Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 32 Jual diri

Yoga ketika didorong keluar masih dalam keadaan belum sadarkan diri, perlu perawatan intensif 6 jam dalam ruang ICU baru bisa dipindahkan ke ruang rawat jalan biasa, papa mamanya menghela nafas lega mendengar berita itu.

Di luar ruang ICU, mama Yoga sudah menghujani banyak pertanyaan padaku mengenai beberapa hal, aku dengan jujur menjelaskan semua, kalau aku dan dia tidak ada kecocokan, aku pernah bercerai, sekarang alasan aku dirawat di rumah sakit ini juga karena aku keguguran.

Aku melihat dengan jelas tersirat perasaan tidak suka dari mamanya, siapa juga yang mau menerima menantu dengan kondisi seperti ini, aku mengerti, pengalamanku ini tidak akan membuat orang bersimpati kepadaku, yang mereka lihat hanya keburukanku saja.

"Yoga tidak apa-apa, aku akan kembali ke kamarku." Aku berkata dengan pelan, dan setelah tersenyum sopan, aku pergi.

"Nona Christine, saya ini bukan tipe orang tua yang suka bertele-tele, anakku Yoga ini sudah benar-benar jatuh cinta padamu, kita sebagai orang tuanya hanya bisa mencoba menerimamu." Mama Yoga berkata dengan suara lembut.

Aku menghentikan langkah kakiku, diam tak bergeming disana beberapa detik, perlahan berjalan menuju ke kamar rawat inap, tidak disangka, ternyata Cynthia sedang duduk di sebelah ranjang tidurku, sedang mengobrol dengan pasien perempuan yang dirawat di sebelahku, cewek itu terlihat santai.

Namun begitu dia melihatku masuk, sinar matanya langsung sirna, lalu bangkit berdiri.

Tidak tahu apa alasannya, setiap kali aku melihatnya, dia seperti sedang ketakutan tanpa sebab, Cynthia melihat ke arahku dengan pandangan setajam elang dan senyum dinginnya membuatku panik.

Aku tidak tahu dari mana dia tahu aku dirawat disini? Jangan-jangan nenek Jonathan yang memberitahunya. Malam itu, ketika dia melihatku, keterkejutannya bercampur dengan perasaan jijik.

Aku maju perlahan, mengatupkan erat-erat kedua bibirku, lalu bertanya dengan samar: "Apa kabar Nona Cynthia?"

"Tidak baik." Dia menjawab dengan dingin, "Setelah melihatmu mengingkari janji dan kembali ke kota F, aku merasa ada sesuatu yang tidak benar. Sebenarnya apa karena kata-kataku yang kurang berbobot, atau Nona Christine yang merasa uang yang aku berikan masih kurang?"

"Aku akan mengembalikan uangmu." Jawabku, jelas terlihat tatapan mengejek dari mata Cynthia.

"Kamu kira dengan mengembalikan uang saja sudah cukup?" Cynthia bertanya dengan nada mengancam.

Aku terdiam, aku seakan bisa merasakan bola mataku mau lepas karena terlalu lama menunduk, "Lalu apa yang kamu mau?"

"Tidak meminta apa-apa darimu, aku hanya ingin memberitahumu, aku dan Kak Jonathan natal bulan depan akan melaksanakan pertunangan, ketika dia bertemu denganmu, apa dia sudah mengatakan padamu?" Cynthia datang hanya untuk menyakitiku.

Hatiku terasa tercabik, memang benar Jonathan belum memberitahuku, aku sekarang tidak tahu lagi harus mendengarkan siapa.

"Nona Christine, dalam hidup ini kecantikan seseorang diukur dari cara dia membawa diri, kamu terlalu tidak tahu malu mengganggu hubungan orang lain, kalau aku mau berkata jujur, perempuan seperti kamu yang ingin menikah dengan konglomerat, hanya ingin mendapatkan uang saja, uang 2 Milyar tidak bisa membeli hatimu yang busuk itu, sepertinya kamu sangat tamak sekali."

Cynthia berjalan ke sebelahku, wajahnya mendekat, aku bisa merasakan tarikan nafasnya yang dalam, lalu dia menggelengkan kepala dengan jijik, "Bau kemiskinan."

Aku hanya terdiam berdiri di sana, bagaimana cara Cynthia menyerang aku, aku tahu, perempuan kaya yang berpendidikan tinggi seperti dia, dari lahir sudah merasa dirinya hebat.

Aku tidak ingin menjawab ucapannya, karena kalau aku menjawab, masalah ini akan semakin panjang, aku menahan diri, asal tidak bertengkar dengannya, biarkan dia bertengkar dengan dirinya sendiri.

Benar saja, diamku membuat Cynthia menjadi makin kesal, agar tidak terdengar oleh orang lain, dia memelankan suara dan berkata di telingaku, "Aku bisa tidak memaksamu keluar dari kota F, tapi kamu harus dalam waktu sesingkat mungkin menikahi orang lain, kamu harus melaksanakan pernikahanmu itu sebelum natal tiba, kalau kamu tidak bersedia, aku akan membuat keluargamu menderita."

Aku kembali merasakan cubitan di bagian perutku, aku membalikkan kepala, sambil menahan sakit bertanya, "Apa kamu harus seperti ini memaksakan kehendakmu pada orang lain? Jonathan sama sekali tidak menyukaimu."

"Tidak suka terus kenapa, dia bisa apa, aku sudah mencintainya sekian lama, semisal hanya tubuhnya saja yang bisa kudapat, aku juga rela." Cynthia dengan pandangan sinisnya menjawab.

Aku menertawakannya, "Kamu ternyata cuma bisa trik busuk ini."

"Aku punya uang, aku bisa melakukan apapun." Cynthia tertawa dengan penuh kesombongan/

Tidak salah, keluargamu memang sangat kaya, aku memang tidak bisa menandingi kalian yang berlimang harta, aku sudah keguguran, kalau aku benar-benar jahat, aku bisa saja memutuskan ikatanku dengan Jonathan.

Tapi aku tidak tega melakukan hal itu, aku tahu dalam hati yang paling dalam, masih mencintai Jonathan. Mencintainya, tapi harus melepasnya, aku tidak sanggup melakukannya.

Harapanku satu-satunya adalah, Christoper berhenti berjudi, kalau dia berhenti berjudi, dia tidak akan terjerat hutang, aku tidak ingin mengorbankan kebahagianku lagi untuknya, aku sangat ingin berada di sisi Jonathan.

Aku mungkin tidak pernah mendapat berkat, menemui banyak sekali rintangan dalam hidup, aku hanya ingin berada di sisinya, mungkin juga permintaanku ini yang terlalu susah.

Cynthia sudah melangkah pergi, dia berkata akan memberiku waktu satu minggu, kalau aku masih saja tidak menemukan orang yang mau menikahiku, dia punya cara untuk menikahkanku dengan paksa. Aku tidak percaya dia bisa melakukan itu.

Aku menelepon Christoper, mengingatkannya untuk tidak lagi berjudi, kalau tidak aku akan berhenti mengurusnya, kali ini aku akan benar-benar menutup mata.

Selain itu, aku sudah menyiapkan uangnya, uang 1 MIlyar di tabungan, tidak akan aku sentuh, 1 MIlyar lagi, aku berencana akan meminjam dari Jonathan, ketika sudah cukup uangnya, akan kukembalikan pada Cynthia.

Aku tidak percaya Cynthia memiliki kemampuan sebesar itu untuk membuatku bertekuk lutut padanya dengan sukarela.

Setelah kira-kira tiga hari dirawat di rumah sakit, di hari dimana aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit, Jonathan datang menjemputku, aku memintanya menungguku di bawah, kemudian aku pergi menjenguk Yoga, yang sudah sadar setelah tertidur dua hari.

Aku baru saja berjalan memasuki kamarnya, senyum lebar sudah merekah dari ujung bibirnya.

"Christine, aku kira aku tidak akan bisa melihatmu lagi selamanya." Yoga dengan semangat menarik tanganku.

Aku tertawa dengan canggung, melihat papa mamanya berdiri di sebelahnya.

"Orang baik memang punya karma yang baik juga, gendut, kamu orang yang sangat beruntung." Aku menepuk-nepuk tangannya, berusaha melepaskan genggamannya, setelah melihat dia tidak apa-apa, aku lega, Jonathan masih menungguku di bawah, aku hanya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat ini.

"Nona Christine, kamu temani Yoga dulu ya?" Mama Yoga bertanya sambil tersenyum, lalu menarik suaminya untuk keluar meninggalkan kamar, seakan ingin memberi mereka berdua keleluasaan.

"Ndut, sepertinya papa mamamu sudah salah paham mengenai hubungan kita, tunggu kamu sudah membaik, sebaiknya kamu jelaskan baik-baik ke mereka ya?" Nada suaraku sangat datar, aku tidak berani memarahinya, dia baru saja sadar dari kecelakaan mobil, tidak boleh mendengar suara yang terlalu keras.

Yoga begitu mendengar perkataanku, senyumnya langsung hilang, wajah yang berbinar tadi berubah menjadi masam, "Sebegitu tidak pentingnya aku di hatimu, begitu bertemu denganku kamu langsung mau memutus hubungan denganku?"

Aku menggelengkan kepala, "Bukan begitu, selamanya kita teman."

"Aku sudah sering tanpa malu memohon padamu untuk diberi kesempatan menyandingmu, kenapa kamu tidak bisa melihat ketulusan hatiku?" Yoga sedikit antusias, bergerak sedikit saja membuat luka-luka di sekujur tubuhnya kembali sakit.

Aku sadar aku sudah terlalu dingin terhadapnya, nanti setelah dia membaik, baru membicarakan hal ini juga tidak apa-apa, tapi kenapa aku harus membahasnya sekarang.

"Kamu tenang dulu." Aku menenangkannya.

"Christine, beritahu aku, aku harus berubah seperti apa agar kamu bisa menyukai aku?" Yoga berkata dengan penuh kerendahan hati, mengingatkanku akan sikapku ketika berhadapan dengan Cynthia.

Seorang pria bermartabat seperti dia, di depanku, berkata seperti ini, sekejam apapun aku juga tidak sanggup bersikap dingin terhadapnya saat ini.

"Nanti tunggu kamu membaik, aku akan memberitahumu, aku suka kamu yang seperti apa, oke?" Aku mengalihkan pembicaraan, begitu mendengar kata-kataku itu, Yoga kembali tersenyum dan mengangguk.

"Oke, aku akan sesegera mungkin sembuh."

Aku dengan berat hati menatapnya, memaksakan senyuman berkata padanya, "Kalau tidak ada apa-apa lagi, aku pulang dulu."

"Tinggal dulu disini menemaniku." Yoga memohon sambil menatapku, tangan besarnya meraih tangan kecilku.

Aku bangkit berdiri, dengan berat hati kembali menatapnya, "Ndut, kamu istirahat baik-baik, beberapa hari ini aku juga sangat lelah, aku butuh istirahat."

Yoga menerima kata-kataku, dia mengangguk, "Baiklah, kamu baik-baik jaga diri."

Aku menarik kembali tanganku, lalu berjalan pergi meninggalkan ruang rawat, bertemu dengan papa mama Yoga yang berdiri di luar ruang rawat, memberi mereka senyuman yang ramah, lalu masuk lift dan turun.

Mobil Jonathan terparkir di bawah bayang-bayang pohon, aku maju mendekatinya, membuka pintu, lalu masuk ke dalam mobil.

Dia menyetir, pelan-pelan menjauh dari rumah sakit.

"Bagaimana keadaan Yoga?" Dia bertanya sambil terus melihat ke arah depan.

"Sudah jauh lebih baik." Aku menjawab dengan singkat, seketika setelah menjawabnya, kesunyian menyelimuti seluruh mobil, sebuah kesenyapan yang canggung, diam-diam aku melirik Jonathan, aku berpikir, bagaimana aku menyampaikan aku ingin meminjam uang darinya.

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya aku memutuskan untuk memecah keheningan dengan bertanya kepadanya, "Jonathan, apa aku boleh meminjam uang 1 MIlyar?"

"Untuk apa, mau jual diri?" Jonathan mengernyitkan alis sambil melihatku.

"Iya, menurutmu, lebih baik jual diri dengan cara satuan atau jual per kilogram saja?" Aku menanggapinya dengan candaan.

Dia memandangku sejenak, melihatku dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu menggelengkan kepalanya, "Kalau dijual per kilogram rugi, kamu terlalu kurus, lebih baik jual satuan saja."

"Baiklah, 1 Milyar, aku jual ke kamu." Aku menggigit lembut bibirku dan tertawa kecil.

"Serius?" Wajah Jonathan penuh harap melihatku, "Kalau sudah aku beli, akan kumiliki seumur hidup."

Aku menganggukkan kepala, "Seumur hidup."

"Baiklah, silahkan tanda tangan kontrak dulu." Selesai berkata demikian, Jonathan menarik tanganku, dan mengecupnya dengan lembut, lalu berkata, "1 Milyar untuk membeli barang sebesar ini... Menguntungkan.."

"Barang?" Aku menahan tawa, dengan nada bercanda bertanya padanya, "Coba katakan sekali lagi, aku ini apa?"

"Tidak ada siaran ulang." Jonathan tersenyum nakal.

Kalau saja dia tidak sedang menyetir, aku akan mengganggunya.

Jonathan mengantarku ke rumah orang tuaku, setelah turun dari mobil, dia mengantarku masuk, saat mamaku melihat Jonathan, matanya terbelalak, karena ketampanannya.

Setelah Jonathan menyapa mamaku, dia pergi, sebelum meninggalkanku, dia mengecup keningku, mamaku bengong melihatnya.

Begitu dia pergi, mama menarikku lalu bertanya, "Siapa itu?"

"Ma, apa lagi yang mama mau?" Aku mengernyitkan alis bertanya.

"Mama sedang berpikir, ketika mama masih muda dulu kenapa laki-laki tampan tidak sebanyak sekarang, kenapa hanya ada papamu saja?" Begitu mama selesai berbicara, aku langsung tertawa terbahak-bahak.

"Sekarang papa sedang berbaring, untung saja dia tidak mendengar perkataan mama tadi, kalau dia dengar... pasti akan ramai." Aku memandang mama dengan penuh arti, mama malah berkata dengan lantang, "Kalau papamu ada di sini, aku akan tetap berkata seperti ini, aku ini seperti sekuntum bunga cantik yang jatuh di kotoran sapi seperti papamu itu."

Di rumah beberapa hari, Jonathan datang mengunjungiku setiap hari, mama tidak henti-hentinya memberiku kuliah tentang bagaimana seorang wanita baik harus bersikap. Masih menyinggung mengenai kakak ipar yang kurus dan pendek, yang sampai sekarang belum juga hamil.

Aku tahu sebenarnya mama ingin segera menimang cucu.

Tengah malam, ketika aku sedang tertidur dengan nyenyak, mama tiba-tiba membuka pintu kamarku, tubuhnya gemetar, pandangan matanya bingung, "Christine, ada masalah!"

Aku beranjak dari kasur, mengusap mataku, menatap bayangan kurus tubuh mama yang berdiri di dekat pintu, lalu dengan bingung bertanya, "Ada masalah apa?"

"Kakakmu ada masalah."

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu