Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
Mungkin karena aku memperkenalkan mereka terlalu mendadak, Greyson Lin dan Donna Lin jadi merasa sangat canggung.
"Sama-sama bermarga Lin, lima ratus tahun yang lalu adalah satu keluarga." Aku tersenyum sambil menggoda mereka.
Donna Lin juga merasa sedikit kaget karena perkenalanku yang terlalu mendadak.
Melihat situasi menjadi canggung, aku mengalihkan perhatianku ke produk-produk baru yang ditumpuk di samping dan aku berkata, "Pajang produk-produk baru di etalase, dan pajangan di etalase juga sedikit kosong, pindahkan lagi dua patung ke etalase."
"Baik." antusiasme Donna Lin langsung meningkat. Aku menatap semua orang di depanku dengan ekspresi wajah yang serius.
"Aku harap kalian semua akan menganggap PT. Weiss sebagai keluarga sendiri, aku tidak ingin kalian semua bersikap pasif terhadap pekerjaan. Dikarenakan kalian sudah memilih bekerja di bidang ini, aku harap kalian semua bisa mencintai pekerjaan ini," aku berkata dengan sura lantang kepada semua yang berada di lokasi.
"Sebelumnya karena penawaran Perusahaan Besar Yin lebih menarik, jadi Manajer Bai pergi sendiri, dia bukan dipecat karena aku. Aku harap semuanya berhenti sembarangan menyebarkan masalah ini. Bagaimana pun gosip yang ditumpuk sedikit demi sedikit akan menjadi banyak, benarkan! "begitu aku selesai bicara, Donna Lin memimpin bertepuk tangan.
"Manajer tidak perlu khawatir, kami akan bekerja dengan baik," sanjung Donna Lin.
Aku menatapnya dan berkata dengan tenang: "Aku menantikan melihat omset bulan depan, berbicara dengan kemampuan , bukan dengan kata-kata sanjungan."
“Aku mengerti.” Donna Lin berkata dengan lembut sambil menundukkan kepalanya karena malu.
Aku berbalik, dan menatap Greyson Lin , lalu berkata, "Ayo, kita lihat toko lain."
Setelah mendengarkan kata-kataku, Greyson Lin melangkah maju dan membukakan pintu untukku. Aku berjalan keluar dengannya lalu berjalan mengelilingi hypermarket untuk memahami keadaan.
Dalam perjalanan kembali ke perusahaan, Greyson Lin menatapku dengan bingung, aku tahu apa yang ingin dia tanyakan, kenapa setelah Donna Lin bersikap seperti itu kepadaku, aku malah menaikkan jabatannya menjadi kepala toko.
“Sangat aneh, kan?” Aku mengendarai mobil dan berkata dengan santai.
“Aku tidak bertanya,” Greyson Lin membantah.
“Kamu ingin bertanya kenapa aku menaikkan jabatan Donna Lin ?” Aku langsung mengatakan pertanyaan Greyson Lin , lalu dia mengangguk.
"Benar, karyawan sombong seperti dia seharusnya dipecat. Kenapa harus menyanjung orang seperti itu dan memperkenalkan aku kepadanya untuk dijadikan pacar?" ternyata yang Greyson Lin risaukan adalah masalah ini.
Aku menjawab: "Donna Lin memang sombong, tetapi dia memiliki keberanian untuk mengatakan keraguannya, ini menunjukkan dia adalah orang yang berani, aku yakin dia memiliki kemampuan, bukankah aku sudah bilang, jika bulan depan dia tidak menunjukkan kinerjanya aku akan mendepaknya. Jika aku memecatnya karena kata-katanya yang sinis, akan menunjukkan apa? Akan menunjukan aku adalah manajer yang berpikiran sempit dan perhitungan. Jika jadi orang tidak berlapang dada, mana bisa mengurusi urusan lain. "
“Kamu benar-benar membuatku takjub.” sanjung Greyson Lin.
Aku meliriknya dengan marah, "Tidakkah kamu merasa sekarang kamu baru menyanjungku sedikit terlambat?"
"Aku mengatakannya dengan tulus," kata Greyson Lin dengan tulus.
"Tidak tahu kamu bersungguh-sungguh atau tidak, tapi aku suka mendengarkan kata-kata seperti ini." aku tersenyum tipis, hari ini setelah keluar bersama Greyson Lin, membuatku merasa lebih rileks. Sejak menjadi manajer, aku terus dikucilkan oleh orang-orang.
Kembali ke perusahaan, sepanjang hari aku sibuk mengerjakan pekerjaanku, akhirnya aku bisa melihat dengan jelas, begitu pasangan suami istri sama-sama sibuk, jangankan bertengkar, bahkan waktu pulang kerja juga sama larutnya.
Lampu di kantorku masih menyala, dan karyawan di luar sudah pulang semua, aku sedang merencanakan beberapa kegiatan sebelum Festival Musim Semi, aku ingin mempromosikan produk baru dan menjual produk yang masih ada di gudang.
Pintu kaca diketuk dari luar, aku mendongkak dan melihat Jonathan sebentar lalu aku bertanya, "Kenapa kamu punya waktu untuk turun ke bawah?"
“Sekarang sudah jam berapa ?” Jonathan menghampiriku sambil mengangkat alisnya. Dia meletakkan sebelah tangannya di atas meja dan satu tangannya lagi di kursi kulitku, sambil setengah memelukku dia berkata dengan penuh kasih sayang: ”Beberapa saat lagi kamu tidak perlu sesibuk ini lagi. "
“Apa maksudmu?” Aku menatap Jonathan dengan bingung.
“Aku sudah menemukan orang untuk menggantikanmu.” Ketika aku mendengar kata-kata Jonathan, aku langsung menatapnya dengan tatapan tidak percaya dan bertanya, “Kenapa, kamu rasa aku tidak berkompeten, atau kamu ingin aku kembali menjadi ibu rumah tangga? Aku beritahukan kepadamu bekerja paruh waktu boleh, tapi kalau bekerja penuh tidak bisa. "
Jonathan terkekeh, tangannya yang besar mencolek ujung hidungku, lalu dia berkata, "Jangan greget dulu."
Wajahku berubah menjadi serius, lalu aku memelototinya dan berkata: "Kamu ingin memecatku, lalu kamu ingin aku tenang, dan jangan greget, aku katakan kepadamu, sekarang aku bahkan sudah berniat untuk membunuh orang, sekarang aku ..."
“Tempatmu di panggung, bukan di sini,” Jonathan menyela ucapanku.
Aku kaget dan sedikit tidak tahu harus berbuat apa, apa yang baru saja dia katakan? Tempatku di panggung, bukankah dia paling tidak suka aku menunjukkan wajahku di depan orang lain, kenapa hari ini dia tiba-tiba mengatakan hal ini?
“Jonathan, kamu ingin memecatku, jadi kamu mencari sebuah alasan yang akan membuatku bahagia agar aku bersedia pergi.” Aku mengatupkan bibirku dengan erat, dan berusaha untuk tidak meneteskan air mata, tetapi entah kenapa, kata-kata Jonathan membuat air mataku tidak mematuhiku dan tetap mengalir, dan membuat sudut mataku memerah.
Jonathan menghampiriku dengan lembut lalu dia memelukku, "Bodoh, kamu pikir aku tidak bisa melihat kamu tidak bahagia bekerja disini, hanya saat kamu berada di atas panggung kamu akan merasa percaya diri dan bahagia."
"Di atas panggung memang sangat menyenangkan, tapi bagaimanapun itu hanya bisa dilakukan saat aku masih muda. Ketika aku tua, aku tetap harus kembali ke dunia nyata." Aku sudah memahaminya, kadang-kadang ikut dalam pagelaran busana Guru Michael sudah cukup bagiku.
Industri model sangat kejam, cukup muda, cukup energik, cukup menawan, jika tidak ada salah satu dari ketiga poin ini, maka harus memiliki kemampuan dan pengaruh dalam dunia fashion.
Kalau ingin menjadi terkenal di dunia yang aneh ini, terkadang kamu harus mengorbankan banyak hal. Kalau aku rela berkorban, saat ini aku sudah menjadi orang terkenal dalam dunia fashion.
“Di dunia nyata ada aku!” Jonathan mengelus rambut panjangku, “Akhir-akhir ini aku sedang mencari orang, awalnya aku membiarkanmu mengisi posisi ini untuk sementara waktu karena ingin kamu langsung menyerah setelah tahu betapa sulitnya hal ini, tapi aku tidak menyangka kamu melakukannya dengan cukup baik. "
Ternyata dia membiarkanku menjabat sebagai manajer, karena ingin memberikan beban kepadaku, lalu karena tidak tahan dengan tekanan, aku akan pulang, tetapi dia tidak menyangka aku akan menghadapi rintangan ini, dan bahkan bersikeras untuk bertahan.
"Kamu memang suka membuatku tetap di rumah. Jelas-jelas kamu tahu aku menjadi bulan-bulanan gosip." Aku mendorongnya sedikit, lalu aku berdiri, dan menatap mata Jonathan, setelah itu aku berkata kepadanya: "Jonathan, dari beberapa versi hubunganku denganmu yang beredar di perusahaan, menurutmu yang mana yang lebih bisa dipercaya? "
"Tentang kamu memberikan obat kepadaku aku rasa cukup bagus dan memiliki daya imajinasi yang tinggi, nanti aku akan menyuruh orang memeriksanya, dan mencari tahu siapa yang mengarangnya, lalu aku akan memindahkannya ke departemen publisitas." Setelah mendengar candaan Jonathan, aku langsung tertawa.
Tak kusangka, Jonathan lumayan humoris, kata-kata yang diucapkannya bermakna dan lucu. Awalnya suasana hatiku sedang tidak baik, tetapi sekarang sudah banyak membaik.
“Ayo pulang!” Jonathan menjulurkan tangannya dan menatapku dengan tenang.
Tangan besarnya yang bergantung diudara telihat sangat menggoda, aku tidak bisa menolaknya. Aku mematikan komputerku lalu menjulurkan tanganku dan mengandeng jari-jarinya dengan erat-erat .
Dia mengendengku dan dengan perlahan kami berjalan keluar dari kantor lalu memasuki lift dan turun kebawah.
“Hari ini aku menyetir,” aku berkata kepada Jonathan .
“Besok kamu mengantarku kemari?” Jonathan mengangkat alisnya.
"Antar ya antar." memangnya kenapa, kami tinggal di tempat yang sama, mengantar pulang pergi merupakan hal yang wajar.
“Ada yang bersedia menjadi supir, mana mungkin aku tidak bersedia membiarkanmu mengantarku.” selesai berbicara, Jonathan langsung masuk ke dalam mobilku. Aku langsung mengemudikan mobil keluar dari parkiran di ruang bawah tanah, tapi aku tidak langsung pulang, melainkan pergi ke tepi sungai di Kota F.
“Buat apa kita kemari?”Jonathan bertanya dengan bingung.
"Jalan-jalan." Aku menatap wajah tampan Jonathan dengan serius, lalu aku kembali berkata: "Aku ingin berjalan-jalan, aku ingin berjalan bergandengan tangan bersamamu di tepi sungai, hanya perlu sepuluh atau dua puluh menit."
“Hari sudah sangat larut,”Jonathan mengingatkan.
"Aku tahu, saat kamu mengucapkan kata-kata ini, mungkin kita sudah berjalan setengah lingkaran." Aku memanyunkan mulutku sambil mengedipkan mata, "Temani aku!"
“Baiklah, kalau aku terus melihatmu seperti ini, aku akan merasa jijik lagi.”Jonathan menggodaku sebentar lalu membuka pintu.
Aku sangat senang hingga seperti anak kecil, aku melompat turun dari dalam mobil, lalu aku melangkah maju dan meraih tangan Jonathan yang besar dan hangat .
Sepertinya kami belum pernah berjalan-jalan sambil berpegangan tangan seperti ini. Malam musim dingin sangat dingin dan angin yang berhembus sangat menusuk, tetapi hal ini tidak mempengaruhi perasaan romantis yang sedang aku rasakan.
Melihatku sedikit mengigil, Jonathan mengayunkan tangannya, lalu dia menarikku ke dalam pelukannya yang hangat, dan berkata, "Jalan lebih cepat, kalau tidak kamu akan membeku."
Aku menatapnya dengan tatapan tidak tahu harus menangis dan tertawa, dan berkata, "Bagaimana kalau kamu menggendongku?"
"Gendong?" Jonathan terdiam sejenak, lalu dengan waspada dia melihat sekeliling, melihat tidak orang dia berkata, "Kalau aku menggendongmu, kita tidak berjalan-jalan lagi dan langsung kembali ke mobil."
Aku mengangguk, cuaca terlalu dingin, dan aku benar-benar tidak bisa berjalan-jalan lagi.
Jonathan berjongkok, dan aku langsung naik ke punggungnya.
Dia berteriak sambil berpura-pura mengerahkan kekuatannya, "Pinggangku ... hampir patah karena mengendongmu."
"Coba kamu ulangi sekali lagi," aku berpura-pura marah.
“Tidak berat, sangat ringan, rasanya seperti tidak ada orang di punggungku.” selesai berbicara Jonathan mempercepat langkah kakinya, dan segera memasukkanku ke dalam kursi di samping kemudi.
Dia duduk di kursi pengemudi, lalu dia menyalakan mobil, dan melaju ke jalan raya.
“Kenapa kamu yang mengemudi, bukankah sudah sepakat aku yang mengemudi?” tanyaku tidak mengerti.
“Kamu mengemudi?” Jonathan menoleh dan menatapku, “Nanti kamu mau candle light dinner lagi, dan malam ini kita tidak usah pulang lagi.”
Sungguh terlalu, tak kusangka dia berpikiran seburuk itu terhadapku, memangnya kenapa kalau sesekali beromantis sebentar? Sangat jarang kami bisa berjalan-jalan bersama. Jika bukan karena cuacanya terlalu dingin, aku pasti akan berjalan selama beberapa jam.
Dalam beberapa hari berikutnya, Jonathan dan aku sibuk dengan urusan perusahaan. Pagi ini, Jonathan menelepon dan menyuruhku naik ke atas.
Aku tidak mengerti kenapa Jonathan menyuruhku naik tanpa memberitahuku apa alasannya, tapi aku tetap naik keatas.
Ketika aku sampai di kantor Jonathan , dia mengatakan kepadaku tadi malam Frederik Ouyang mengalami stroke dan sekarang dia sedang berada di rumah sakit.
Melihat dahi Jonathan yang tegang, aku mengerti, tidak peduli seberapa tidak berperasaannya dia, bagaimanapun dia adalah ayah kandungnya, dan kelembutan dalam hati seseorang tetap bisa tersentuh.
Tanpa menunggu Jonathan berbicara, aku berkata, "Aku akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya."
“Lihat apakah dia sudah mati atau belum, kalau belum mati kamu tidak perlu memberitahukannya kepadaku.” Jonathan berkata dengan dingin, tapi bisa dilihat dibalik kata-katanya yang kejam sebenarnya tersembunyi kekhawatirannya.
"Baik," jawabku, kebetulan sore ini aku punya waktu luang, oleh karena itu aku mengendarai mobil dan pergi ke rumah sakit.
Di depan pintu kamar pasien, aku melihat Nyonya Ouyang, Cynthia Ouyang dan Charles Ouyang.
Aku pikir mungkin perselisihanku dengan ketiga orang ini terlalu dalam, mereka semua menatap aku dengan sorot mata yang aneh.
Mungkin Frederik Ouyang tidak memberi tahu mereka bertiga siapa identitas asli Jonathan , oleh karena itu mereka sangat menolak dan tidak suka dengan kedatanganku.
"Christine Mo, untuk apa kamu kemari?" Cynthia Ouyang bertanya dengan dingin.
Novel Terkait
Gaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangKing Of Red Sea
Hideo TakashiLove Is A War Zone
Qing QingWonderful Son-in-Law
EdrickAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanDemanding Husband
MarshallLelaki Greget
Rudy GoldMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)