengan putus asa. Aku sudah dengan jelas memberitahu Amanda, Sean seorang playboy, tapi dia tetap saja mengejarnya, apakah dia merasa dirinya sanggup membuat playboy itu menemukan kebaikan dalam hatinya yang hitam?
Kalau ada di luar sana seorang pria yang janji manisnya benar-benar bisa dipegang, seekor babi betina tidak hanya bisa memanjat pohon, dia juga bisa langsung terbang ke langit.
"Bagaimana denganmu Christine? Kami sudah bersama tiga tahun, tapi aku tidak pernah tahu tentang kisah cintamu. Semisal kamu tidak menyukai Sean pun, pasti ada seseorang di luar sana yang memiliki hatimu bukan?" Stella untuk pertama kalinya bertanya padaku dengan penuh perhatian.
Aku diam beberapa saat, lalu membuka mulut menjawab, "Ada, kisah percintaanku sangat rumit, pengalamanku dalam percintaan sangat banyak."
Sudah pernah menikah dua kali, bercerai dua kali, ditambah lagi bertunangan sekali dengan Yoga, pernah melahirkan seorang anak, kisahku yang sangat berwarna ini benar-benar tidak ada tandingan. Aku tersenyum pahit, aku khawatir, saat aku menceritakan semuanya, wanita polos di hadapanku ini akan terkejut mendengarnya.
Dia tiga tahun lebih muda dariku, penampilannya dewasa, maka dari itu sering kali orang salah sangka dia lebih tua dariku.
Berbicara tentang seseorang yang aku sukai, aku teringat kembali perkataan Jonathan, secara teori, aku ini seharusnya sudah sangat berpengalaman, tapi ketika aku berhadapan dengannya, aku tak dapat berkutik.
"Stella, aku akan mengajarimu sesuatu."
"Mengajariku apa?" Stella bertanya sambil terus memakan buburnya.
"Menurutmu, bagaimana cara terbaik untuk memuaskan seorang lelaki?" Mendengar pertanyaanku ini, Stella menatapku dengan bengong, aku mengira dia tidak akan menanggapi pertanyaanku itu, tak kusanggka dia tiba-tiba tertawa.
"Orang yang belum pernah memakan daging babi, juga setidaknya pernah melihat babi berlari. Aku sudah membaca banyak buku-buku yang membahas percintaan, pertama-tama, pilihlah tempat di mana kalian bertemu untuk pertama kalinya, sebaiknya pilih tempat yang romantis, kemudian lakukan beberapa gerakan......" Wajah Stella memerah seketika, dia mendekatiku, lalu berbisik, "Lakukan gerakan-gerakan sensual, menggoda."
Aku tak bisa menahan tawa, perkataan seperti itu berasal dari mulut seorang gadis kecil, terasa sedikit aneh.
Tempat di mana kita bertemu untuk pertama kalinya?
Aku teringat tempat pertama kali aku bertemu dengan Jonthan adalah di Hotel Imperial, di sebuah kamar yang gelap itu, aku bermesraan dengannya.
Itu sebuah malam yang tidak akan pernah kulupakan.
Aku sungguh ingin kembali ke waktu itu, memesan kamar, lalu menanggalkan pakaianku satu per satu, kemudian memuaskan dia? Kalau saja dia menolakku, aku tentu sudah tidak punya muka lagi.
Itu tidak mungkin, apa ada cara lain yang lebih jitu?
Semangkuk bubur itu kumakan sampai buburnya menjadi dingin, aku sudah kehabisan ide. Mungkin apa yang diusulkan Stella bisa berhasil, melakukan hal-hal yang memalukan, baru bisa dengan mudah memuaskan seorang lelaki.
Bukankah Jonathan menyukaiku dengan rambut panjang? Kalau begitu aku akan membeli lalu mengenakan wig rambut panjang. Dengan rambutku sekarang yang sependek potongan rambut lelaki, dia tentunya akan memandangku sebelah mata saja, kemudian aku akan meminjam rok pendek Amanda, rok dengan belahan dada yang pendek itu.
Aku memesan sebuah kamar di Hotel Imperial, lalu menelpon Jonathan, mengajaknya bertemu denganku di tempat biasa.
Aku tidak berani langsung mengenakan baju itu pergi ke hotel. Aku hanya bisa membawanya, kemudian bertukar baju di kamar hotel. Aku lebih dulu datang ke kamar hotel itu, aku masuk ke kamar mandi untuk mengenakan wig rambut palsuku dan bertukar baju dengan rok yang super seksi itu.
Aku menatap diriku sendiri di cermin kamar mandi, setelah kuamati cukup lama, aku merasa diriku seperti seorang pelacur, melihatnya saja aku ingin muntah rasanya, apa para lelaki benar-benar menyukai dandanan seperti ini?
Para wanita itu, apa harus berpenampilan secentil ini?
Rambut palsu itu sepertinya terlalu besar bagiku, namun semakin aku mencoba untuk membenarkannya, semakin terlihat miring. Tiba-tiba, aku mendengar suara pintu kamar dibuka, tanda ada seseorang masuk.
Aku tahu itu pasti Jonathan, aku tegang, rambut palsuku seketika bertambah miring ke samping.
Semakin gugup, rambut palsu itu semakin terlihat aneh, tahu begitu tadi tidak aku utak-atik lagi.
Aku mendengar langkah kaki Jonathan bertambah kencang berjalan mendekat ke arah kamar mandi. Untung saja aku tadi menutup tirai, lalu bersembunyi di dalam, kalau tidak dia akan terkejut melihatku.
"Apa yang kamu lakukan di dalam situ?" Suara Jonathan yang akrab di telingaku itu terdengar mendayu.
Aku menjawab dengan panik, "Kamu tunggu di luar, aku sebentar lagi keluar."
"Apakah kamu perlu bantuanku?" Dia bertanya lagi.
"Tidak perlu, kamu jangan masuk." Aku menjawab dengan gugup, dengan kesusahan aku berusaha merapikan rambut palsuku, dengan terburu-buru berusaha menatanya di depan cermin, membuat rambut palsuku terlihat sedikit lebih natural.
Aku merasa bayanganku di cermin sedikit terlihat aneh lalu menertawakannya sendiri, mungkin karena aku sudah terbiasa berambut pendek, kemudian tiba-tiba berambut panjang lagi, jadi aku merasa aneh melihatnya.
"Kamu ini sebenarnya sedang apa?" Jonathan membuka pintu kamar mandi dan menyibakkan tirai shower. Di sana dia melihatku sedang membenarkan rambutku, kaget.
Sepasang mata yang penuh daya tarik itu memandangku, setelah kita berpandang-pandangan cukup lama, dia mulai menertawakannku.
Dia menunjuk rambut palsuku, tertawa tak bersuara, bahkan sampai air matanya pun keluar.
"Selucu itukah?" Rasa ditertawakan orang lain sungguh tidak nyaman, aku sekarang seperti ini semua salah dia. Dia yang memintaku memuaskan dia supaya dia mengirimkan foto anaku kepadaku.
Aku langsung melepas rambut palsuku kemudian menjejalkannya ke dalam tangannya, lalu berjalan keluar dari kamar mandi dengan malu.
Sekeluarnya Jonathan dari kamar mandi, dia melemparkan rambut palsuku ke atas ranjang, kemudian melipat tangan di depan dadanya sambil melihatku dari ujung kepala hingga ujung kaki, dia bertanya, "Dari mana baju ini?"
Aku menunduk melihat ke bawah, aku segera sadar dia sedang melihat ke bagian dadaku. Aku seketika menggunakan tanganku untuk menutupinya lalu berkata, "Aku pinjam."
"Siapa yang cukup tidak bermoral meminjamkanmu baju seperti itu?" Jonathan berkata dengan sinis. Tiga tahun terakhir ini dia seperti salah meminum obat yang membuat perkataannya jadi seperti jarum yang menusuk semua orang yang jadi lawan bicaranya.
"Aku tahu, aku berdandan seperti ini sudah membuatmu mau muntah, tidak sanggup menyenangkanmu, malam ini tidak dihitung." Aku bergumam dengan canggung, melangkah maju, kudorong Jonathan menjauh, lalu ingin segera berganti baju dengan bajuku sendiri.
Tapi tak disangka, dia malah menghalangi pintu kamar mandi, tidak membiarkanku lewat. Aku mendongak melihatnya, mataku memberinya isyarat supaya dia membiarkanku masuk ke dalam kamar mandi, dia paham maksudku, tapi dia tetap tidak bergeming.
"Christine, kamu menarilah mengenakan baju ini." Perkataan Jonathan mengejutkanku.
Apa maksud dia untuk mengolok-olok aku?
Namun, untuk apakah aku berpakaian seperti ini di depannya? Untuk menyenangkan dia bukan? Kalau begitu sekarang aku akan menari untuknya. Tapi dari mana aku bisa menari?
"Aku tidak bisa menari." Aku berkata dengan jujur.
"Malam ini aku sengaja mengambil sedikit lebih banyak foto Bella, yang awalnya akan aku kirimkan...." Jonathan belum menyelesaikan perkataannya, aku sudah maju dengan tanganku terangkat, terburu-buru menjawab dengan suara lantang, "Aku akan menari."
"Mulailah!" Dia mengangkat alis memandangku.
"Jangan mengingkari perkataanmu." Aku berkata dengan was-was.
Novel Terkait
Istri kontrakku
RasudinThe Great Guy
Vivi HuangKembali Dari Kematian
Yeon KyeongBretta’s Diary
DanielleAir Mata Cinta
Bella CiaoUntouchable Love
Devil BuddyAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanDemanding Husband
MarshallMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)