Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
"Tidak, dia hanya seorang teman, bahkan tidak bisa juga disebut teman seperti teman biasanya." Setelah aku menjawabnya dengan canggung, aku menundukkan kepala, jelas-jelas selama tiga tahun ini hubunganku dengannya jauh lebih rumit daripada Jonathan, tetapi aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya.
"Jangan membohongiku, barusan sebelum kamu bangun, pria itu jelas-jelas berkata kepadaku, kalau dia pacarmu." Kata-kata mama serentak membuatku mendongakkan kepala.
Aku tercengang menatap mama, mataku berkedip berulang kali dengan cepat.
Baru saja Sean dengan beraninya bermuka tebal mengatakan hal tak tahu malu seperti itu?
Paru-paruku nyaris saja meledak, aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri, dan menegarkan diri untuk tersenyum, melihat mama, bersumpah kepadanya: "Ma, aku bersumpah, aku sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan pria itu. Pria itu seorang playboy, dan otaknya bermasalah, melihat yang wajahnya agak lumayan, semuanya dia anggap sebagai pacar."
"Benarkah?" Mama bertanya curiga.
Aku menganggukan kepala kuat-kuat, "Sungguh, kamu berias pun, mungkin kamu juga akan menjadi pacarnya."
"Bicara sembarangan kamu." Mama yang kugoda, hanya melirikku.
Aku menghela nafas panjang, masalah ini sudah lewat. Sean ini, sungguh sangat keterlaluan.
Kakak ipar datang untuk menggantikanku, menyuruhku untuk cepat-cepat pulang dan beristirahat.
"Hari ini saat jam kunjungan dokter, menanyakan bagaimana keadaan mama, lalu memberitahu aku lewat telepon." Aku menatap kakak ipar.
Kakak ipar menemaniku turun, lalu menatapku lurus dan berkata: "Sebenarnya kemarin aku sudah bertanya, dokter mengatakan bisa kambuh, kalau keluar dari rumah sakit, harus banyak memperhatikan, dua hari lagi aku akan membantu mengurus prosedur mama untuk pulang, bagaimana menurutmu?"
"Baiklah. Minggu depan aku baru benar-benar mulai kerja, aku akan datang saat mama keluar." Aku berkata dengan berat hati, penyakit mama ini sudah menjadi penyakit dalam hatiku.
Aku memanggil taksi untuk kembali ke apartemen, begitu aku masuk kamar, mandi pun aku malas, segera merebahkan diri ke atas kasur, memejamkan mata kemudian terlelap.
Terlalu lelah, insomniaku ini, cepat atau lambat akan mematahkanku.
Aku tidur hingga sore, aku tidak tahu kemana Amanda dan Stella pergi. Setelah menggosok gigi dan mandi, aku memanggil taksi untuk pergi ke rumah keluarga Chandra.
Sepasang pintu besar otomatis itu selamanya selalu tampak megah, seakan waktu yang bergulir tidak berpengaruh apapun padanya. Aku menatap lekat-lekat kedua pintu itu, perlahan melangkah maju, melihat ke arah kotak pin, mengulurkan tanganku untuk memasukkan pin.
Kalau pinnya tidak diubah, dan aku membuka pintunya, setelah masuk apa yang harus kukatakan pada orang di dalam?
Kalau bertemu Bella, bagaimana aku harus memperkenalkan diri?
Semuanya seperti tidak ada akhirnya, aku sekarang sungguh menyesali pilihanku sendiri.
Aku membenci diriku sendiri, kepercayaan diri yang kumiliki saat baru saja kembali dari luar negeri itu, bagaimana bisa berubah menjadi keraguan yang amat sangat ketika berhadapan dengan urusan keluarga Chandra.
Kalau pinnya tidak berubah, aku bisa langsung masuk, dan berkata ingin bertemu dengan Bella.
Aku meyakinkan diri, apa yang perlu kutakuti. Bella anakku, aku berhak untuk menemuinya.
Setelah mengumpulkan keberanian, aku menekan pin dengan percaya diri, dan ternyata salah.
Tentu, setelah kepergianku, mereka pasti akan merubah pinnya, mana mungkin selamanya mereka tidak akan merubahnya, dan membiarkanku masuk begitu saja?
Aku menertawakan diriku sendiri, tadi saat akan menekan pinnya, aku mendengar suara mobil di belakangku, aku menengok ke belakang dan plat mobil Jonathan yang sangat tidak asing terlihat olehku.
Pintu mobil terbuka, Jonathan dengan tubuhnya yang tegap muncul di pandanganku. Dengan wajah tanpa ekspresi dia memandangku, dan melangkah maju perlahan, langsung menarik tanganku, dan menggandengku ke sisi mobil, kemudian mendorongku masuk ke dalam mobil.
Aku dengan bodoh dibawanya meninggalkan rumah keluarga Chandra, dan aku sama sekali tidak mengatakan kata-kata penolakan.
Mobil itu perlahan berhenti di bahu jalan, aku menengok ke arahnya dan bertanya: "Kenapa kamu tidak bertanya kenapa aku datang ke gerbang rumah kalian?"
"Datang untuk melihat Bella." Jonathan membalas tatapanku.
Aku tak sanggup memalingkan wajahku, setiap kali aku melihat ke kedua matanya aku merasa seperti tersedot, kedua bola matanya terlihat seperti lingkaran hitam. Tak hentinya menenggelamkanku, memabukanku, membuatku tak sanggup untuk berlari.
"Iya." Aku menundukan kepala seraya menjawab.
"Atas dasar apa kamu ingin bertemu Bella?" Jonathan menyindir dengan dingin, "Setelah melahirkannya, kamu berubah, lalu akhirnya kamu pergi keluar negeri tanpa alasan jelas, dan tanpa berita apapun hilang selama tiga tahun."
"Aku berubah?" Aku mendongak, dan membalas tatapan dingin Jonathan, lalu tertawa sinis, "Kalau bukan karena mamamu membawa kabur anakku, ingin melakukan tes DNA, lalu pergi membawanya begitu saja tanpa biacara apapun, bagaimana aku bisa begitu hancur?"
"Masih ada alasan yang lain?" Jonathan bertanya dengan wajah tak berubah, di matanya, kepergianku, merupakan sebuah kesalahan yang sangat fatal, dan sama sekali tidak bisa dimaafkan.
"Iya, aku memang seorang wanita biadab, tiga tahun ini aku lewati dengan penuh kebahagiaan bukankah kamu juga sama saja, bisa bersama dengan cinta masa kecilmu, yang pastinya lebih hebat dibanding aku." Saat aku mengatakan semua ini, hatiku mendadak merasa pedih, seluruh tubuhku seperti tidak terkendali.
Aku cemburu?
Sebenarnya sangat jelas, hari itu saat aku meneleponnya, dan Cynthia mengangkatnya, seluruh diriku terasa sakit setengah mati, jelas-jelas aku berkata kepada diriku sendiri untuk melepaskan, tapi aku tak sanggup melakukannya.
Tiba-tiba, Jonathan menyodorkan ponselnya kepadaku, melihat ke arahku yang diam seribu bahasa dan berkata: "Masukkan nomormu yang baru kesini."
Aku menerima ponselnya, menatapnya dengan penuh tanya, bertanya dengan hati-hati: "Ingin mengirim foto Bella kepadaku?"
"Jangan berpikir terlalu jauh." Jonathan menyindir, "Masukkan nomormu, aku memberimu kesempatan, kalau suatu hari nanti aku sedang berbaik hati, aku akan membiarkanmu bertemu dengan Bella."
Aku tersentak gembira, mataku berkilat berbinar dan bertanya: "Benarkah?"
Sebelum dia menjawab pertanyaanku, aku segera memasukkan nomor baruku ke ponselnya, dan dengan dua tangan mengembalikan ponsel itu kepadanya.
Takut dia hanya bercanda, aku pun bertanya sekali lagi, "Yang kamu katakan itu sungguhan bukan!"
"Kenapa rambutmu dipotong pendek?" Dia tidak menjawab pertanyaanku secara langsung, kedua matanya menatap rambutku, dan dengan wajah tanpa ekspresi dia bertanya.
Tanpa sadar aku membelai rambutku, dan menjawab sambil tertawa canggung: "Malas mengurusnya, jadi kupotong."
"Jelek sekali." Jonathan mengatakan kedua kata itu dengan datar,.
Aku pun semakin gelisah membelai-belai rambutku, dia ini laki-laki atau bukan? Bagaimana dia bisa mengatakan hal seperti itu kepada seorang wanita? Jelek sekali, benarkah sangat jelek? Aku berpura-pura tidak peduli dan memalingkan wajahku untuk melihat keluar jendela.
Hanya rambutku saja yang menjadi pendek, wajahku tidak berubah, mulut Jonathan sungguh sangat jahat.
"Malam mau makan apa?"
Saat aku sedang melamun, pertanyaan Jonathan serentak membuatku berbalik melihatnya, aku terdiam sesaat dan bertanya: "Kamu bertanya kepadaku?"
"Menurutmu?" Dia menaikan alis dan bertanya kepadaku.
Senyum kecil merekah di bibirku, kenapa aku sangat tolol, menanyakan hal yang sangat sangat bodoh, "Kalau kamu sibuk, tidak...."
"Satu kali waktu makan, aku juga bisa menyelipkannya, jangan-jangan kamu tidak bisa menyelipkannya dalam jadwalmu?" Dia bertanya penuh selidik sambil menatapku, ketajaman tatapannya membuatku nyaris tak mampu bernafas.
Kalau aku menolaknya, apakah dia akan melarangku untuk selamanya tidak bertemu dengan anakku?
Begitu memikirkan hasil yang menakutkan itu, aku pun segera menganggukkan kepala kepadanya, "Ada, ada waktu."
"Sudah larut, kita ke Hotel Imperial." Setelah berkata demikian, dia memejamkan matanya, dan duduk diam.
Aku diam-diam mencuri pandang ke arahnya, dan perlahan dari mengintip aku pun menatap dia dengan seksama.
Tiga tahun sudah, dia sama sekali tidak berubah, masih sangat berkarisma, dan masih sangat tampan. Malam itu di teras balkon rumah sakit, dia begitu dingin kepadaku, keacuhannya membuatku mengira, dia sudah sama sekali tidak memiliki perasaan terhadapku.
Tapi mengapa dia mengajakku makan, hanya karena aku mama dari Bella, maka dia mengajakku? Atau.....
Pandanganku terhenti di wajahnya, aku sangat ingin mengulurkan tanganku dan menyentuhnya, dua tahun lebih, dia menemani anakku, apakah dia lelah, apakah dia lelah namun bahagia?
Tiba-tiba Jonathan membuka matanya, dan melihat ke arahku, aku cepat-cepat memalingkan wajah, tapi sudah terlambat.
"Mengapa melihatku seperti itu?" Jonathan bertanya kepadaku.
Aku tidak berani menjawab, memandang keluar jendela.
"Christine, tatap aku, beritahu aku, sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" Jonathan bertanya kepadaku dengan penuh wibawa seakan sedang memberiku perintah.
Aku tidak bisa lari, hanya bisa menegarkan diri untuk berbalik melihatnya, mendongakkan kepala, dan membalas tatapannya, kemudian menjawab dengan pelan: "Aku sedang berpikir, kalau aku menyenangkanmu, kamu baru akan menemukanku dengan Bella?"
"Menyenangkanku?" Bibir Jonathan perlahan membentuk sebuah tawa, "Cepat atau lambat kamu akan tahu, bagaimana menyenangkanku."
"Oh." Aku tidak menanyakan lebih dalam soal itu.
Mobil itu berhenti di basement Hotel Imperial, kami turun dari mobil, dan naik lift.
Jonathan berdiri di depanku, empat dinding lift terbuat dari cermin, benar-benar bisa menampakkan tubuh seseorang secara keseluruhan, aku melihat diriku sendiri, menyadari beberapa tahun ini aku bertambah kurus sampai tak mempunyai bentuk pantat, maupun bentuk dada, ditambah lagi melihat rambut pendekku, benar-benar terlihat seperti seorang pria, tak heran dia berkata aku sangat jelek.
Aku benar-benar mencari masalah, jelas-jelas Jonathan suka rambut panjang nan tebalku, mengapa aku memotongnya hingga habis?
"Ting" pintu lift terbuka, aku mengambil nafas panjang, mengikuti Jonathan dari belakang.
Dia mengajakku ke sebuah restoran, tidak ada ruang pribadi, memilih sebuah meja di dekat jendela, dimana kami bisa melihat ke arah sungai kecil di luar hotel.
Dia memilih beberapa makanan rumah. Sebelum makanan disajikan, kesunyian yang membunuh kembali menyelimuti kami berdua.
Aku terus menerus menggosok tanganku di bawah meja, dan dengan tidak tenang menatap ke luar jendela.
Tatapan tajam Jonathan terkunci padaku, membuatku semakin gugup dan salah tingkah.
"Di luar negeri baik-baik saja?" Dia memulai bertanya.
Aku mengangkat wajahku perlahan, menatapnya, "Lumayan, ada dua teman wanita, kami saling membantu satu sama lain."
"Sean yang memberikan surat perceraian kepadaku, apakah kamu yang menyuruhnya?" Jonathan menanyakan hal ini, aku menatapnya dalam diam, tidak tahu bagaimana aku harus menjawab pertanyaan ini, tanpa membuatnya marah.
Setelah terdiam beberapa saat, aku hanya diam dan mengangguk.
"Apa hubunganmu dengannya?" Jonathan bertanya seakan sedang menginterogasi seorang tersangka kejahatan, tapi demi bertemu dengan Bella, aku harus menerimanya apa adanya.
"Te...teman."
"Teman yang bagaimana?" Mata Jonathan semakin dingin.
"Bukan termasuk teman." Mendengar jawabanku, aku jelas merasakan tatapan mata Jonathan agak melembut.
Akhirnya masakan yang sangat mudah dibuat itu disajikan dan masih mengepul dengan panas.
"Makanlah!" Suara Jonathan terdengar lebih lembut dari sebelumnya.
Novel Terkait
Kembali Dari Kematian
Yeon KyeongMy Greget Husband
Dio ZhengIstri kontrakku
RasudinMenantu Hebat
Alwi GoMy Superhero
JessiAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaPenyucian Pernikahan
Glen ValoraMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)