Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 68 Bertemu Anakku
"Aku suka bermain juga kenapa?" Setelah mengatakan itu, Sean masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Hatiku terasa berat ketika aku kembali ke kamarku, berbaring di atas kasur, melihat ke arah langit-langit kamar dalam diam, kehidupanku sekarang terasa sangat kacau.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintuku denga keras, aku terkejut dan turun dari kasur dan membukakan pintu, dan mendapati Sean masuk ke dalam kamar, dan menutup pintu di belakangnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Aku bertanya dengan suara tertahan. Melihatnya berjalan mendekatiku perlahan, aku pun tersudut di kasurku, dan terduduk di atas ranjang.
Kedua tangannya diletakan di atas kedua bahuku, dan memijatnya perlahan, menundukkan kepala, dia mengendus di antara leher dan rambut pendekku, kemudian melangkah mundur sambil tertawa dingin, "Kamu bertemu dengan Jonathan ya, tidak, seharusnya aku berkata, bukan hanya bertemu, mungkin sudah naik ranjang."
"Kalau iya kenapa, ini hari pertamamu bertemu denganku?" Aku bangkit berdiri, dan menatap Sean tajam, "Aku wanita seperti apa, apa harus kujabarkan satu persatu kepadamu?"
Sean menghampiriku, kedua tangannya meraih wajahku, dan menciumku dengan ganas, dengan gila dia mulai menghisap bibirku, aku berusaha sekuat tenaga untuk mendorongnya menjauh, tapi kekuatan seorang pria jelas berkali lipat lebih kuat dariku.
Aku menggigit lidahnya kuat-kuat, dan seketika aku merasakan amis darah segar di seluruh rongga mulutku, dia melepaskanku, dan menyeka bibirnya kuat-kuat dengan jarinya, "Wanita jalang."
Setelah berbicara, dia berbalik badan kemudian membuka pintu untuk pergi, dan membanting pintu sampai tertutup.
Aku mengambil selembar tissue, menyeka darah yang masih tersisa di sisi bibirku. Aku menatap dingin ke arah pintu itu.
Saat kami tiba untuk mendaftar ke Midea hari itu, kami dipanggil ke kantor manajer umum, pertama-tama dia mengucapkan selamat kepada kami atas kelulusan kami, kemudian menepati janji untuk datang bekerja di kantor.
Kemudian manager umum menyuruh Amanda dan Stella untuk pergi lebih dahulu, menyisakan aku seorang.
Dia melihat ke arahku dari atas sampai bawah, kemudian tiba-tiba tertawa dan berkata: "Sebenarnya apa yang dilihat oleh Sean itu darimu, dengan bodohnya dia mengeluarkan biaya sekolah lagi selama tiga tahun, dan meminta sebuah posisi dariku."
"Manajer, maksud anda, uang saya selama tiga tahun ini, semuanya dikeluarkan oleh Sean?" Aku bertanya dengan kaget, dan manajer itu hanya menganggukan kepala.
"Benar, dia berkata dia mau mengeluarkan uang untuk memberikan seseorang yang berbakat kepada saya, kenapa tidak?"
Aku menggigit bibir, dan tertawa datar, ternyata Sean melakukan sesuatu yang luar biasa, dan aku tidak tahu, dia sebenarnya melakukan apa, apa yang kupunya, dia mengeluarkan begitu banyak di belakangku, apa yang diinginkannya, membuatku terharu?
Perasaanku sangat kacau ketika aku berjalan keluar dari kantor manajer umum, bersama dengan Amanda dan Stella, untuk melihat hasil pembelajaran kami selama tiga tahun, peruahaan menyuruh kami memikirkan sebuah tema untuk pakaian musim gugur Paris, mendesain sebuah karya dengan ciri khas kami masing-masing, dalam waktu satu bulan.
Waktu bekerja Midea cukup bebas, karena harus mendesain, mungkin harus keluar untuk mencari inspirasi atau ke pabrik kain untuk memilih bahan pakaian, jadi perusahaan tidak membatasi waktu kerja kami, seperti diberi kebebasan.
Amanda memberitahuku, sebelum dia pergi ke luar negeri, dia sudah menyukai Sean, setiap kali Sean datang menemui manajer umum, mereka mengobrol dan tertawa, dia selalu bersembunyi di sudut memperhatikan Sean.
Aku tidak tahu mengapa Amanda memberitahuku tentang ini, kemungkinan yang pasti, dia tidak ingin aku terlalu dekat dengan Sean. Aku sendiri juga ingin memutuskan hubungan apapun dengan pria itu.
Aku mengajak Sean untuk bertemu di sebuah cafe, melihatnya datang dengan wajah berat, aku duduk diam di hadapannya.
"Sean, biaya sekolah selama tiga tahun, aku pasti akan mengembalikannya kepadamu." Kopi di hadapanku sudah ku aduk beberapa lama, sedikit pun tidak ku minum.
"Mengajakku bertemu hanya untuk membicarakan tentang uang?" Sean tertawa menyindir, "Uang yang ku keluarkan untuk wanita, tidak pernah kuinginkan untuk kembali."
"Aku bukan wanita yang seperti itu, aku tidak berhak menggunakan uangmu." Mataku terkunci lekat dengannya selama beberapa detik, tersirat kekecewaan di sorot matanya, karena aku memutuskan hubungan dengannya.
"Terserah kamu." Sean bangkit berdiri, saat dia berbalik untuk pergi, dia menengok sesaat, "Christine, tak bisakah kamu menganggapku sebagai teman biasa?"
"Hari itu kamu menciumku, apakah teman biasa berciuman?" Aku bertanya dengan sengit kepadanya.
"Tidak." Sean menjawab langsung, "Tidak bisa menahannya."
Aku tertawa dingin, kalau aku tidak salah ingat, malam itu dia pasti baru saja keluar dari kamar Amanda, seorang pria dan wanita berduaan melakukan apa di dalam kamar tentu tidak perlu ditebak, lalu dia datang ke kamarku, sebrengsek apa dia, aku sungguh tidak bisa membayangkannya.
Sean pun pergi, melihat bayangan punggungnya yang perlahan hilang dari pandanganku, hatiku pun terasa sedikit muram, apakah aku terlalu kejam terhadapnya.
Aku menghela nafas panjang, dan bangkit berdiri bersiap untuk pergi, melihat di tempat Sean duduk ada sebuah pena recorder berwarna hitam, kenapa aku merasa pena itu mirip sekali dengan pena yang kuberikan kepada nenek dulu.
Mengapa Sean membawa pena recorder ini dengannya, apakah dia merekam pembicaraanku dengannya, atau?
Aku melangkah maju, dan mengambilnya, awalnya aku ingin mendengar apa yang sudah direkam, tapi pandanganku terjatuh pada goresan di sisi pena itu, ini saat aku membelinya, tidak berhati-hati menggoresnya, saat itu aku sangat sedih sepanjang hari.
Kalau ini pena recorder yang kuberikan kepada nenek Jonathan, kenapa bisa ada pada Sean?
Sebenarnya apa yang terjadi?
Di hari nenek jatuh dari lantai atas, aku yakin Sean tidak berada di rumah keluarga Chandra, dan melihat sifat Sean, dia tidak mungkin melukai orang tua hanya karena sebuah pena recorder.
Aku segera mengambil ponselku dan menelepon Sean, setelah berdering dua kali dia menolak teleponku, sepertinya dia marah kepadaku, tapi yang saat ini sangat ingin kuketahui adalah, bagaimana bisa pena recorder ini ada di tangannya?
Aku menyimpan pena recorder itu baik-baik, dan bersiap untuk kembali ke kantor, ketika tiba-tiba Jonathan meneleponku, menyuruhku untuk pergi ke PT. Weiss.
Aku baru ingin bertanya ada apa, tiba-tiba terdengar suara anak kecil dari ujung telepon sana, memanggil Jonathan papa, aku segera menyetujui untuk kesana.
Aku menuju ke PT. Weiss secepat yang aku bisa, naik ke atas, dan tidak kusangka sekretaris yang glamor itu masih mempertahankan jabatannya, melihatku, dia tampak tertarik dengan gaya rambut baruku, dia menaikan alis, dan berusaha untuk menanyaiku, tapi aku menolaknya.
Dengan tidak sabar aku mendorong pintu kantor Jonathan, begitu masuk, aku melihat sesosok wajah kecil yang tak asing di hadapanku.
Saat melihatku, kedua matanya berbinar-binar, kemudian dia berlari ke arah Jonathan sambil berseru: "Papa, ada yang mencarimu."
Bella, anak kecil yang berlari di depan mataku itu adalah anak perempuanku. Kedua mataku terasa lembab, aku menatapnya lekat-lekat, dan mendapatinya bersembunyi di balik Jonathan.
Aku mengangkat kepala dan menatap Jonathan, memperbaiki raut wajahku, dan menelan kembali air mataku, aku melihat ke arahnya dengan penuh haru, dan berkata: "Hari ini bagaimana kamu bisa...."
"Melihatmu kasihan." Jonathan memotong perkataanku. Dia tahu apa yang akan kukatakan, jadi dia menjawabku dengan dingin tanpa perasaan.
Aku tercengang sesaat, dan bibirku tersenyum tolol, kalau melihatku kasihan bisa membuatku bertemu dengan Bella, aku tiap hari tampak kasihan pun tidak masalah.
Aku berlutut, dan tersenyum ke arah Bella, menepuk-nepuk tangan dan berkata dengan lembut: "Halo, Bella!"
"Kamu siapa?" Bella bertanya dengan ragu.
Pertanyaan mudah itu membuatku tertegun seketika, aku melirik ke arah Jonathan, dan menundukan pandanganku dengan sedih.
Kalau aku langsung berkata bahwa aku mama, apakah itu akan mengejutkan Bella, atau di hati Bella, bayangan mama pasti bukanlah semacam aku.
"Bella, dia ini mama." Jonathan berlutut dan menggendong anak itu sambil mengatakan statusku.
Aku menatapnya tercengang, aku tidak mengerti mengapa Jonathan melakukan hal seperti ini, bukankah dia membenciku, mengapa dia harus begitu baik kepadaku?
Dia sepenuhnya bisa berkata kepada Bella, aku hanya seorang bibi, seorang teman saja.
"Mama?" Bella mengedipkan matanya, "Sama dengan mama Cynthia?"
Jonathan menggelengkan kepala, "Tidak sama, bukankah papa berjanji kepada Bella, akan mencari mama, sekarang papa sudah menemukan mama, Bella senang tidak?"
Bella mencium pipi Jonathan dengan senang, bertepuk tangan dan menjawab: "Senang."
Jonathan mengarahkan pandangannya kepadaku, mengerutkan alis dan berkata: "Kamu tidak ingin memeluk anakmu?"
"Memeluk?" Aku terbengong begitu lama, Jonathan menyuruhku memeluk Bella?
"Sepertinya kamu belum siap." Jonathan menyindirku smabil tersenyum.
Aku yang masih merasa seperti di awang-awang seketika kembali ke tanah dan menyahut: "Aku peluk, aku tentu mau memeluknya."
Aku mendekati mereka perlahan, saat Jonathan menyerahkan Bella ke dalam pelukanku, luapan ombak haru dalam hatiku menghantam lapis demi lapis.
Dia begitu lembut, melihatnya dari jarak dekat, wajah mungil yang putih itu tampak seperti boneka porselin cantik, aku tak bisa menahan untuk menciumnya.
Bella tidak menolak, tangan mungilnya menyentuh wajahku dan bertanya: "Mama, mama pergi kemana, kenapa baru kembali?"
Sebuah kalimat yang begitu mudah membuat air mataku jatuh bagaikan hujan, aku menjawab dengan sesenggukan: "Mama pergi ke hutan untuk mencari kelinci putih untuk Bella, kemudian tersesat."
Bella menggelengkan kepala, "Papa bilang, mama ada di seberang lautan, di dalam hutan ada laut?"
Mataku berkaca-kaca menatap Jonathan, bagaimana dia tahu aku ke luar negeri, kenapa berkata seperti itu kepada anak? Hari ini juga kenapa tiba-tiba mengatur waktu untukku bertemu dengan Bella?
Aku memintanya mengirimkan beberapa foto, dia mengulur-ulur waktu, berkata aku tidak berhak bertemu dengan Bella. Sekarang tiba-tiba menyuruhku bertemu dengan Bella, memeluk Bella, hatiku yang rapuh dan lembut itu, saat ini merasakan kebahagiaan luar biasa, seakan sedang hidup dalam mimpi.
"Cynthia masuk rumah sakit, mama pergi merawatnya." Aku sangat paham maksud ucapan Jonathan, mamanya tidak menyukaiku, pasti tidak akan membiarkanku bertemu dengan Bella.
"Aku mengerti." Aku menatap Jonathan dengan penuh syukur.
"Bella, turun dan pulanglah dengan Edy." Jonathan mengeluarkan ponsel dan menelepon, tak lama kemudian, sopir datang mengetuk pintu.
"Edy, antar Bella pulang." Jonathan berkata.
"Baik, Tuan." Edy menyahut.
Jonathan menghampiriku, dan mengambil Bella dari pelukanku, dan saat memberikannya kepada Edy, berkata lembut: "Bella, saat pulang, kalau nenek bertanya kamu kemana, bilang datang ke tempat papa, tidak boleh bilang ketemu mama, mengerti?"
"Kenapa?" Bella bertanya tak mengerti, lalu pandangan polosnya mengarah kepadaku dan bertanya: "Mama tidak mau pulang?"
Novel Terkait
The Revival of the King
ShintaMenaklukkan Suami CEO
Red MapleKing Of Red Sea
Hideo TakashiBeautiful Lady
ElsaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)