Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
"Kamu bahkan sudah mau mati juga tidak ingin memberitahu Jonathan?" sudut mataku sedikit berair, emosiku tidak terkontrol, aku sangat ingin pura-pura tidak ada apa-apa di depan Bibi Cheng, tapi aku benar-benar tidak bisa.
Kata-kataku membuat Bibi Cheng merenung, dia tersenyum sedih, berkata: "Apakah dia akan peduli?"
"Aku tidak tahu." Aku berkata jujur, ketika Jonathan tidak tahu Bibi Cheng adalah ibu kandungnya, ketika dia berpikir perempuan yang lemah dan penyakitan ini hanyalah orang luar, menghadapi kematian orang lain dengan menghadapi kematian orang dekat tentu saja berbeda.
Oleh karena itu, meskipun aku menghiraukan hati nurani, tetap tidak bisa mengatakan kata-kata yang menghibur.
Bibi Cheng sepertinya melihat keadaan sekarang dengan sangat jelas, oleh karena itu dia juga tidak berharap apa-apa, dia pun berkata dengan suara kecil: "Aku tahu kamu ingin menghiburku, kamu adalah anak yang baik, aku mengerti, juga sangat berterimakasih padamu."
Awalnya mataku sudah basah, begitu mendengar perkataan Bibi Cheng, mataku yang gampang menangis pun seketika mengalirkan air mata, aku sangat ingin menggantikan Jonathan memanggilnya 'ibu', tapi panggilan ini tersangkut di tenggorokan dan tidak bisa keluar.
Saat ini pintu terbuka, ibu mertua masuk.
Begitu masuk, dia langsung mengunci pintu.
Karena aku sudah tahu rahasia ini, dia juga tidak ada yang perlu disembunyikan lagi, dia datang, duduk di tepi kasur, berkata dengan suara kecil: "Aku sudah menyiapkan mobil, aku juga sudah menghubungi kepala dokter Zhang, kamu sekarang kesana, dia akan menyiapkan semuanya."
"Terima kasih kak Liao." kedua tangan Bibi Cheng yang kering dan kurus menggenggam tangan ibu mertua dengan erat, matanya basah oleh air mata, sepasang mata yang tua itu penuh dengan kekecewaan, Bibi Cheng memaksakan diri tersenyum.
Perempuan ini sedang menekan perasaannya, dia tidak rela Jonathan namun tidak berani mengutarakannya.
Kasihan dan juga menyedihkan.
Aku berdiri diam di samping, tidak bersuara sama sekali, hatiku dipenuhi dengan gelombang perasaan, sangat tidak nyaman.
Aku tahu aku harus mengunci erat mulutku, kalau aku tidak bisa mengontrol mulutku sendiri, keluarga Yi akan dipukul oleh gelombang besar, kemungkinan akan hancur.
Masalah hubungan darah seperti ini, orang yang bersangkutan bersedia menutupinya, maka lebih baik biarkan masalah ini tenggelam.
Pintu kamar diketuk, aku sadar dari lamunanku, aku pergi membuka pintu, melihat Refaldy melihatku dengan wajah serius, kemudian berjalan masuk, berkata kepada Bibi Cheng: "Ibu, koper kita sudah aku bereskan, mau langsung pergi?"
Bibi Cheng mengangguk, "Langsung pergi."
Tatapan Refaldy menggelap, dia maju menggendong Bibi Cheng yang lemah, ketika dia melewati sisiku, sinar di matanya membuatku merasa canggung.
Aku tidak mengerti, melihat tidak jelas, ketika melihat mereka pergi, hatiku sakit.
Apakah aku seharusnya membuka mulut untuk menyuruh Bibi Cheng jangan pergi, mungkin inilah yang diinginkannya, menggantikan Jonathan menahannya disini, tapi aku malah melihat mereka pergi begitu saja.
Ibu mertua berdiri dari kasur seperti ada yang dipikirkan, dia melihatku, memperingatkan: "Christine, ingat apa yang kamu katakan semalam, ada hal yang begitu dikatakan, maka akan berubah selamanya."
"Aku tahu." aku menjawab dengan lemah, perasaanku sangat kacau.
Ibu mertua sudah pergi, ketika dia menutup pintu, kakiku langsung lemah, pikiranku tidak jelas. Mungkin ini karena aku mengalami terlalu banyak hal semalam dan kurang tidur!
Oleh karena itu, setelah Bibi Cheng pergi dari rumah keluarga Yi, aku tidak berani menjenguknya ke rumah sakit, sampai Refaldy meneleponku.
Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan nomor teleponku, ketika suaranya terdengar di telingaku, sudah tidak ada kesenangan yang biasanya, setelah hening sekian lama, dia berkata: "Ibuku sudah mau pergi."
Begitu mendengar kalimat ini, air mataku seketika mengalir, aku menutup mulutku dengan tangan agar tidak terdengar suara menangis.
"Nona Mo, bisa suruh Direktur Yi datang menjenguknya? Orang kalau sudah mati, maka benar-benar sudah mati, mungkin akan meninggalkan penyesalan seumur hidup." alasan Refaldy menelepon akhirnya sudah dikatakan.
Aku tidak berbicara, aku tidak tahu harus menjawab apa.
Ketika di ambang kematian, setiap orang akan ada orang yang ingin ditemui, aku mengerti, tapi aku harus menggunakan alasan apa membawa Jonathan pergi melihat Bibi Cheng, selain memberitahu kenyataannya?
Tapi apakah Bibi Cheng bersedia melihat akhir seperti ini? Apakah Ibu mertua akan memaafkanku tidak menepati janji? Aku tidak tahu apa akibatnya begitu aku buka mulut, atau aku tidak mempedulikan hal lain dan memberitahu Jonathan kenyataannya?
Perjudian yang tidak jelas seperti ini, aku tidak berani mengambil resiko.
Aku akui, aku egois, penakut.
"Refaldy, Bibi Cheng yang menyuruhmu menghubungiku?" aku bertanya.
"Bukan, kamu seharusnya tahu, dia tidak akan bilang, tapi aku mengerti." Refaldy mengerti, aku juga mengerti, seluruh orang yang tahu rahasia ini mengerti, tapi semua orang tidak bilang, kenapa harus aku yang bilang?
"Maaf, aku pernah berjanji pada Bibi Cheng akan merahasiakan hal ini seumur hidup, aku menghormati pendapatnya." kemudian, aku menutup telepon dari Refaldy, setelah itu, hatiku bergetar, tanganku juga bergetar.
Hanya obrolan telepon yang sederhana, tapi aku merasa ketakutan.
Kalau aku terus menyembunyikan hal ini seperti ini, kalau ada suatu hari Jonathan mengetahui kenyataan ini, apakah dia akan menyalahkanku? Aku dilema, di dalam hati terus bertolak belakang. Tidak lewat 2 menit, ponselku bunyi tanda ada pesan masuk, dari Refaldy.
"Kamu tidak bilang, maka aku yang bilang."
Tujuh kata yang sederhana, membuatku seketika membuka lebar mataku, aku segera menelepon nomor telepon itu, tapi Refaldy menolak panggilanku. Aku langsung turun tanpa memikirkan apapun, mengambil kunci mobil kemudian mengemudi meninggalkan rumah dan menuju PT. Weiss.
Aku bertemu dengan Refaldy di basement.
Setelah dia menutup pintu mobil dengan kuat, ekspresinya buruk, dia melihatku dengan tatapan merendahkan, sudut bibirnya terangkat mengejek: "Kamu sudah tahu aku akan datang mencari Jonathan Yi?"
"Selain datang ke PT. Weiss, aku sudah tidak kepikiran kamu bisa mencarinya kemana." aku berpura-pura tenang melihat Refaldy.
"Hari ini aku harus memberitahu Jonathan, ibu kandungnya sedang berusaha melawan kematian, alasannya tidak bisa pergi adalah demi bertemu dengannya untuk terakhir kalinya." Refaldy berdiri di dekatku dan berseru, nadi di lehernya muncul, ini adalah pertama kalinya aku melihat lelaki yang sangat lembut ini berteriak marah.
Kemudian, Refaldy berbalik badan bermaksud naik lift, aku maju menarik bajunya, memperingatkan dia: "Refaldy, kamu harus berpikir baik-baik, kamu berbuat seperti ini, apakah Bibi Cheng akan berterima kasih padamu?"
"Aku tidak perlu terima kasih dari ibuku, aku hanya ingin dia pergi tanpa penyesalan." ketika Refaldy berpaling memelototiku, air mata mengalir dari sudut matanya.
Setetes air mata itu mengejutkanku, aku melepaskan bajunya, tiba-tiba merasa diri sendiri sangat egois.
"Kamu mau bilang pergi bilang, aku tidak bisa menghentikanmu." Aku melihatnya dengan lemah dan tidak berdaya.
Sudut bibir Refaldy terangkat, "Kamu tahu beberapa tahun ini bagaimana ibuku melewati hidupnya? Tahu apa itu berusaha hidup sekuat tenaga? Kamu tahu ketika jantungnya sakit, ketika dia menggigit bibirnya sampai berdarah dan menelan air matanya, dia bertahan untuk apa?"
Aku tidak bisa mengatakan apapun menghadapi pertanyaan Refaldy.
Biasanya kemampuan berbicaraku lumayan bagus, tapi di depan nyawa orang, kemampuan berbicaraku terlihat sangat lucu.
Saat ini, lift di basement berbunyi 'ting' dan pintu lift terbuka, Jonathan begitu pas berjalan keluar dari lift, diikuti sekretaris dan supirnya.
Jonathan melihatku dan Refaldy dengan tatapan aneh, keningnya sedikit berkerut: "Kalian disini ngapain?"
"Direktur Yi, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu." Refaldy tidak sabar ingin bicara, tapi Jonathan sepertinya tidak ingin mendengar apa yang ingin dikatakannya, tatapannya menatap lurus kepadaku, kemudian selangkah demi selangkah mendekatiku.
"Christine, kamu bicara, kamu ngapain di basement dengan orang ini?" Jonathan sepertinya salah paham dengan hubungan kita, mungkin tadi kita sedang bertengkar, oleh karena itu ketika Jonathan keluar dari lift, melihat ekspresiku aneh.
Diantara lelaki selamanya tidak ada pembicaraan, dia tidak ingin mendengar Refaldy berbicara, karena takut tidak tahan meninjunya, oleh karena itu dia mendorong seluruh pertanyaannya ke aku.
Aku merasa kulit kepalaku mengerat, aku menunduk, memikirkan sumpah malam itu, memikirkan peringatan Ibu mertua, ketika aku mengangkat kepala dengan perlahan, menghadapi tatapan Jonathan, aku tidak tahu harus mengatakan apa.
"Kamu jangan memaksa Nona Mo, biar aku yang bicara." Refaldy melihatku kesusahan, maju ingin membantuku bicara, tapi dia semakin berbuat seperti itu, Jonathan semakin ingin memaksaku.
"Ini adalah masalah kita sepasang suami istri, tidak ada tempat orang luar sepertimu bicara." Jonathan tiba-tiba berseru ke Refaldy dengan suara tajam, selesai berseru, dia kembali menatapku tajam: "Christine, kamu bicara."
Aku menghela nafas tidak berdaya, menggigit bibir sambil melihat Jonathan, kemudian tersenyum tipis, berkata: "Baiklah, aku bicara, aku memang seharusnya memberitahumu."
"Apa?" Jonathan kembali bertanya.
Aku menelan ludah, kata-kata sudah sampai di ujung mulut, hanya tinggal memberanikan diri maka segera bisa keluar, tapi aku berusaha sekuat tenaga, namun kata-kata itu menyangkut di mulut.
Aku sedang memberontak, pikiran-pikiran di otak saling melawan.
"Direktur Yi, ibu kandungmu di rumah sakit sudah hampir mati." Refaldy melihatku bimbang, dia langsung menggantikanku bicara.
Tatapan Jonathan yang dalam dan berat berpindah, dia berpaling melihat Refaldy, bertanya dengan suara dingin: "Apa katamu tadi?"
"Ibuku barulah ibu kandungmu, Sophie Cheng adalah ibu kandungmu yang sebenarnya, dia sekarang di rumah sakit sudah mau mati, mengerti maksudku? Dia sudah mau mati, kalau kamu ingin melihatnya untuk terakhir kali, maka aku sarankan kamu cepat pergi." kata-kata Refaldy berhasil memulai api kemarahan Jonathan, dia maju dan dengan cepat dan kasar meremas kerah Refaldy.
"Katakan sekali lagi!" Jonathan menggertakkan giginya, sepasang mata bak serigala itu memelototii Refaldy.
"Ulangi 100 kali, kalimatku tetap sama, Sophie Cheng adalah ibu kandungmu, kalau tidak percaya, pulang tanya Bibi Liao, atau tanya Nona Mo." Refaldy tertawa, dia bisa-bisanya tertawa seperti itu.
Setelah kerahnya dilepaskan Jonathan, Aku dengan gemetaran menatapi Jonathan memalingkan wajahnya menghadapiku.
"Kamu tahu?" alis Jonathan berkerut, melihatku dengan tatapan bingung.
Aku bisa melihat kemarahan dan kekecewaan di matanya, juga kesakitan, aku tahu Jonathan merencanakan seluruh langkahnya di kehidupan ini dengan sangat jelas.
Dia merencanakan setiap langkah, satu-satunya yang tidak dia rencanakan adalah identitasnya.
Sekarang rahasia sudah dibuka, meskipun bukan keluar dari mulutku, tapi aku juga bertanggung jawab, termasuk melanggar sumpah, aku yang saat ini, diinterogasi oleh Jonathan.
Aku dengan hati sakit mengangguk dengan tidak berdaya, menjawab: "Benar, aku tahu."
"Kata-kata orang ini, kamu setuju?" Jonathan bertanya dengan suara dingin.
Novel Terkait
Cinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoUnlimited Love
Ester GohLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaMy Goddes
Riski saputroBretta’s Diary
DanielleCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)