Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
Mertua mungkin dengar ada suara, segera berjalan ke bawah dari lantai atas, melihat-lihat ke sekitar, tidak dapat menemukan bayangan Jonathan, bertanya kepadaku: “Jonathan, tidak di perusahaankah? Kamu kenapa tidak menyuruh dia pulang bersama kamu?”
Aku berdiri dari sofa, matanya memerah melihati mertua, dengan suara ringan berkata: “Dia bilang perlu ketenangan, lewat beberapa hari sudah pulang.”
Aku telah berbohong, melihati rambut mertua yang biasanya disisir dengan rapi sekarang berantakan sampai kemana-mana, kerutan yang dalam di sudut matanya itu dan juga sepasang mata yang sangat menantikan itu, aku tak tidak tega memberitahunya Jonathan sudah tidak tau pergi kemana.
“Benarkah?” Mertua agak tidak percaya dan memastikan sekali lagi.
“Benaran, aku bagaimana berani membohongimu?” Aku berpura-pura tenang, dengan serius menjawab, siapa yang bisa tau dalam hati aku telah menerima berapa besar tekanan.
“Hp Jonathan sudah dimatikan, aku menelepon ke teleponnya, kenapa tidak angkat?” Mertua bukan orang bodoh, tidak mungkin bisa dibohongi oleh dua tiga perkataan aku.
Aku kelihatannya sudah tidak dapat menutupinya, Bibi Chang membawa anak pulang dengan tepat waktu telah menolong aku dari keadaan sulit.
Bella telah melari kemari, dengan gembira datang ke samping kaki mertua, menarik-narik tangannya, berkata: “Nenek, hari ini guru membiarkan kami menggambar foto keluarga, aku menggambarkan kamu, ayah, ibu dan juga adik perempuan ke dalam, kamu lihat.”
Perkataan menurun, Bella memberikan satu lukisan kasih mertua lihat.
Hanya melihat dengan ekspresi bermartabat menerimanya kemudian, dalam pandangannya telah berkaca-kaca, keningnya mengerut dengan erat, telah diam-diam menangis, mulutnya berkata: “Satu keluarga yang baik-baik, kenapa bisa terjadi masalah seperti ini?”
“Nenek, kamu kenapa?” Bella terkejut dengan tangisan mertua, dalam mata yang besar juga mengeluarkan air mata.
Mertua memeluk Bella, menggelengkan kepala, “Nenek yang sial, seumur hidup ini telah melakukan satu kesalahan yang tidak boleh dimaafkan.”
“Guru pernah bilangm yang penting sudah mengaku salah adalah anak yang baik.” Bella dengan polos berkata. Di dalam dunia anak kecil, tidak ada kesalahan apa yang parah sampai tidak boleh dimaafkan, hanya dengan berani mengaku kesalahan, sudah bisa mendapat pengampunannya.
Namun kenyataan benar-benar ada banyak kesalahan yang tidak bisa diampuni.
Aku dengan tenang melihati mertua dan juga Bella, hatinya terasa sangat amat masam.
Jonathan hanya pergi satu hari tidak sampai saja, Keluarga Yi sudah seperti terpisah tidak bersatu lagi, tulang punggungnya sudah tidak ada, apa masih bisa mengharapkan satu keluarga tidak terjatuh?
Aku begitu balik kamar,sudah menangis tersedu-sedu kehilangan suara, aku sudah memikirkan semua tempat yang Jonathan bisa pergi, kemudian satu tempat satu tempat sudah pergi cari, semuanya tidak ditemukan.
Setiap sudut Kota F, aku sudah mencari semuanya, dia sudah seperti menghilang di udara.
Terkadang aku berpikir, apa ini adalah hukuman Tuhan terhadao aku, sebenarnya orang yang seharusnya menghilang itu aku, aku yang terlalu berkhayal untuk mendapat banyak, makanya bisa kehilangan lebih banyak.
Ketika Refaldy Ying menelepon mencari aku, aku mematikan teleponnya, kalau bukan dia yang memberitahu yang sebenarnya kepada Jonathan, kalau bukan dia bertindak dengan semaunya sendiri, Jonathan tidak akan tau yang sebenarnya, aku mengalihkan bagian kesalahan ke badan Refaldy Ying.
Aku menyesal hari itu pulang Kota F telah mendonorkan darah untuk menolong Bibi Cheng, kalau aku tidak mendonorkan darah, dia kemungkinan sudah langsung meninggal, juga tidak ada kesempatan bisa datang ke rumah Keluarga Yi, apapun juga tidak akan terjadi.
Aku menyadari ternyata aku bisa begitu kejam sampai di tiitk ini. Tak tersangka sekarang menyimpulkan kesalahan ke badan orang yang sudah terkubur di dalam tanah.
Refaldy Ying mengirim sms kemari, bilang Jonathan menelepon kepadanya.
Aku begitu lihat, segera menemukan telepon Refaldy Ying kemudian menelepon kembali kepadanya.
Refaldy Yingbilang, bertemu baru bilang lagi.
Aku menyetujuinya.
Kami bertemu di samping air mancur pusat Mall yang di Kota F, dia saat melihat aku, sangat kaget, aku tau dia kenapa bisa berekspresi begitu, karena aku sekarang sembarangan dan tidak memerhatikan penampilan.
Setiap malam begitu terpikir Jonathan langsung nangis, mata tidak bengkak itu aneh.
“Jonathan kapan menelepon ke kamu?” Aku dengan tidak sabar bertanya.
Refaldy Ying melihati aku dengan menyakitkan, “Kenapa harus begitu menyiksa diri sendiri?”
“Bukan urusan kamu, aku hanya ingin tau Jonathan kapan menelepon ke kamu, dia bilang apa, ada bilang kapan akan kembali?” Aku tidak mempedulikan semuanya, sama seperti orang gila bercerewet.
“Christine Mo, kalau aku bilang Jonathan Yi tidak menelepon kepadaku, apa pemikiran kamu ingin membunuh aku pun ada?” Satu kata Refaldy Ying yang begitu tiba-tiba membuat aku kaget.
Dia sedang bilang apa? Dia membohongiku?
Aku dengan tak tersangka melotot Refaldy Ying, amarahnya dari bawah naik ke atas, langsung sampai di pelipis, maju, aku melambaikan tangan dengan tenaga keras menamparnya sekali, memarahinya: “Kalau bukan kamu dengan Tante Cheng, Keluarga Yi juga tidak akan terjadi begitu banyak hal, kamu tau tidak setiap orang hanya memikirkan untuk biasa-biasa saja melewati kehidupan dengan baik, kenapa kamu mau muncul, kemudian menghancurkan semuanya?”
Aku menyalahkannya, selesai berbicara, aku mengangkat kepala “Ah” sekali, mengunakan seluruh tenaga dengan sekejap mengeluarkan kesedihan yang tertekan dalam beberapa hari.
Aku tadi telah berkata apa? Aku pikir aku benaran sudah gila, seorang ibu sebelum meninggal ingin menemui anak kandung sendiri, permintaan yang begitu sederhana tidaklah kelewatan, aku malah menyimpulkan semua kesalahan ke badannya.
Perempuan egois macam aku ini, sama sekali tidak cocok dengan pria seperti Jonathan begitu. Benar perkataan mertua, aku adalah seorang perempuan yang jahat, perempuan jahat yang dari atas sampai kebawah.
Refaldy Ying maju, dengan pelan menepuk punggung belakang aku, dengan suara ringan menghiburnya: “Sudahlah jangan nangis, aku mengerti dorongon emosi aku telah menghancurkan semuanya, aku berjanji padamu, menemani kamu bersama mencari Jonathan Yi.”
“Tidak perlu kamu temanin.” Aku dengan darah dingin menyipit dia sekali, dengan dingin mendorong pergi tangannya, “Lelaki aku Christine Mo, aku mencari sendiri, tidak perlu orang lain membantu.”
Aku paling benci orang lain mengunakan perkataan bohong menipu aku keluar, aku melihatinya dengan pandangan merendahkan, “Walaupun langit jatuh, aku juga bisa menahannya, karena aku adalah wanitanya Jonathan, aku tidak boleh membiarkan orang lain memandang rendah diriku.”
“Aku tidak memandang kamu rendah.” Refaldy Ying mencoba untuk menjelaskannya.
“Tidak perlu jelaskan, Refaldy Ying, aku tidak ingin kamu ada pemikiran yang lain terhadap aku, aku adalah seorang perempuan yang kerasa kepala, seumur hidup sudah memastikan siapa, itulah dia.” Perkataan menurun, aku membalikkan badan langsung pergi dengan hati yang serupa sudah mati berabu.
Aku tidak lanjut mencari Jonathan, aku percaya dia pergi pasti ada alasan, alasan ini dia tidak memberitahukan kepadaku, pasti ada maksud baginya, hal yang harus aku lakukan itu adalah mengerjakan dengan baik pekerjaan yang diberikan wewenang kepadaku untuk mewakili Presiden Direktur.
Aku setiap hari pergi PT. Weiss, memahami bisnisnya dulu, baru memahami sistem perusahaan di seluruh bagian, semuanya satu persatu bagian dengan berurutan berpartisipasi sendiri langsung.
Setiap pagi bangun awal, setiap malam tidur larut malam, aku dengan sangat cermat dan teliti menyelesaikan setiap pekerjaan bagian aku. Sangat lelah, hati lelah badan juga lelah, kelelahan sampai mencurigai kehidupan aku.
Masalah sebagian besar sebelum Jonathan pergi, semua sudah lumayan banyak diselesaikan, dia adalah pria yang berprinsip, dia tidak akan dengan asal langsung melemparkan beban begitu besar kepadaku.
Selain pekerjaan, setiap hari begitu pulang rumah, mertua akan menanyakan aku, Jonathan sudah ketemu belum.
Aku tidak tau harus bagaimana menjawabnya. Jadi aku setiap hari akan ditegur sangat lama, pada awalnya merasa sangat sedih karena disalahkan, belakangnya telinga sudah mendengar sampai berkapalan, begitulah membiarkan dia memarahi aku.
Aku satu-satunya merasa terharu adalah setiap malam sebelum tidur, dapat melihat senyuman manis Bella dengan Bernice itu, dan juga berbagai macam gaya tidur aneh yang tertidur lenyap.
Mereka sekarang adalah satu-satunya kekuatan pendorong aku.
Aku berdiri di balkon, angin sejuk bertiup kemari, aku memandang ke langit, melihat bintang yang berkelap-kedip, memikirkan Jonathan lagi, dia telah pergi kemana, kenapa satu telepon pun tidak menelepon ke aku?
Apa jangan-jangan sudah menetapkan rumah di luar?
Kalau begitu, apa aku masih harus berdiri di tempat semula dengan bodoh menunggu dia?
Tiba-tiba hp aku berbunyi, aku telah terkejut sebentar, menolehkan kepala dengan curiga melihati hp yang sedang bergetar di atas ranjang dalam kamar, siapa begitu malam menelepon kepadaku?
Apa jangan-jangan Refaldy Ying itu lagi? Malas meladeninya, hp berbunyi dua puluh detik lebih kemudian langsung tenang, aku pada mulanya mengira dia tidak akan menelepon lagi, tak tersangka suara bunyi hp terus berbunyi serta bergetar.
Aku diributin sampai tak tertahan, membalikkan badan kembali ke kamar, ketika mengambil hp baru mau matikan, melihat nama Jonathan berkedip di layar hp aku.
Aku kelabakan sebentar, segera menekan tombol penerima, dengan buru-buru bertanyaa: “Jonathan bukan?”
Pihak lawan diam.
Aku tersedu-sedan, bertanya sekali lagi: “Apa itu kamu? Kenapa tidak berbicara? Kamu tau tidak beberapa hari ini aku sudah mau gila, kamu bilang mau menenangkan diri, aku mendukung kamu untuk bertenang, tapi kamu telah bertenang sampai kemana, mencari satu tempat yang tenang, juga jangan cari sampai begitu tersembunyi, aku sudah hampir tidak membalikkan Kota F mengayunnya dua kali doang.”
“Aku sangat baik.” Suara Jonathan yang rendah berbunyi.
Aku mendengar suara nada rendah dan suara hangat dia yang lama tidak dengar itu, air mata seperti mutiara yang talinya putus mengalir keras, aku menutup mulut, tidak membiarkan suara tangisan dirinya mempengaruhi perasaannya, berkata: “Aku tidak baik.”
“Aku sedang menyelidiki beberapa hal, sangat cepat sudah akan pulang.”
“Menyelidiki sesuatu juga tidak perlu mematikan hp, berpura-pura misterius apa?” Aku mengeluh, “Apa kamu membenci aku menutupi identitas kelahiran sebenarnya kamu, Jonathan, kalau kamu membenci aku, pulang memukul aku habis-habisan, memukuli aku sampai mati-matian, memukul menjadi kepala babi juga tidak apa-apa, aku dapat menerimanya.”
“Aku tidak tega memukulimu.” Jonathan hanya enam kata yang gampang, sudah membuat aku semakin terasa tidak enak.
“Baiklah, kamu besok pulang, yang penting kamu pulang, aku menyetujui kembali menikah, kalau kamu merasa rugi, aku melamar kamu sekali lagi, lagi pula muka aku tebal, tidak peduli tebal sekali lagi.” Aku memohonnya.
“Christine Mo, muka kamu benar-benar bukan biasanya tebal.” Jonathan hp sebelah situ bercanda membuat aku nangis dan juga ketawa.
“Aku juga hanya begitu terhadap kamu, orang lain ingin melihat muka tebal aku juga tidak dapat melihatnya.” Aku berhenti menangis, berkata lagi: “Jonathan, memohon kamu satu hal.”
“Hal apa?” Dia bertanya.
“Jangan mematikan hp, membiarkan aku kapanpun dapat mendengar suaramu, kamu boleh menenangkan diri lagi tidak apa-apa, tapai jangan bersembunyi membuat aku tidak dapat menemukan kamu.” Aku memohonnya.
“Kangen aku?” Jonathan tidak langsung menjawab pertanyaan aku, malah dengan sikap samar-samar bertanya.
“Kangen, kangen sampai mati-matian, apa kamu tau aku malam ini telah memakai satu baju tidur yang sangat seksi, tertutup tidak tertutup, sayangnya kamu tidak di rumah, kalau tidak kamu melihatnya pasti akan mimisan.” Aku dengan lebai berkata, aku tidak memakai baju tidur yang seksi, cuacanya sangat dingin, aku membungkus dirinya seperti seekor panda saja.
“Membohongiku lagi.” Jonathan tidak percaya.
“Tidak membohongimu.” Aku berpura-pura dengan serius berkata.
“Kamu sekarang pasti memakai baju tidur yang tebal itu membungkus diri menjadi sebuah bola, luarnya menyampirkan satu baju tidur besar aku.” Jonathan ternyata dapat menebak keluar dengan begitu tepat aku sekarang memakai apa.
Benar, aku luar benar-benar menyampirkan baju tidurnya, karena di atasnya ada bau dia yang tak asing.
Tiba-tiba aku terkejut, segera keluar kamar, berdiri di balkon, melihat kemana-man, bertanya: “Kamu dimana?”
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaMy Goddes
Riski saputroLelaki Greget
Rudy GoldCinta Seorang CEO Arogan
MedellineDiamond Lover
LenaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)