Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)

“Sinilah!” Jonathan mengangkat tangan, ingin memberi aku sebuah pelukan, aku menunduk kepala, sangat lincah melewati ketiak dia, minta ampun berkata: “Jonathan Yi, aku mengaku kalah, tolong kamu jangan begitu terbuka didalam ruang kantor.”

“Aku masih mengira kamu tidak takut langit dan bumi.” Jonathan juga sudah tidak bercanda lagi, membalikkan badan maju ke depan, duduk disamping meja kerja, mengambil dokumen melihat, “duduk disofa sana menunggu aku.”

“Apakah harus makan siang?” aku dengan hati-hati bertanya.

Dia sedikit mengangkat kepala, melihat aku, dengan serius menjawab berkata: “iya.”

Aku duduk diatas sofa, awalnya dengan patuh duduk, kemudian adalah berbaring, selanjutnya sudah ketiduran.

Pada saat aku bangun, jas Jonathan menutupi diatas badan aku, dia sepertinya masih belum selesai sibuk, aku diam-diam bangun, mengoles-oles mata, melipat baik jas dia, menaruh, kemudian bangun.

“Jonathan, jika kamu terlalu sibuk, aku pulang duluan, jika Christopher Mo ada berita, kamu menelepon aku.” aku khawatir anak didalam rumah, Bernice harus minum susu, aku keluar begitu lama, Bernice pasti sudah lapar.

Selesai bicara, Jonathan menaruh dokumen dan pen didalam tangan, bangun berjalan kearah aku, “makan.”

Dia sangat alami bergandeng tangan aku, membawa aku yang masih bingung keluar pintu.

Aku melihat waktu sebentar, sudah jam 2 sore, apakah dia biasanya diluar juga adalah tidak makan tepat waktu begini? Apakah dia selalu begitu sibuk?

Dulu selalu merasa orang kaya, mencari uang sepertinya sangat gampang, tetapi keberhasilan Jonathan adalah pengorbanan yang didapatkan dari kerajinan dia, aku apakah harus bersyukur diri sendiri ada seorang suami yang rajin bekerja?

Dia membawa aku pergi ke Dorsett Restaurant makan, kemudian mengantar aku pulang, dia sangat lelah naik kelantai atas, kemudian berbaring diatas ranjang, gerak juga tidak gerak, menutup mata, kemudian tertidur.

Aku dari bibi Chang sana menggendong Bernice kemari, setelah menyusui lalu naik kelantai atas, masuk pintu langsung melihat Jonathan sampai baju juga tidak lepas langsung berbaring tidur diatas ranjang.

Aku maju kedepan, dengan pelan mendorong-dorong dia, dengan suara pelan bertanya: “apakah kamu sore hari sudah tidak kembali perusahaan?”

“Tidak kembali.” Jonathan menutup mata menjawab berkata: “bantu aku buka baju sebentar.”

Dia berkata sangat alami, aku juga membuka tidak merasa malu, kemudian setelah membantu dia menggantikan baju tidur, aku menundukkan kepala mencium diatas kening dia sebentar, ini baru menyadari suhu dia ada sedikit tinggi.

“Kamu sudah demam?” aku dengan perhatian bertanya.

“Ada sedikit, sengsara.” Jonathan mengerutkan alis berkata.

“Sengsara tidak bisa bilang sejak awal ya?” aku mengeluh, sengsara masih pergi makan ke restoran, didalam rumah membuat sedikit bubur, minum air yang banyak bukan lebih baik.

Aku selain sakit hati juga marah, meskipun adalah lelaki kuat, juga ada saatnya memiliki nyawa, mengapa harus berpura-pura kuat.

“Awalnya adalah tidak akan sakit, baju dibuka oleh kamu langsung sakit.” Jonathan berkata ada sedikit merasa tidak bersalah.

“Jika begitu kamu jangan membiarkan aku buka, melindungi diri sendiri dengan baik sudah bisa, kamu sakit, sudah tidak ada orang yang mencari uang.” Perkataan aku baru selesai, Jonathan dengan tidak berdaya menggeleng-geleng kepala.

“Hati wanita paling kejam!”

Aku turun lantai bawah, berbicara dengan ibu mertua masalah Jonathan sakit, kemudian memanggil dokter keluarga kemari, membuka obat, bilang adalah demam, tidak ada masalah besar, jangan mendekat anak, takut menular ke anak.

Kemudian menyuruh aku kasih Jonathan minum air lebih banyak, dengan begini demam baru bisa cepat berkurang.

Malam hari tiba, aku takut Bernice tidur dengan aku bisa ketular Jonathan, hanya bisa menyuruh bibi Chang membantu membawa.

Jonathan sejak sore hari selesai makan obat kemudian, terus tidur pulas, sampai malam hari mengeluarkan banyak keringat kemudian, dia juga pelan-pelan ada semangat.

Aku membantu dia melap butiran keringat diatas kening dia, tangan dia pelan-pelan menangkap tangan aku, berkata: “kamu terus duduk begini, membantu aku melap keringat?”

Aku melihat dia, “jika tidak, istri adalah pada saat sakit digunakan untuk merepotkan.”

Jonathan mendengar penjelasan aku, mengangkat ujung mulut muncul senyuman, tidak bertenaga berkata: “mulut kamu ini tidak pergi pertunjukkan sejenis dagelan, benar-benar terlalu sayang.”

“Melanjutkan ketawa. Sekarang ada tenaga ketawain, kelihatan adalah sudah sembuh.” Aku ingin menarik tangan aku, malah ditarik kencang oleh Jonathan, dia duduk kemari, satu tangan lagi menepuk-nepuk samping kasur, menyuruh aku lebih mendekat sedikit.

Aku dengan curiga melihat dia, bertanya: “mau melakukan apa?”

“Duduk kemari.”

“Duduk kesana boleh, tidak boleh mencium aku, jika aku demam, Bernice sudah tidak ada makanan.” Aku memperingatkan, kemudian dengan patuh duduk kesana.

Baru duduk dengan baik, Jonathan memeluk aku, kepala dengan pelan-pelan mengandal diatas pundak aku, dengan mengeluh keharuan berkata: “ada istri benar-benar bagus.”

Aku merasa sedih sebentar, mengulurkan tangan kecil pelan-pelan menepuk pipi dia, berkata: “bersandar dengan baik, kelak istri kamu mencari uang sendiri, sepenuhnya menghidupi kamu.”

“Sepenuhnya?” Jonathan sangat tertarik oleh kata baru yang aneh ini, melanjutkan bertanya: “sepenuhnya bagaimana menghidupi?”

Duduk menghidupi, berbaring menghidup, ingin bagaimana menghidupi maka bagaimana menghidupi.” Aku selesai bercanda kemudian, Jonathan ketawanya hampir keselek oleh ludah sendiri.

Dia pertama kali mendengar cara menghidupi seperti ini, tentu saja adalah merasa sangat segar.

“Christine Mo, sel humor kamu ini bagaimana datangnya?” Jonathan ketawa sampai mengeluarkan air mata.

Aku dengan serius melihat dia, “bawaan dari lahir, tidak ada guru langsung bisa.”

Selesai berkata, Jonathan dengan kebiasaan mengoles hidung aku sebentar, “kamu ya, aku……”

Dia masih belum selesai berbicara, langsung diputuskan oleh aku, kemudian aku melanjutkan, berkata: “kamu sudah kalah kepada aku?”

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu