Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)

“Apakah aku ada bilang aku ingin bagaimana?” aku mengangkat alis melihat Jonathan, “jika aku mau marah, sejak awal sudah meledak, kita adalah suami istri, mau bertengkar, menutup pintu, ingin membunuh pihak lawan semuanya boleh. Dihadapan orang luar, kita masih adalah suami istri yang saling mencintai.

Wajah Jonathan yang ganteng murung, “yang kamu lihat bukan seperti yang kamu pikir.”

Aku mendekat, pelan-pelan memegang wajah ganteng Jonathan, kulit dia tetap begitu bagus, sangat bagus sehingga membuat aku juga iri, “kamu mengapa tahu aku berpikir apa? Jonathan Yi, kamu mengapa begitu ganteng?”

Jonathan digoda aku sampai bengong, dia tidak mengerti suasana hati aku sekarang, apakah marah atau tidak marah?

“Aku ada masalah mau menyuruh bantu.” Aku menarik tangan kembali, wajah murung, suasana hati berubah 360 derajat, melanjutkan dengan tenang melihat Jonathan, “kakak laki-laki sudah dibohongi orang, sekarang ditangkap, kamu menyuruh orang pergi mencari tahu sekarang kondisinya bagaimana.”

“Masalah seperti ini kelak bilang didalam telepon sudah bisa.” Jonathan menjawab sekilas.

Aku sedikit menarik ujung mulut, berkata: “aku adalah suka kemari membuat kamu kejutan, sayang sekali, kejutan berubah menjadi terkejut.”

Aku keberatan, aku selalu keberatan, melihat Vivian begitu dekat diatas badan kamu, aku bisa berlapang dada berkata perkataan aku tidak marah, jika begitu bisa dikatakan aku sakitnya tidak ringan, otak sudah masuk terlalu banyak air.

Tetapi aku juga tahu, Vivian ini adalah sengaja mendekati Jonathan, aku jika barusan marah dihadapan dia, merusak hubungan dengan Jonathan, jika begitu adalah benar-benar masuk kedalam perangkap dia, sudah sangat bodoh.

Membentuk sebuah rumah tangga tidak gampang, apalagi aku masih ada dua anak, perlu seorang ayah, aku juga sama perlu Jonathan, aku memberitahu diri sendiri, harus bersabar, meskipun hanya sisa sedikit kepercayaan, aku juga harus bersabar.

Jonathan dihadapan kamu menelepon kepada pengacara, menyuruh dia buru-buru pergi mengecek kemudian membalas.

Aku berkata satu kata “terima kasih” kemudian, lalu bersiap-siap pulang kerumah.

Jonathan maju kedepan menarik lengan tangan aku, “temanin aku makan siang.”

Aku membalikkan kepala, tersenyum, “kamu lebih baik buru-buru melihat Vivian apakah masih sedang menunggu kamu diluar, aku taruhan dengan kamu, aku taruhan dia masih diluar, kamu taruhan apa?”

Aku dengan erat melihat Jonathan, hanya melihat dia ketawa sebentar, menjawab berkata: “aku juga taruhan dia sedang diluar.”

“Kita sepertinya semakin lama semakin ada pengertian yang sama.” Aku mengangkat alis sebentar, “kamu pergi buka pintu, atau aku pergi buka?”

“Gunting kertas batu sebentar.” Jonathan ternyata benaran main, mau menarik aku main.

Aku tidak mau, mengepalkan tangan dengan erat, tidak mau mengeluarkan, malah tidak kepikiran dia menarik tangan aku keluar, dia sendiri langsung mengeluarkan kertas, langsung membuat situasi aku kalah.

“Kamu pergi buka, menyuruh Vivian pulang hotel dulu.” Jonathan dengan sikap seorang pemenang melihat aku.

Aku dengan diam berdiri ditempat semula, melihat sikap anak kecil dia, berkata: “siapa menang siapa yang pergi bilang.”

“Kamu……”

“Aku kenapa? Aku dengan tenang melihat dia, “wanita adalah tidak boleh menyinggung, terlebihnya adalah wanita pintar seperti aku ini.”

Jonathan menggelengkan kepala, dia kira-kira adalah merasa aku sudah berubah.

Tidak salah, aku adalah sudah berubah, wanita yang sudah melahirkan dua anak apakah akan polos seperti dulu begitu, mengalami begitu banyak hal, aku sudah sangat jelas apa yang diinginkan diri sendiri, apa yang ingin melindungi.

Jonathan tidak ada cara, maju kedepan membuka pintu, ternyata ditebak benar oleh kami suami istri, Vivian sedang menunggu diluar, seperti ingin melihat sebuah perang dunia, tetapi dia sudah kecewa, aku kemari bukan bertengkar.

Meskipun adalah sudah melihat adegan yang sangat melarang lalu memangnya kenapa, aku baru adalah istri sah.

Vivian maju kedepan, dengan lemah lembut melihat Jonathan, berkata: “Jonathan, jangan karena masalah aku sudah membuat nona Mo salah paham, aku takut jika aku pergi, salah paham dia akan lebih dalam.”

Selesai berkata, dia maju kedepan, sedikit mengangkat alis, menjelaskan dengan aku berkata: “nona Mo, barusan aku benar-benar adalah pusing kepala sesaat, tidak berdiri stabil, Jonathan hanya memapah aku sebentar saja.”

Aku dengan tenang melihat dia, jika diganti orang lain, dia memprovokator begini lagi, apakah akan ribut lagi.

Aku sedikit bersenyum sebentar, berkata: “aku sudah bilang, aku tidak salah paham, jika tidak apa mau aku buktikan kasih kamu lihat.”

Vivian bengong sebentar, melihat aku.

Aku maju dua langkah, berjalan sampai samping Jonathan, mengangkat kaki, sepasang tangan memegang wajah Jonathan, dengan inisiatif mencium dia, baru membalikkan kepala melihat Vivian lagi, “Kami suami istri biasanya tidak bertengkar, meskipun sudah bertengkar, juga hanya sebentar, kemudian baikan lagi.”

Sepasang mata Jonathan dengan erat menatap aku, terkejut oleh ciuman aku yang sekarang semakin lama semakin terbiasa dan muka tebal.

Vivian dengan dingin dan kecewa ketawa-ketawa, menjawab: “jika begitu baguslah, baguslah tidak bertengkar.”

Aku dengan diam melihat Vivian didepan aku menjadi pengecut, kemudian pergi dari pandangan mata aku, melihat dia pergi meninggalkan, aku dengan kencang menutup pintu, dengan miring melihat Jonathan, bertanya: “aku begini terhadap cinta pertama kamu, sudah sakit hati?”

Jonathan dengan diam melihat, menggelengkan kepala.

Melihat pandangan dia yang semakin lama semakin aneh itu, aku menelan-nelan ludah, bertanya: “mengapa tidak berbicara?”

“Gerakan yang barusan memegang pipi mencium itu lakukan sekali lagi.” Mata Jonathan menutup, seperti sebuah bulan sabit, perkataan dia baru selesai, hati aku terkejut.

Barusan adalah demi membuat Vivian marah, dia sudah pergi, untuk apa masih begitu mesra mencium?

Aku menggelengkan kepala, mengaku berkata: “sudahlah! Tunggu pulang kerumah baru bicara lagi.”

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu