Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 147 Siaran Langsung
Kakak ipar menutup diri seperti ini, aku tahu pasti terjadi sesuatu. Aku mendekat padanya dan langsung melepaskan kacamata hitamnya tanpa mempedulikan pemberontakkannya. Setelah melepas masker, aku baru menyadari ujung mata dan ujung bibirnya biru.
"Siapa yang memukulmu?" aku menatapnya dengan terkejut.
"Bukan urusanmu." kakak ipar merebut kacamata hitam dari tanganku dan memakainya kembali. Seperti menutupi luka itu baru bisa percaya diri bertatapan denganku, "Ada apa mencariku?"
"Aku datang karena ingin meminta maaf padamu." aku berkata dengan serius.
"Meminta maaf?" kakak ipar tertawa dingin dan mendengus tidak berdaya, "Untuk apa meminta maaf. Masalah saja sudah terjadi. Meski aku menyalahkan, anakku juga tidak mungkin kembali lagi."
"Benar juga, aku menggugurkan anak Jonathan dengan egois. Ini adalah hukuman yang Tuhan berikan padaku." aku mengingat kembali hari-hari menyedihkan itu, lalu tersenyum pahit.
Begitu mendengar perkataanku, kakak ipar terkejut dan bertanya, "Maksudmu itu adalah anak CEO Yi?"
Aku menganggukan kepala dan bertanya sambil menyindir, "Bukankah sangat lucu. Aku membunuh anakku sendiri, bahkan tidak memberikan kesempatan bagi anakku melihat dunia. Wanita kejam sepertiku ini sudah ditakdirkan tidak akan mendapat kebahagiaan seumur hidupku."
Mungkin karena aku sangat menyedihkan, atau karena mengasihaniku, sikap kakak ipar yang tadinya dingin berubah hangat, dan malah berbalik untuk menghiburku, "Christine, jangan seperti ini."
Aku tertawa kecil, "Iya, yang sudah berlalu, biarkan berlalu saja. Menyesal juga tidak bisa kembali lagi."
Kakak ipar mengangguk setuju, dia menekan kacamatanya lagi, sedikit tidak tenang.
"Kamu dipukul orang?" aku langsung bertanya. Kakak ipar jelas terkejut. Dia melihatku sebentar, mungkin merasa tidak ada gunanya juga disembunyikan, jadi dia pun melepaskan kacamatanya.
"Iya, dipukul orang. Istri pria itu membawa sekelompok orang datang ke hotel lalu memukulku." setelah kakak ipar berkata dengan jujur, mungkin karena telah menahan perasaan sedih cukup lama, dia seketika menangis di hadapanku.
Aku maju, menepuk-nepuk pelan punggungnya dan berkata, "Jangan menangis lagi. Tenang saja, aku akan membantumu membalaskan dendam."
Kakak ipar mendorongku, menghapus air mata lalu bertanya, "Bagaimana caranya?"
"Bagaimana caranya?" aku tersenyum puas. Tentu saja aku membalaskan kepada siapa yang memulai ini.
Kakak ipar mencengkram tanganku dengan takut lalu mengingatkan, "Christine, kamu jangan melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Aku tidak berharap kamu mengalami bahaya karenaku."
Aku menepuk pelan tangan kakak ipar dan tersenyum, "Tenang saja, aku hanya ingin mengadu domba saja."
Kakak ipar mengerutkan dahi lalu menatapku dengan bingung.
Aku tahu dia sangat bingung. Hal yang aku mau lakukan tentu perlu kerjasama dari kakak ipar, yaitu ponselnya. Aku mengirimkan pesan kepada pria itu dengan ponsel kakak ipar, mengajaknya bertemu di kamar nomor 1804 di hotel lain. Juga berkata ingin memberikan sebuah kejutan bagi pria itu, menyuruhnya datang seorang diri.
Semua pria suka selingkuh, pria itu tidak mau berubah, aku menebak dia pasti akan datang.
Jadi di lobi hotel, setelah aku melihat pria itu masuk ke dalam lift dengan diam-diam, aku tersenyum dingin.
Selanjutnya, orang yang penting akan muncul, yaitu istri dari pria itu.
Karena istri pria itu sebelum memukul kakak ipar, sering menelepon dan mengancam kakak ipar, maka di ponsel kakak ipar ada nomor wanita itu.
Aku langsung menelepon ke nomor wanita itu, lalu memberitahunya, kalau suaminya bersama denganku di kamar nomor 1804.
Wanita itu marah-marah di ujung sambungan. Memarahiku tidak tahu malu. Dan dia mau datang ke sini untuk mengupas kulitku.
Yang aku mau memang adalah kemarahannya itu. Yang aku mau memang keinginannya untuk mengupas kulitku.
Pria itu masuk ke kamar, dan mungkin karena tidak melihat kakak ipar, jadi dia mengirim pesan ke ponsel kakak ipar: Sayang, kenapa kamu belum datang?
Aku membalas, "Kamu mandi dulu, mandi lebih wangi. Lalu tutup lampunya dan mempersiapkan posisi paling bagus. Aku segera datang."
"Hari ini kamu nakal sekali!" pria itu membalas dengan usil.
"Kalau wanita tidak nakal, pria tidak akan suka. Malam ini aku akan mencintaimu baik-baik." aku sengaja memancing pria itu. Aku tahu dia pasti sudah tidak sabar.
Aku tetap menunggu di lobi hotel. Ternyata benar, tidak lama kemudian, aku melihat seorang wanita yang sangat gemuk berjalan masuk. Wajahnya sangat marah. Karena gemuk, wajahnya penuh dengan lemak.
Pantas saja suaminya bisa berubah hati. Gemuk seperti babi, jika dibandingkan dengan kakak ipar yang kurus, tentu sangatlah berbeda jauh.
Wanita itu menekan tombol lift. Aku segera mendekatinya. Ketika dia berjalan masuk ke dalam lift, aku juga ikut masuk. Wanita itu menekan tombol lantai 18, aku juga ikut menekan tombol lantai 18.
Setelah melihat sekilas ke arahnya, aku mendecik tiga kali lalu berkata, "Wanita cantik, kamu datang bukan untuk menangkap pasanganmu 'kan?"
Wanita itu melihatku dengan ujung matanya dan berkata, "Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Aku bisa membaca wajah orang." jawabku, lalu berpura-pura sangat mengerti dan berkata, "Dilihat dari wajahmu, suamimu pasti tidak begitu setia denganmu. Sedangkan kamu sekarang pasti sangat marah. Aku rasa, suamimu seharusnya berada di lantai 18."
Wanita itu mendengus dingin, "Tadi kamu melihat aku menekan tombol lantai 18. Tentu mudah menebaknya."
"Aku tebak suamimu pasti merupakan seorang koki. Kalau tidak mana mungkin membuatmu sampai begitu berisi." aku tersenyum kecil, "Seorang wanita begitu dikhianati oleh pria, maka akan begitu menyedihkan. Kalau suamiku berhubungan dengan wanita lain di dalam hotel, maka aku akan langsung masuk ke dalam kamar, dan memukul mereka sampai mereka berlutut minta ampun."
"Yang kamu katakan benar. Kalau tidak memukul, selamanya tidak akan ingat." setelah wanita itu berkata dengan kesal, pintu lift terbuka.
Aku melihat wanita itu masuk ke kamar nomor 1804. Pintu tidak tertutup. Wanita itu ingin menendang pintu, tapi karena terlalu sulit bergerak, pintu tidak terbuka, dia malah hampir saja terjatuh.
Dia menarik kembali kakinya, berdiri tegak, lalu menggunakan tangan membuka pintu. Tidak berapa lama, aku mendengar teriakan orang di dalam kamar.
Aku tersenyum puas. Kali ini hanya hukuman kecil saja. Lain kali kalau mereka berani melukai orang-orang di sampingku, jangan salahkan aku mempermainkan mereka dengan cara lain.
Setelah aku memberitahu kakak ipar apa yang terjadi semalaman ini. Dia tidak berubah senang, malah wajahnya semakin masam. Katanya menjebak orang seperti ini tidak baik.
Wajahnya masam, sedikit tidak senang. Memangnya diinjak oleh orang lain, direndahkan harga diri oleh orang lain, kita tidak boleh membalas.
"Bukan itu maksudku." kakak ipar menatapku dengan lembut, "Sudahlah, yang jelas bukan kamu yang pukul, bukan aku yang pukul juga. Istrinya sendiri yang pukul. Kalau begitu itu bukan urusan kita juga."
Aku bisa melihat, dari perasaan kakak ipar yang bertabrakan seperti ini, baru merupakan alasan sesungguhnya dia dipukul orang.
Karena tidak menghentikan di saat seharusnya. Pasti akan membuat kekacauan di masa depan.
Aku menyuruh kakak ipar mengganti pekerjaan, menyuruhnya menjenguk Christopher Mo, menyemangati Christopher Mo untuk bersikap lebih baik agar lebih cepat keluar penjara. Kakak ipar mengangguk dan menyetujui.
Karena masalah kakak ipar, aku menetap di Kota F dua hari lagi.
Hari ketiga, aku naik mobil pulang ke Desa A. Meskipun tidak jadi membangun sekolah, aku juga harus memberi sebuah pertanggung jawaban kepada anak-anak. Tentu tidak boleh pergi tanpa kembali bukan!
Aku turun dari mobil, kembali lagi ke tempat yang miskin ini.
Aku berjalan keluar dari halte bus, dari kejauhan melihat seseorang. Orang itu adalah Jonathan.
Kenapa dia bisa datang ke sini? Aku terkejut dan juga senang. Sambil tersenyum, aku menghampirinya dan bertanya, "Kenapa kamu datang?"
"Bukankah kamu menyuruh aku membangun sekolah. Karena kamu sudah buka mulut, mau aku seberapa mementingkan uang, setidaknya juga harus mengeluarkan sedikit uang untuk menutupi mulut orang." setelah Jonathan berkata dengan humoris, aku malah merasa mataku berkaca-kaca.
Aku selalu menyalahkan Jonathan. Tapi dia selalu memberikanku kejutan, tanpa berkata apa-apa.
Meskipun dia hanya mengatakan satu kalimat, mengatakan bersedia menyumbangkan uang, aku pasti tidak akan bermuka masam. Tapi dia memang merupakan pria yang seperti ini. Benar-benar menyebalkan.
Aku maju selangkah, lalu inisiatif memeluk dia. Di saat membelakanginya, air mataku mengalir turun, tapi aku menghapusnya dengan kecepatan tercepat.
Aku mengajak Jonathan pergi ke tempat penginapanku sebelumnya. Baru saja masuk, wanita gemuk yang berada di meja resepsionis menatap lurus Jonathan, lalu menatapku dengan iri karena melihatku membawa pria yang begitu tampan naik ke lantai atas.
Mungkin mengira Jonathan adalah gigolo yang aku cari entah darimana.
Haha, siapa suruh pria ini memiliki wajah yang begitu menarik hati wanita.
Naik ke lantai atas, aku membuka kamarku yang berantakan. Saat Jonathan berjalan masuk, dia bahkan menutupi hidungnya dengan tangannya lalu memandang sekeliling, "Kamu biasanya tinggal di sini di Desa A?"
Aku menganggukan kepala, "Iya, aku tinggal untuk waktu lama di sini, jadi harga sewanya lebih murah."
Pandangan Jonathan jatuh di atas ranjangku. Dia menekan-nekan ranjang dan bertanya, "Apa ranjang ini kuat?"
"Untuk apa kamu bertanya hal ini?" aku menatapnya dengan waspada.
"Tidak boleh bertanya?" Jonathan menatapku sambil menaikkan alis.
"Tidak ..." aku belum memberikan jawabanku, suami istri yang berada di ruangan sebelah melakukan olahraga lagi. Hari ini sepertinya sangat kelewatan, suaranya jauh lebih besar.
Aku menundukkan kepala, tidak berani melihat mata Jonathan. Aduh, suami istri ini kenapa suka sekali melakukan hubungan di pagi hari. Selain itu setiap kali selalu sangat kelewatan, suaranya besar sekali.
Selain suara sepasang suami istri itu, aku tidak mendengar suara ejekan Jonathan. Oleh karena itu aku menengadahkan kepala, melihat Jonathan. Dia menatapku dengan wajah lucu, lalu berkata, "Kamu setiap hari mendengar siaran langsung seperti ini, tidak ingin?"
Aku menggelengkan kepala dengan cepat, "Tidak."
Jonathan tiba-tiba duduk di ranjang yang terbuat dari kayu itu, lalu menepuk-nepuk ranjang sambil berkata, "Sini, duduk di sebelahku."
Aku seperti anak kecil saja, berdiri dalam diam, tidak bergerak untuk waktu yang lama.
Melihat itu, Jonathan berdiri dan mendekatiku.
Aku sedikit takut dan berjalan mundur dua langkah. Hingga mencapai dinding, dia menunduk menatapku, lalu berkata dengan suara serak dan rendah, "Sebelum aku berjanji untuk membangun sekolah, bukankah seharusnya kamu melakukan performa yang baik?"
Aku diam-diam menelan air liur. Kita adalah orang dewasa. Perkataannya itu terlalu jelas. Bagaimana mungkin aku tidak mengerti.
Aku mengumpulkan kekuatan dan menengadahkan kepala, sambil menatap Jonathan, aku berkata, "Peredam suara di sini tidak bagus, kita ..."
"Orang lain saja berani melakukan siaran langsung, kenapa kamu tidak berani?" Jonathan tersenyum mengejek. Senyum tipis di wajah tampannya, juga matanya yang dalam menatapku lurus, menggodaku.
Novel Terkait
Everything i know about love
Shinta CharityThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensMy Cold Wedding
MevitaSee You Next Time
Cherry BlossomTen Years
VivianThe Revival of the King
ShintaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)