Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar

Aku berpikir lama, aku merasa lebih baik memberitahu Jonathan soal kehamilan ini.

Saat aku mengeluarkan telepon, mencari nomor Jonathan, aku ragu sesaat, akhirnya aku meneleponnya, berdering dua kali, dia menutupnya.

Hatiku berpikir macam-macam dengan sedih, apa dia sedang bersama dengan wanita lain, tidak bisa menerima teleponku, atau mungkin, dia sudah bosan bermain denganku, jadi menggunakan urusan bisnis sebagai alasan, sebenarnya ingin menendangku diam-diam.

Berbagai kemungkinan terlintas di otakku, wanita genit yang nakal disampingnya, dia tersenyum menikmati, tidak mempedulikan aku yang memanggilnya dari samping.

Tiba-tiba, telepon berdering, aku terkejut, jatuh ke atas lantai, aku menundukkan kepala melihat, telepon dari Jonathan, aku segera bangkit, dengan cepat menerima telepon dan berkata "Halo."

"Ada apa?" Jonathan bertanya pelan, suaranya seperti angin musim semi membuat nyaman.

"Tidak apa-apa, cuma ingin bertanya kamu sedang apa?" Aku menjawab, mengatakan isi hatiku, sebenarnya aku lebih ingin bertanya kenapa tadi dia menutup teleponku.

Tiba-tiba aku merasa aku sangat cerewet, aku takut aku tidak bisa mendapatkan hati lelaki, jadi bertindak seperti pencuri, setiap saat mengawasi, takut kekasihnya diincar orang lain.

Jonathan tertawa dari dalam telepon, balik bertanya: "Sedang mengawasi aku ya?"

Aku memegang dada merasakan detak jantungku yang kencang, berusaha tenang, menjawab: "Tidak kok, apa aku sebegitu tidak percaya diri? Tidak bisa menjaga kekasih sendiri."

Selesai menjawab, aku merasa diriku bodoh sekali, pernikahanku gagal sekali, karena tidak bisa menjaga lelaki sendiri, sekarang masih punya muka berkata seperti itu.

"Barusan menemani tamu makan, disini jam makan siang, di rumah seharusnya malam jam tujuh lebih kan!" Jonathan rupanya sangat mengerti aku, langsung menjelaskan kenapa barusan menutup telepon.

Aku menjawab "Ya" pelan, kemudian dia bertanya: "Kamu sudah makan?"

Aku mengelus perut yang sedang berbunyi dan berbohong: "Sudah makan."

"Jangan bohong sama aku!" Jonathan memperingatkan, “Aku sepertinya mendengar perutmu berbunyi, sangat berirama."

"Huff" aku tertawa, melepaskan semua hal yang tidak menyenangkan di malam hari ini, setelah menelepon Jonathan, hatiku menjadi lega sekali.

"Jonathan, aku ada sesuatu yang mau aku katakan padamu." Aku ingin selagi suasana hatinya bagus, mengatakan masalah anak di perutku.

"Hal apa?"

"Apakah kamu menyukai anak kecil?" Selesai berkata, aku merasa dengan aku bertanya seperti itu, dia pasti akan curiga aku hamil, aku segera melanjutkan perkataanku: ”Anak tetangga bermain kemari hari ini, sangat imut sekali.“

”Tetangga?" Jonathan bertanya curiga dari dalam telepon, "Sepertinya rumah di depanmu tidak ada yang menyewa!"

Diingatkan Jonathan seperti ini, aku merasa gagal, sampai berbohong saja langsung ketahuan, sangat canggung sekali.

"Christine, apa ada hal yang kamu sembunyikan dariku?" Jonathan bertanya dengan perhatian.

Aku menggigit bibirku, pikiranku kacau, apa aku memberitahukan padanya atau tidak, bagaimana kalau dia meminta aku menggugurkan anak ini? Sebenarnya perkataanku barusan, seharusnya dia bisa menebak, dia begitu pintar, tidak mungkin tidak bisa menebak, begitu lama kami berhubungan, tidak pernah menggunakan pengaman, dia tidak mungkin tidak tahu ada kemungkinan hamil.

Atau, dia sedang pura-pura bodoh, hanya tidak ingin mendengar berita aku hamil?

"Tidak apa-apa, kalau kamu sedang sibuk, sibuk saja dulu!" Selesai aku berkata, tidak menunggu jawabannya, aku langsung menutup telepon.

Sebenarnya sangat sederhana, hanya satu kalimat, tapi aku tidak berani mengatakan padanya kalau aku hamil, aku takut dia akan meminta aku untuk aborsi anak ini, ini anak pertamaku, saat tahu aku hamil, walau tidak tahu bagaimana menjadi ibu, tapi aku sangat mengharapkannya.

Aku terduduk di ruang tamu, awalnya perutku lapar, tapi setelah menutup telepon, aku lupa dengan rasa lapar itu, sampai ada suara ketukan di pintu, aku berjalan kedepan membuka pintu, mencium sebuah aroma makanan yang harum.

"Halo, apa benar dengan nyonya Christine? Anda memesan nasi iga dan bebek tumis jahe di restoran kami. Silahkan diperiksa dan tanda tangan."

Aku melihat pengirim makanan dengan bertanya-tanya, berkata kepadanya: "Aku tidak memesan makanan."

Pengirim makanan memperlihatkan orderan di teleponnya, alamat penerima benar ditempatku, dan uang sudah dibayarkan.

Siapa yang begitu perhatian, tahu aku lapar disaat sekarang?

Setelah aku menandatangani, aku mengambil, makanan enak yang hangat, aku berjalan kedalam, teleponku berdering, ada pesan masuk, pesan dari Jonathan, isinya: "Jangan kelaparan, kalau masih belum kenyang, tunggu aku kembali, aku buat kamu makan sampai kenyang."

Pesan singkatnya yang hangat namun menggairahkan, membuatku merenung lama.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu