Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 194 Ada Yang Suka Padamu

Aku tertidur, bahkan dalam jarak yang pendek pun, aku bisa tertidur.

Mungkin karena ada seseorang yang menyetir, jadi aku merasa tenang, tubuh dan pikiran ku lelah, jadi tertidur lelap, menunggu aku sampai tersadarm aku berpikir bahwa aku sudah tiba di Rumah Yi, tetapi tidak menyangka bahwa Refaldy Ying tidak mengantar aku pulang.

Refaldy Ying menutupi badan ku dengan jasnya, tetapi dia sendiri tidak terlihat.

Aku menekan-nekan mataku yang sedikit lelah, aku melepaskan jas Refaldy Ying, setelah menaruhnya, aku membuka pintu mobil, ketika angin bertiup, saraf-saraf di otakku mulai bergerak, dan terasa sedikit sakit.

Aku melihat sekeliling, terasa agak gelap, bagaimana Refaldy Ying bisa memberhentikan mobil di sini dan menggambil gambar di sini, dia sendiri pergi ke mana? Tepat ketika aku sedang mencarinya, seorang gadis berkacamata datang ke arahku dan bertanya, "Apakah kamu adalah teman Tuan Ying?"

Aku menatap curiga kepada gadis yang ada di depanku, mengangguk, dan bertanya, "Bagaimana dengan Refaldy Ying?"

" Tuan Ying sedang membuat film baru di studio untuk sampul majalah, dia takut saat kamu tersadar, tidak bisa menemukan siapa pun, jadi menyuruh aku untuk menunggu di sini." Setelah mengucapkan itu, gadis itu melihat aku dengan sayang.

Aku mengulurkan tangan, mengenggam tangan kecilnya, ternyata tangannya tingin, hari yang dingin, di luar seorang gadis menunggu aku terbangun, Refaldy Ying juga bisa melakukannya.

“Ajak aku untuk menemuinya,” aku tersenyum simpul pada gadis itu.

Gadis itu mengangguk, perlahan-lahan mulai berjalan, aku menggandeng tangannya, berusaha memberikan suhu yang ada di tanganku sebanyak mungkin.

“Siapa nama kamu?” Tanyaku penasaran, sekarang gadis berdedikasi seperti dia sangat sedikit, semua berpakaian seksi, bermain di klub malam, atau melakukan bisnis yang ilegal.

“Yuna Mai.” Setelah gadis itu menjawab, aku sangat ingin penasaran dengan marga nya.

"Nama marga ku Mai, marga ini sangat langka."

Gadis itu mengangguk, "Yah, suku aku minoritas."

“Mengapa kamu datang ke Kota F, kamu kemari untuk bekerja atau?” Aku bertanya, tiba-tiba aku merasa kenapa kau punya banyak pertanyaan, terhadap gadis asing, sepertinya ada perasaan yang tidak dapat dijelaskan.

Yuna Mai menolehkan kepala menatapku, tersenyum dengan tulus, "Aku sedang magang, aku msih belum lulus, aku asisten fotografer."

"Oh," Aku menjawab, jarak studio tidak jauh, hanya berbelok dan sudah tiba.

Sesampainya di sana, aku langsung melihat Refaldy Ying sedang syuting dengan seorang model, kedua orang itu berpose dengan sangat mesra, berpose dengan gerakan seperti model profesional.

Refaldy Ying mencuri-curi mata memandangku, sudut mulutnya terangkat, alisnya terangkat membentuk senyum.

Pada saat ini, secara khusus, Yuna Mai memberikan aku sebuah kursi, menyuruh aku untuk duduk, setelah itu, dengan kagum dia menatap Refaldy Ying, lalu tidak bisa menahan dirinya untuk berkata, "Kak Refaldy Ying sangat tampan."

Aku melirik sebentar ke arah Yuna Mai, dalam hati, aku merasa terhibur, benar-benar gadis yang naif.

"Baiklah, mari kita pemotretan sampai sini.” Sekalinya fotografer berteriak selesai, Refaldy Ying segera mengenakan pakaiannya lalu datang menghampiri, mendekati aku, berjongkok, sehingga tampak sejajar dengan, dan berkata, "Apa sudah lebih baik?"

"Sudah jauh lebih baik." Aku menjawab dengan acuh tak acuh, bertanya, "Mengapa kamu tidak mengantar aku kembali ke rumah Yi?"

"Saat kamu menelepon aku, aku sedang di tengah-tengah pemotretan, lalu khusus datang untuk kamu, awalnya ingin mengantar kamu pulang, tetapi kamu tertidur, jadi aku langsung membawa kamu ke sini.” Jelas Refaldy Ying.

Apa yang bisa katakan untuk melawan Refaldy Ying, dia melakukan pemotretan dan sudah setengah jalan tetapi karena aku harus menangani soal tabrakan tadi, aku tidak bisa mencemooh dia karena tidak mengantar aku kembali.

Pada saat ini, Yuna Mai membawakan kopi panas, dan masih memberikan kursi, dan berkata dengan takut-takut, "Kak Refaldy Ying, silahkan duduk, minum secangkir kopi untuk menghangatkan tubuh."

Refaldy Ying menerima kopi panas yang diberinya, lalu meniupnya pelan-pelan, bisa diperkirakan bahwa terlalu panas jadi tidak bisa minum, tetapi dia tidak menyangka harus meniup untuk waktu yang lama, bahkan memberikannya padaku.

Aku memandang Refaldy Ying dengan takjub, menggelengkan kepala, "Aku tidak minum kopi, terima kasih!"

"Tidak panas, baru saja sudah hangat," kata Refaldy Ying dengan lembut.

Aku memandangnya dengan canggung, "Aku tahu ini sudah tidak panas, itu karena kamu baru saja meniup-niup dan sudah ada banyak air liur yang masuk."

Ketika mengatakan ini, Refaldy Ying meringis, “Christine Mo, kamu bisa tidak, lain kali membuat alasan yang lebih baik lagi, kamu baru saja berterus terang seperti itu, apakah kamu tahu aku tidak menahan tawa."

“Kalau begitu aku akan menukar alasan yang bagus.” Aku menatap ke samping ke arah Yuna Mai yang sedang mengerutkan kening, memberi isyarat kepada Refaldy Ying untuk melihatnya, dan berkata, “Yuna Mai yang menyiapkan kopi ini khusus untukmu, jika kamu tidak meminumnya dan memberikannya kepadaku, bukankah sedikit keterlaluan?”

Aku mengatakan hal ini, tiba-tiba Refaldy Ying merasa sedikit malu, dia melihat Yuna Mai, dia melihat Yuna Mai, dan setelah mengatakan "Terima kasih", Yuna Mai pergi dengan gembira.

Aku mengodanya : “Gadis itu tertarik padamu.”

Refaldy Ying terkejut, segera menjawab: "Jangan omong kosong, dia adalah asisten fotografer."

“Benar juga, mengapa kamu bisa syuting iklan, waktu itu bukannya menjadi pemandu wisata?” Tanyaku penasaran.

“Apakah ada aturan negara yang mengatakan bahwa pemandu wisata tidak diizinkan syuting?” Refaldy Ying balik bertanya, untuk sementara aku tertengu. Sepertinya tidak ada aturan seperti itu, aku mengamati Refaldy Ying dari atas ke bawah, kondisinya sendiri sangat baik, postur tubuhnya juga sangat bagus, wajahnya tampan, dan ketika dia tersenyum, ada lesung pipi.

Sejak Bibi Cheng pergi, dia mengembara sendirian di Kota F, tampak anggun, bahkan dia merasa lebih kesepian, dia seperti perahu yang terus belayar mengikuti arus, tetapi tidak tahu kapan bisa menemukan pantai dan berhenti.

“Sekarang kamu bisa mengatakan, mengapa hari ini kamu tidak semangat, kenapa bisa tiba-tiba mengerem, lalu kenapa menelepon aku?” Refaldy Ying memiliki banyak pertanyaan.

Mengapa aku mencarinya, Ini bukan karena tidak dapat mencari orang lagi, lingkaran teman-teman ku terlalu terbatas, ketika identitas ku masih belum terungkap, aku dapat meminta bantuan kepada kolega lainnya, tetapi sekarang saya masih kesepian.

Apanya yang lingkaran pertemanan, apanya yang rekan kerja, begitu mereka tahu kebenaran, mereka langsung menjauhi aku.

Aku menundukkan kepalaku, mengerutkan kening, lalu tersenyum sedih, berkata, "Ada kalanya aku merasa konyol, membuat hidupku berantakan."

“Mengapa kamu bisa berkata begini?” Refady Ying terus bertanya.

Aku melihat Refaldy Ying yang duduk di sebelah ku, bertanya, "Apabila ada seorang pria yang mencintaiku sampai menjadi gila, dia menyakiti orang-orang di sekitar ku, hanya demi mendapatkan aku, coba katakan, haruskah aku menerimanya? Jadi dia baru bisa berhenti ... "

Sebelum aku selesai mengucapkan kata-kata itu, Refaldy Ying segera memotong perkataan ku.

"Jangan pernah terima cintanya."

“Kenapa?” Aku melihat heran ke arah Refaldy Ying.

"Jika laki-laki tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau barulah berharga. Apabila laki-laki itu benar-benar seperti yang kamu katakan, menyakiti orang-orang di sekitar kamu, dia hanya ingin mendapatkan kamu, bukan menghargai kamu. Sekalinya harga diri laki-laki itu terpenuhi, selanjutnya dia menginjak-injak kamu untuk menebus semua rasa sakit hati yang dia miliki sebelumnya. " Refaldy Ying menganalisis semuanya dengan tegas.

Dia membuat analisis yang sangat masuk akal, seperti akan membeli pakaian, kerika melihat display pakaian yang modelnya memakai pakaian yang indah, langsung berpikir bahwa ingin memilikinya, sampai benar-benar mengenakannya, barulah menyadari bahwa ternyata pakaian itu tidak begitu cocok, bahkan jelek.

Aku sedang terhanyut dalam pikiran ku, pada saat ini model wanita yang baru saja syuting iklan dengan Refaldy Ying datang menghampiri, lalu tersenyum tipis kepada Refaldy Ying, dan berkata : "Refaldy Ying, apakah malam ini kamu ada waktu, aku ingin mentraktir kamu makan.”

“Menggoda aku di depan pacar ku, kamu ingin membuat aku mengetahui rasanya dihukum?”Refaldy Ying memandang model perempuan itu sambil tersenyum. Dia mengatakan itu, wajah wanita itu segera kusam, menatapku lekat-lekat, melihat diriku dari atas ke bawah.

“Kalau begitu, aku tidak akan mengganggumu lagi.” Begitu kata-kata itu terlontar, wanita itu pergi dengan penuh minat.

Ketika wanita itu pergi, tangan ku mengepal, lalu memukul pelan lengan Refaldy Ying, berkata: “Ada wanita yang berinisiatif mengejar kamu, untuk apa menolaknya?”

"Tidak ada chemistry." Jawab Refaldy Ying, "Mencari wanita, itu tidak hanya penampilannya, tetapi karakternya yang paling penting."

“Bagaimana kamu tahu bahwa karakter wanita itu tidak baik?” Aku bingung.

"Dia memiliki beberapa ayah adopsi, aku tidak bisa melawannya." Refaldy Ying menjawab sambil tersenyum, dia menatapku dan berkata, "Aku tidak keberatan dengan riwayat pernikahan wanita itu, tapi aku tidak suka jika mempunyai ayah adopsi yang terlalu banyak."

"Refaldy Ying, Yuna Mai itu tidak buruk, aku melihar dia memperlakukan mu..” Aku ingin sangat merekomendasikan Yuna Mai, aku belum selesai bicara, Refaldy Ying segera memotongnya.

"Dia masih pelajar, jangan omong kosong."

“Dia sudah pergi magang, yang menunjukkan bahwa bisa membicarakan pernikahan.” Aku mengingatkannya, Refaldy Ying masih belum menjawab, lalu telepon ku berdering.

Ini adalah telepon dari Jonathan, bisa diperkirakan bahwa ada orang yang berkata padanya tentang masalah aku tidak ada di perusahaan, jadi menelepon untuk menanyakan keadaan.

Refaldy Ying sangat mengenal hal ini dan tetap diam, aku menekan tombol jawab, dan memang Jonathan yang menelepon, menanyakan aku ada di mana.

Aku mengatakan bahwa aku ada di luar, ada masalah, akan segera pulang. Aku menyembunyikan soal tabrakan hari ini, takutnya jika menjelaskannya di telepon, mengatakan satu dua kalimat saja tidak akan jelas.

Aku menutup telepon, Refaldy Ying mengatakan bahwa dia akan mengganti pakaiannya, akan segera mengantar aku pulang.

Aku bangkit berdiri dan menunggu Refaldy Ying sampai ada waktu kosong, melihat Yuna Mai yang sedang berdiri di luar dengan menghirup angin sepoi-sepoi, jadi aku keluar, memandangi tubuhnya dengan tatapan yang tidak bisa yang kurus memandangi tubuh kurusnya tanpa alasan, dan bertanya, "Semua pekerjaan sudah beres, mengapa kamu belum pulang?" "

“Aku sedang menunggu Kak Refaldy Ying, aku mempunyai teman yang ingin tanda tangannya.” Kata Yuna Mai pelan, suaranya sangat lembut, dan pemalu, wajahnya bersih, dan seperti membawa aura saat muda dulu.

“Lalu dia hanya duduk di sana, mengapa kamu tidak meminta tanda tangan?” Aku menatap gadis itu dengan rasa sayang.

Aku melihatnya menggelengkan kepalanya, dengan gugup, dia berkata, "Kak Refaldy Ying sedang berbicara, aku tidak dapat mengganggu. Aku tahu kamu adalah orang penting untuknya, aku tidak bisa seenaknya menggangu pembicaraan orang."

“Bodoh, kamu sangat pemalu, bagaimana Refaldy Ying bisa tahu kalau kamu menyukainya.” Begitu mengatakan ini, Yuna Mai mengangkat kepalanya, wajahnya memerah, menatapku kaget, lalu dengan panik menjelaskan: “Aku tidak, aku tidak suka Kak jangan salah paham, aku ... "

"Aku tidak salah paham, aku juga bukan orang spesial Refaldy Ying, kamu tidak perlu menjelaskannya kepadaku." Aku tersenyum, begitu aku mengatakan itu, seperti ada pancaran rasa senang di matanya.

Bisa diperkirakan ketika mendengar bahwa aku bukan orang spesial Refaldy Ying, tiba-tiba dia merasa lega, dan sedikit bahagia.

Pada saat ini, Refaldy Ying mengganti pakaiannya dan berjalan keluar, menatapku, lalu menatap Yuna Mai dengan pandangan yang sulit ditebak, bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?"

“Yuna ingin kamu tanda tangan.” kataku pelan.

Hanya melihat Yuna Mai dengan kedua tangannya memegang foto Refaldy Ying, lalu dengan rendah hati menyerahkannya.

Refaldy Ying mengambil foto itu dan melihatnya sekilas, mengerutkan kening, menatap Yuna Mai dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, berkata dengan dingin, "Aku bukan bintang besar, juga tidak ada penggemar, untuk apa tanda tangan foto?" Setelah mengatakan itu, dia melemparkan foto itu dengan kejam.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu