Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
Wanita paruh bayah di depanku menatapiku, dia sedang mengamatiku dengan teliti, setelah hening sekian lama baru berkata: "Kamu sangat cantik, juga sangat bijaksana, aku sangat tenang Jonathan memiliki istri sepertimu."
Aku tidak bersuara, topik pembicaraan seperti ini sangat berat dan juga sangat sulit. Tepatnya, perempuan yang sakit parah di depanku ini barulah ibu mertuaku yang sebenarnya, tapi aku malah tidak bisa memanggilnya 'ibu'.
"Bella dan Bernice sangat imut." Bibi Cheng tersenyum hangat, "Kamu pasti sangat terkejut, kan? Kenapa aku bisa datang mencarimu?"
"Kamu ingin membicarakan masalah Jonathan?" aku menebak dengan berani, karena aku hanya mendengar sedikit, namun malah mendengar hal yang paling penting, dipikir-pikir dia dan aku hanya ada topik ini yang bisa dibicarakan.
"Kamu sangat cerdas." Bibi Cheng memujiku, "Aku dan Kak Liao adalah teman sekelas, juga adalah teman baik, kami sangat mengerti satu sama lain."
Bibi Cheng mulai menceritakan masa lalu, aku diam mendengar.
Aku mengerti di cerita yang penuh belokan ini pasti ada banyak kepahitan, hal yang bisa kulakukan sekarang hanyalah mendengar, kemudian menjaga mulutku.
"Tahun itu aku ditiduri dan hamil, ketika tidak tahu harus bagaimana, kak Liao berkata padaku, menyuruhku melahirkan dan memberikan anak ini kepadanya, dia yang akan membesarkannya." Bibi Cheng berkata ringan, di matanya terlihat ketidakberdayaan terhadap masa lalu, dia menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
"Ibu mertua kenapa mau anakmu?" aku tidak mengerti poin ini.
"Saat itu suami kak Liao ada selingkuhan, Kak Liao sudah menikah bertahun-tahun namun tetap tidak hamil, dia sendiri sudah pergi cek, masalahnya di tubuhnya sendiri, saat itu dia juga takut, takut kedudukannya di keluarga Yi akan direbut, takut selingkuhan suaminya lebih dulu hamil, oleh karena itu dia mencariku." mata Bibi Cheng yang dibasahi air mata itu menatapiku.
"Dua orang perempuan yang putus asa bersatu, selalu bisa melakukan hal yang membuat orang terkejut, aku bisa-bisanya setuju melahirkan anak ini dan memberikannya kepada Kak Liao. Oleh karena itu, Kak Liao membuat alasan keluar jalan-jalan, sebenarnya dia keluar untuk membawaku pergi melahirkan, kemudian dia telepon suaminya berkata dia hamil, namun ahli Fengshui berkata bahwa rumah keluarga Yi tidak bagus untuk kandungannya, anak ini hanya bisa dibawa pulang setelah melahirkan."
"Ayah mertua percaya dengan kebohongan seperti ini?" aku sedikit kaget, "benar-benar terlalu aneh."
"Hanya curiga, oleh karena itu saat itu kita foto, dan mengeditnya sedikit, agar terlihat seperti Kak Liao benar-benar hamil, mungkin karena sudah sangat menginginkan keturunan, akhirnya suami Kak Liao percaya." mata Bibi Cheng yang mengenang masa lalu terlihat sedikit sedih, dan lebih banyak ketidakberdayaan.
"Kalau begitu akhirnya kamu melahirkan Jonathan?" Ini adalah hal yang pasti, tapi aku ingin mendapatkan jawaban dari mulutnya.
"Benar, aku ingat dengan jelas, hari perkiraan kehamilanku diundur, oleh karena itu lebih cocok dengan pernyataan hamil Kak Liao, hari keempat setelah melahirkan, orang dari keluarga Yi pun datang membawa Kak Liao dan juga Jonathan, aku dari koridor rumah sakit lainnya menatapi mereka masuk ke mobil, sejak itu, kita kehilangan kontak, kadang Kak Liao bisa mengirimiku beberapa foto Jonathan, berpikir dia dijaga dengan begitu baik, lebih baik daripada hidup denganku, oleh karena itu aku pun menahan segala kesusahan." menceritakan sampai sini, air mata Bibi Cheng mengalir.
Aku segera mengambil tisu dan menyerahkannya ke Bibi Cheng.
Dia mengelap air matanya dengan ringan, "Setelah melewati kehidupan yang tidak seperti manusia untuk beberapa saat, rinduku pada Jonathan, dan juga penyakit setelah melahirkan, aku merasa hidupku bahkan lebih buruk dibandingkan kehidupan seekor anjing, oleh karena itu aku memilih mati."
Aku menatapi Bibi Cheng dengan tatapan kaget, "Kemudian?"
"Diselamatkan oleh ayah Refaldy." ketika membicarakan ayah Refaldy, sudut bibir Bibi Cheng tiba-tiba terangkat, "Dia adalah seorang lelaki yang sangat bodoh, akhirnya aku menikah dengan lelaki bodoh ini."
Aku tahu 'bodoh' disini bukan 'bodoh' sungguhan, namun adalah lelaki yang sangat mencintai Bibi Cheng.
"Aku pikir Refaldy adalah saudara Jonathan." aku berbicara dengan suara kecil.
"Refaldy dan Jonathan sama sekali tidak ada hubungan darah, dia hanyalah anak dari mantan istri suamiku, hanya saja dibesarkan olehku, oleh karena itu sangat dekat denganku."
Aku tentu saja percaya dengan kata-kata Bibi Cheng, kalau tidak, Refaldy juga tidak akan menopangnya dengan begitu cemas.
Sekarang aku akhirnya mengerti garis besarnya, namun ada satu hal yang semakin membingungkan,
Kalau Jonathan adalah anak Bibi Cheng, Refaldy adalah anak keluarga Ying, maka keturunan keluarga Yi hanya Sean seorang, namun sekarang sudah mati?
Kalau begitu bukannya keluarga Yi sudah tidak punya keturunan?
Pantas saja Ibu mertua mati-matian ingin menutupi kenyataan ini, namun rahasia ini malah diketahui olehku.
Aku boleh berkata aku sangat sial, tidak? Hanya demi minum air namun menyebabkan hal sebesar ini?
Aku merasakan kedinginan di punggungku, Jonathan sama sekali tidak tahu asal muasalnya? Tapi dia tidak merasa bersalah dengan kematian Sean?
"Christine?" Bibi Cheng dengan ringan mendorong aku yang sedang berpikir sembarangan.
Aku terdiam sejenak, seketika sadar kembali, menatapi Bibi Cheng dan bertanya: "Ada apa?"
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin bilang, kamu sudah membuat sumpah seperti itu, maka akupun menceritakan semua ini kepadamu, rahasia ini sudah menekanku begitu lama, aku merasa sangat tertekan." Bibi Cheng memang terlihat lebih lega, tapi dia memindahkan tekanan itu ke aku.
Rahasia sebesar langit itu ditekan di tubuhku, aku tidak bisa maju ataupun mundur.
Aku sangat berharap aku tidak mengerti apapun, lebih baik bodoh dan tidak tahu apa-apa, daripada sekarang sudah tahu seluruh kejadian ini. Aku tertawa canggung dan menjawab: "Benar, ada orang yang mendengarkan rahasia besarmu, pasti merasa sangat lega."
Bibi Cheng mendengarku berkata seperti ini, dia menggelengkan kepala, berkata: "Bukan lega, namun semakin berat, karena dengan bertambahnya satu orang yang tahu rahasia Jonathan, akan mempengaruhi masa depannya."
"Apa maksudmu?" aku melihat Bibi Cheng dengan tatapan bingung, "maksudmu, selain aku, masih ada orang yang tahu?"
Otakku tidaklah bodoh, segera tahu orang itu adalah Refaldy Ying, aku pun langsung berkata: "Refaldy, kan?"
Bibi Cheng tersenyum ringan dan mengangguk, "Benar, tapi kamu tenang saja, Refaldy tidak akan membocorkan rahasia ini."
"Kenapa kamu begitu pasti?" aku bingung.
"Dia adalah anak yang kubesarkan, jangan lihat dari penampilannya dia sedikit nakal, anak ini sangat baik hati, beberapa tahun ini, dia yang menjagaku, 3 tahun yang lalu, ayah Refaldy meninggal, aku juga sakit, dia seorang diri menopang seluruh keluarga Ying, tidak mudah." Bibi Cheng terus memuji Refaldy.
Dibandingkan Jonathan, Bibi Cheng sepertinya lebih suka anak tirinya ini. Alasan dia datang kesini adalah ingin menemani Jonathan sebelum dia meninggal.
Kalau Jonathan tahu kenyataan ini, dengan cara dia yang ekstrem dan pasti, pasti tidak akan memaafkan keputusan Bibi Cheng dulu.
Aku terdiam tidak bersuara, hanya sampai Bibi Cheng tiba-tiba batuk beberapa kali, dia mengelus dadanya, kesakitan sampai membungkuk.
Aku maju dan menopangnya, menopangnya duduk di kursi, melihatnya bergetar karena kesakitan, perlu beberapa saat baru berhenti, dia tiba-tiba menggenggam erat tanganku dan berkata: "Sekarang aku kapanpun sudah seperti orang mati, waktu yang diberikan dokter padaku hanya tinggal setengah bulan, tapi aku merasa kemungkinan akan lebih pendek."
Begitu mendengar kata-kata seperti ini, kata-kata yang artinya nyawanya hampir pergi, hatiku sakit, hanya karena dia adalah ibu kandung Jonathan, aku bisa-bisanya merasa kasihan tanpa alasan.
"Bibi Cheng, pergilah ke rumah sakit, suruh dokter menghilangkan rasa sakit ini, kamu tidak akan kesakitan seperti ini lagi." Aku memohon dengan suara kecil, ketika melihat Bibi Cheng yang kesakitan seperti ini, aku teringat ibuku sendiri.
Dulu ketika ibuku meninggal, juga mengalami kesakitan, perlahan-lahan mengecil, dan akhirnya pergi.
Nyawa manusia terlalu rapuh, banyak orang yang pergi membawa penyesalan.
Bibi Cheng menatapiku, tersenyum hangat, dia menahan sakit dan berkata: "Tidak apa-apa, kamu bantu aku kembali ke kamarku, keadaanku sekarang menakutimu."
Tidak hanya menakutiku, lebih membuat hatiku sakit.
Tangan Bibi Cheng tidak ada kehangatan, dingin, karena tidak ada daging di sendi tangannya, terlihat sangat besar, ketika aku menopangnya jalan, sangat jelas terasa dia tidak bertenaga, baru berjalan dua langkah, dia tersandung dan langsung terjatuh di lantai.
Aku kaget dan dengan ringan menggoyang tubuhnya, dengan rasa takut memanggilnya: "Bibi Cheng, kamu jangan menakutiku, cepat bangun."
Pikiranku kosong, tidak tahu harus bagaimana, setelah sekian lama, aku baru berdiri dan langsung berlari keluar, pergi mengetuk pintu kamar Refaldy, mungkin karena suaraku membuka pintu dan mengetuk pintu terlalu besar, sampai membangunkan Jonathan yang tidur di ruang tamu.
Ketika Refaldy membuka pintu, pintu kamar Jonathan juga terbuka.
"Ada apa?" Refaldy melihatku dengan kening berkerut.
"Ibu......Ibumu pingsan di kamarku." Aku menjawab dengan panik, begitu mendengar kata-kataku, wajah Refaldy langsung memburuk, langsung menutup baju yang dia pakai, kemudian mengikutiku masuk ke kamarku.
Jonathan juga ikut, Refaldy tidak berkata apa-apa dan langsung menggendong Bibi Cheng dan menidurkannya di kasurku, kemudian kembali ke kamarnya mengambil sesuatu.
Di saat dia pergi, Jonathan maju dan menarikku, bertanya: "Apa yang terjadi?"
Apa yang terjadi? Aku kalau bisa menjelaskannya, maka ini tidak termasuk masalah lagi.
Aku sudah bersumpah, sebenarnya bagus juga aku sudah bersumpah, mulutku yang tertutup bisa membuat keluarga Yi mempunyai seorang lelaki yang menjadi pilar penopang untuk selamanya, lelaki sehebat ini mengurus keluarga Yi sebaik ini, masih ada masa lalu apa yang tidak bisa dilepaskan?
"Bibi Cheng mencariku untuk ngobrol, tiba-tiba....." aku belum selesai berbohong, Jonathan sudah memotong perkataanku.
"Sekarang jam setengah 4 subuh, kamu yakin hanya ngobrol?" tatapan Jonathan sangat tajam, bisa melihat segalanya, dengan matanya itu, asalkan aku ada rahasia sekecil apapun, dia pasti langsung sadar.
Untungnya kemampuan aktingku termasuk menengah keatas.
Aku melihatnya datar, kemudian tertawa: "Aku suka mengobrol dengan siapa sampai subuh tidak ada hubungannya denganmu, kalau perlu aku lebih dulu lapor kepadamu, lain kali saja!"
"Christine......" Suasana hati Jonathan sangat mudah terpengaruhi olehku.
Aku menjawab dengan suara ringan: "Iya!"
Jakun Jonathan bergerak, bibir tipisnya terbuka sedikit, baru saja mau berbicara, Refaldy berjalan masuk membawa air, mengambil obat dan menyuapnya ke dalam mulut Bibi Cheng, tidak lama kemudian, kelopak mata Bibi Cheng bergerak, terbuka perlahan-lahan.
Dia dengan lemah menatapiku, kemudian memindahkan tatapannya ke Jonathan, tersenyum ringan: "Tubuhku ini....."
Belum selesai bicara, sudah dipotong oleh Jonathan.
"Tidak sehat maka istirahat di kamar sendiri, tengah malam begini ke kamar orang lain untuk apa." seruan Jonathan dengan suara kecil membuat Bibi Cheng seketika menunduk.
Bibi Cheng menjawab dengan kecewa: "Benar, memang aku yang keterlaluan, Nona Mo, kamu tolong jangan salahkan orang tua ini."
Di tatapan Bibi Cheng jelas terlihat air mata karena merasa disalahkan.
Baik-baik saja kalau aku tidak tahu hubungan sebenarnya antara mereka berdua, sekarang jelas-jelas tahu, namun harus melihatnya dimarahi Jonathan seperti ini, aku benar-benar tidak tahan.
Aku menarik tangan Jonathan dan berkata: "Kamu minta maaf kepada Bibi Cheng, cepat!"
"Minta maaf?" Jonathan mengerutkan alis, "Kamu salah makan obat?"
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaLove Is A War Zone
Qing QingBretta’s Diary
DanielleMata Superman
BrickThe Winner Of Your Heart
ShintaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiUnlimited Love
Ester GohLove And War
JaneMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)