Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)

Setelah sibuk berat semalaman ini, aku pun kelelahan langsung berbaring tak bergerak di atas ranjang dan segera tertidur.

Keesokan paginya, ketika aku bangun, begitu bangun terlihat Jonathan masih tertidur, pelan-pelan aku turun dari ranjang, berlutut di sampingnya, tangan kecilku mengusap rambutnya perlahan.

Tiba-tiba tanganku ditangkap oleh tangan besar Jonathan, terlihat matanya yang merah, alisnya berkerut, dengan pedih menatapku dan bertanya: “Mengapa aku ada di sini?”

“Kalau tidak, kamu kira kamu ada di mana?” Aku balik bertanya, dengan marah ingin rasanya kutarik tanganku. Bisa ditebak kemarin tidak dibawa pergi oleh Vivian, tentu dia merasa sangat menyesal.

Dia melepaskan pegangan tangannya, sambil tangan kanannya menekan pelipis, dia bangun dan duduk, “Kemarin malam bagaimana bisa kamu membawaku pulang?”

Aku tidak menjawab, dan berdiri.

Jonathan di belakangku pun ikut berdiri, “Christine Mo, studio sudah tutup kan!”

“Mengapa harus tutup?” aku sambil membelakanginya bertanya.

“Aku menyesal.”

Begitu mendengar kata-kata ini, perasaanku seketika menjadi hancur, aku menolehkan kepala, dengan mata berlinang air mata memandangnya, “Jonathan, apakah kamu sedang menghukumku dengan cara minum sampai mabuk berat begini?”

Dia sejenak tertegun, kuduga dia sepertinya tidak menyangka emosiku pagi-pagi begini sudah begitu bergejolaknya.

“Aku hanya tidak ingin menjadi orang yang tidak berguna, aku berusaha menjaga kesucianku, aku tidak pernah menggoda laki-laki lain, mengapa kamu hanya berdasarkan beberapa lembar foto itu lalu menyuruhku menutup studio?” Aku bertanya, airmata mengalir turun di pipiku, “Sedangkan kamu, memberi uang dua miliar kepada Vivian, sepatah katapun kamu tidak berunding dulu denganku, kamu menemaninya ke hotel, aku juga berusaha menyakinkan diriku untuk percaya bahwa kalian bersih, tapi kamu, pernahkah kamu percaya diriku 100%?”

“Kamu sedang balik mengkritikku menyalahkanku kan?” Jonathan memutarbalikkan maksudku.

Dahulu dia tidak seperti ini, dia selalu akan segera memeluk dan menghiburku.

“Tidak berani, kamu itu siapa, CEO Yi dari PT.Weiss, sekarang dunia luar belum banyak yang tahu bahwa kamu sudah menikah, gadis-gadis muda di luar sana masih menunggu untuk kamu pilih.” Aku berkata menyindirnya, “Aku tahu dan sadar, sudah menjadi seorang ibu rumah tangga, lewat beberapa tahun lagi, bahkan status ibu rumah tangga ini sudah tidak dianggap lagi, langsung berubah menjadi istri tua.”

Begitu perkataan itu berhenti, bibir Jonathan yang tadinya cemberut tiba-tiba tersenyum, “Istri tua juga oke kok.”

“Aku tidak akan menutup studio.” Dengan datar kutatap Jonathan, “Aku sudah berjerih lelah mengeluarkan begitu banyak pengorbanan, aku tidak akan dengan mudahnya menutupnya.”

Demi studio ini, hampir saja aku dikagetkan setengah mati oleh Lulu-nya guru Michael, aku memperjuangkannya dengan sekuat tenagaku, bagaimana mungkin sekarang disuruh langsung tutup.

Aku maju menghampiri, membalas tatapan mata Jonathan, “Beri aku waktu satu tahun, aku yakin aku pasti akan bisa sukses.”

“Wanita melakukannya terlalu baik, bisa membuat pria tertekan.” Jonathan menunduk memandangku, tangannya dengan hangat memegang kedua pipiku, bertanya: “Kemarin malam waktu aku mabuk sampai begitu, kamu tidak memanfaatkan kesempatan untuk menendangku?”

Aku menggelengkan kepala, “Tidak tega, malah mencium beberapa kali.”

Habis bicara, Jonathan akhirnya dengan senang tersenyum, “Bisa dibilang aku takluk oleh bibirmu, bahkan kalau matipun bisa bangkit hidup kembali.” Selesai bicara, dia menundukkan kepalanya hendak menciumku.

Jangan mendekat, dengan tidak suka, dia menutup hidungnya dan menggelengkan kepala, mendorongnya seraya berkata: “Cepat sikat gigi.”

“Sekarang bahkan dicium pun menolak.” Jonathan hanya bisa menggelengkan kepala berjalan masuk ke kamar mandi.

Aku memanfaatkan waktu selagi dia mandi, setelah membereskan selimut yang ada di lantai, lalu membawa pakaian bekasnya kemarin malam untuk diserahkan pada bibi Chang, saat kembali ke dalam kamar, dia sudah keluar dari kamar mandi, dan terlihat jauh lebih segar.

Jonathan duduk di tepi ranjang, menepuk-nepuk kasur, memintaku mendekat.

Aku menghampirinya, berdiri tepat di hadapannya.

Dia duduk, diulurkan tangannya dan memegang pinggangku, sambil berkata: “Untuk selanjutnya jangan sering berhubungan lagi dengan orang seperti Michael .”

“Aku memintamu jangan berhubungan lagi dengan Vivian, apakah kamu sanggup?” Aku balik bertanya, guru Michael selain agak sedikit jahat mulutnya dan sedikit lemah gemulai seperti wanita, dia sama sekali tidak ada maksud jahat.

Dari semula tidak pernah dalam tingkah laku atau perkataannya terhadapku yang tidak baik, aku tidak mengerti mengapa Jonathan tiba-tiba begitu memusuhi guru Michael.

“Urusan Michael dan Vivian adalah dua hal yang berbeda.” Sepasang tatapan mata Jonathan yang dalam menghujam diriku, dia menggunakan nada bicara yang memerintah berunding denganku.

Aku tidak terbiasa dengan nada bicara semacam ini, namun berhubung tidak ingin semakin memperuncing pertentangan, akhirnya aku mengangguk dan berkata: “Oke, aku akan berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan dirinya.”

“Ada sebagian pria bujangan yang membujang lama, buasnya seperti serigala dan harimau yang bergerak mendekati setiap wanita.” Jonathan dengan berlebihan berusaha menggambarkannya, setelah selesai menilai rendah karakter guru Michael, aku meliriknya sejenak.

“Dia tidak kekurangan wanita, yang kurang adalah pria.” Dengan dinginnya aku membantah, “Aku pernah pergi ke ruangan guru Michael, dan menemukan sebuah rahasia, dalam ruangannya hanya ada beberapa foto bersama pria-pria, selembar foto bersama wanita satu pun tidak ada, dan lagi, di ruangannya ada sebuah lemari yang khusus dipenuhi dengan berbagai model pakaian wanita.”

Jonathan dibuat melongo oleh perkataanku, lalu menilai dalam dua kata, “Kelainan jiwa?”

Dengan kasar aku mendorongnya, berkata dengan sedikit marah: “Setiap orang memiliki kesukaannya tersendiri, apa hakmu memberi penilaian terhadap guru Michael.”

“Maksudmu dia sama dengan sekretarisku?” Jonathan mengeryitkan alisnya.

Aku mengangguk, “Benar, hubunganmu dengan sekretarismu, aku percaya 100% itu murni. Demikian pula hubunganku dengan guru Michael, 100% murni, mengertikah kamu?”

“Buktikan seberapa murni hubunganmu dengan Michael?” Jonathan memandangku dengan sangat serius.

Aku menjawab dengan bingung: “Bagaimana membuktikannya?”

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu