Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)

"Ya, aku takut mimisan. Belakangan ini aku terlalu banyak makan makanan panas. Atau begini saja, kamu pakai celana bunga-bunga pemberian ibu, lalu berjalan satu putaran di hadapanku, dengan begitu kuanggap kau menang, dan aku akan melakukan apapun yang kau suruh."

"Termasuk menutup kantor?" tanya Jonathan sambil mengangkat alisnya.

Aku cepat-cepat menggeleng, "Selain yang itu."

"Pintar sekali kau," Jonathan tidak mudah tertipu. Tangan besarnya mengunciku. Ia menunduk dan mencium bibirku, lalu melepaskannya, "Istriku harus menemaniku mandi."

"Apa?" Aku belum sempat mendengar dengan jelas, Jonathan sudah membungkuk dan menggendongku langsung menuju kamar mandi. Aku berteriak kaget, "Aku sudah mandi!"

"Tidak ada aku yang membantumu, mandimu kurang bersih." Setelah berkata demikian, terjadilah keributan di dalam kamar mandi.

Keesokan paginya, aku bangun untuk menyiapkan sarapan Nenek dan Jonathan. Setelah Jonathan pergi, aku menggendong Bernice dan berjemur di taman. Tiba-tiba ponselku berbunyi.

Begitu melihat nomor pada layar, wajahku meredup. Aku bergeser sebelum mengangkatnya.

Setelah Pak Michael mengingatkanku untuk menyerang duluan waktu itu, aku langsung mencari orang untuk menyelidiki Vivian. Sekarang detektif bayaran itu punya informasi dan berkata hendak menyerahkan dokumen kepadaku.

Aku bilang pada Nenek kalau ada urusan di luar dan akan kembali sebelum siang untuk menyiapkan makan siang. Nenek mengizinkan.

Aku menyerahkan Bernice pada Nenek, lalu datang ke kafe seorang diri. Pria paruh baya itu menyerahkan foto beserta data para pria yang berhubungan dengan Vivian padaku.

Aku membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan beberapa foto. Melihat foto Vivian bersama pria lain, suasana hatiku seketika meredup.

Tekanan seperti apa yang bisa memaksa seorang wanita untuk menolak--bahkan paling sedikit--kehormatannya, hingga berkutat di antara pria-pria. Salah satunya bahkan sudah berumur.

Setelah membayar sisa biaya, aku membawa pulang foto-foto itu.

Sesudah menyiapkan makan siang dan menyuapi Bella, aku berdiskusi dengan Nenek, kalau sampai Bibi Chang tidak kembali lagi, maka aku akan mencari orang untuk menggantikannya.

Tapi Nenek tidak setuju. Katanya Bibi Chang sudah berada di rumah Keluarga Yi selama bertahun-tahun. Kalaupun tidak punya kontribusi, dia tetap harus diberi penghargaan. Nenek menyuruhku menelepon Bibi Chang dan memberinya waktu 2 hari, kalau tidak, kami akan mencari orang lain.

Begitu Bibi Chang mendengar akan dipecat, ia segera berkata akan kembali besok.

Tapi sore harinya aku juga punya urusan di kantor. Pesanan besar dari klien datang silih berganti. Aku harus menyelesaikan urusan ini dulu dan mengatur kelancaran pesanan. Begitu baru sebanding kepercayaan para klien padaku.

Aku mendapati bahwa posisi kantorku agak jelek. Begitu pesanan besar seperti ini masuk, aku jadi kesulitan mengatur waktu untuk keluarga. Pantas saja kalau Jonathan tidak suka.

Aku menemui Pak Michael dan mengutarakan keinginanku. Selain ingin mengumpulkan uang, aku juga ingin merawat anakku serta Jonathan.

Kata Pak Michael, aku hanya bisa memilih jalur butik.

Melihat hidung Pak Michael yang terbungkus perban, aku langsung meminta maaf. Kalau bukan karena aku, dia tidak akan ditonjok oleh Jonathan. Aku menduga ia sudah pergi ke klinik kecantikan dengan hidung itu.

"Pak, apa itu butik?" tanyaku tak mengerti.

"Sekarang ini yang kamu jalani adalah pasar, yaitu menerima pesanan dalam skala besar, mencari produsen, lalu memberikannya ke klien. Ini namanya produksi skala besar. Kalau butik, maka pangsa pasarmu akan mengecil." Kata-kata Pak Michael tidak menjelaskan semuanya. Aku belum sepenuhnya mengerti.

"Aku tahu kalau jangkauan pasarnya akan mengecil, tapi mengecil sampai batas mana?" Aku juga pernah berpikir untuk memperkecil pasar, tapi bagaimana caranya, ini adalah pertanyaan yang sangat penting.

"Kamu sendiri menggeluti modelling dulu. Coba ingat-ingat, bagaimana para desainer merek besar itu?" Setelah Pak Michael mengingatkan aku, aku jadi mengerti.

Kamu bisa terus di sini seumur hidup untuk memproduksi pakaian murah dalam skala besar, atau menjadi desainer terkenal yang merancang pakaian bermerek khusus untuk artis, serta membangun brand sendiri.

Hal ini sudah kupikirkan sejak awal, tapi pelaksanaannya berbeda jauh dengan kenyataannya.

Artis yang kukenal terlalu sedikit. Sulit untuk mencari kesuksesan secara instan dengan menyewa artis tenar untuk memakai produkku. Kehidupan sosial sekarang berubah jadi terlalu realistis.

Aku hanya menerima modal bergerak sebesar 10 juta dolar dari Jonathan di awal periode. Setelah setumpuk beban di akhir periode, yang tersisa tidaklah banyak. Sekarang aku hanya bisa menyelesaikan pesanan yang ada untuk membuat kantor terus beroperasi.

Sama sekali tak mungkin untuk mengundang artis mempromosikan produkku. Tidak mampu.

Inilah yang membuatku paling pusing.

Saat kembali ke kantor dari tempat Pak Michael, aku melihat Henry dan Clarissa sedang duduk mengelilingi komputer. Diam-diam aku mendekati mereka. Aku berdiri di belakang sambil menonton video bersama mereka.

Mereka berteriak antusias. Clarissa membalik badan dan tertawa padaku, tanpa menyadari kalau aku adalah bos mereka. Hingga sorakan terakhir, mereka baru melihatku.

Ternyata aku memang terlalu lunak pada pegawai. Ini masih jam kerja, dan mereka malah menonton video secara terang-terangan, sama sekali tidak menganggapku sebagai bos mereka.

Henry segera berdiri sambil menundukkan kepala, "Bos, saya sudah mencocokkan semua tahapan, semuanya dijamin dikirim tepat waktu."

Clarissa juga menjawab, "Tenang, bos, nota yang kuhitung tidak ada salah sedikit pun, pasti tidak akan membuatmu rugi."

Aku menatap mereka dengan wajah kelam, "Ini jam kerja, apa kalian berdua mengejar artis yang sama?"

Wajah Clarissa merah padam akibat kritikanku. Ia berkata pelan, "Kak Haiyang sungguh amat tampan, suaranya juga merdu, aktingnya pun bagus, sangat memesona orang."

"Haiyang?" Aku mengangkat sudut bibirku mencibir, "Apa dia setampan suamiku?"

"Tentu saja," tukas Henry, membuatku seketika murka. Aku mengambil majalah di sampingku lalu memukulkannya ke kepala Henry, "Aku beri kesempatan untuk mengoreksi kata-katamu tadi."

"Direktur Zhong lebih tampan," kata Henry dengan melas.

"Boleh juga," kataku puas sambil mengangkat sudut bibir. Aku ganti melihat Clarissa, "Mana, kirimkan foto Haiyang padaku. Biarkan aku membandingkannya sebentar."

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu