Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 151 Menyimpan Rahasia
Air mata membasahi mataku yang menatapi lurus ke Jonathan, aku merasa aku sangat pintar berkata mesra, lebih tidak tahu malu dibandingkan Jonathan, tapi aku merasa ini normal-normal saja, karena kita adalah sepasang suami istri.
Aku menatapi Jonathan dan tersenyum manis.
Meskipun sudah cerai, tapi sekarang kita tetap tinggal bersama, hanya kurang pergi mendaftarkan pernikahan saja.
Jonathan tidak berbicara, dengan tubuh telanjang, dia maju dan langsung memelukku dengan erat.
Dia baru saja selesai mandi, ada aroma ringan dan segar dari tubuhnya, lengannya yang kuat menekan wajahku ke dadanya, membuatku sangat canggung.
"Boleh tolong lepaskan aku? Kalau makin erat, kamu sudah harus menelepon ambulans." Nafasku sedikit terengah-engah, satu, karena dia memelukku terlalu erat, dua, karena tubuhnya benar-benar sangat bagus, kedua alasan ini bersatu, sangat berbahaya untukku.
Ketika Jonathan melepaskanku, wajahku memerah seperti dibakar.
"Kamu kekurangan oksigen?" Jonathan melihatku dengan sangat serius.
"Hmm?" wajahku memang sangat panas, tapi bukan karena kekurangan oksigen, aku mengipas wajahku dengan tangan, berharap wajahku bisa mendingin dan tidak begitu merah.
Tapi aku belum menyadari, Jonathan mengulurkan tangannya dan meletakkannya di pinggangku, kemudian menarikku mendekatinya dan menunduk untuk menciumku.
Ini maksudnya mau transfer oksigen?
Baiklah! Aku akui aku memang perlu oksigen seperti ini, aku perlu diberi oksigen seperti ini oleh Jonathan.
Aku menyambutnya, menikmati aroma unik tubuhnya.
Saat makan malam, keluarga Yi jarang-jarang bisa berkumpul semua di meja makan, hanya saja hari ini ditambah dengan Refaldy dan Tante Sophie. Di meja makan, aku tiba-tiba merasa tatapan Tante Sophie ke Jonathan sedikit berbeda.
Tatapan penuh kerinduan seperti sudah lama tidak bertemu, namun ditahan sekuat tenaga. Aku tidak mengerti kenapa Tante Sophie melihat Jonathan dengan tatapan seperti itu, aku mengamatinya sambil mengerutkan kening sekian lama.
Jonathan malah sama sekali tidak menyadari hal ini, hanya sampai ibu mertua memperkenalkan Tante Sophie, dia baru dengan sopan tersenyum sekilas, namun tidak berbicara.
Setelah makan malam, aku membantu Bibi Chang mencuci piring, kemudian memandikan Bella. Setelah menidurkan dua anak perempuanku, aku sendiri pun ikut tidur.
Beberapa hari ini Jonathan sangat menurut, tidak memaksa datang mencariku, aku tahu dia ingin menggerakkan hariku dengan perbuatan, waktu itu aku hanya bercanda ketika menyuruhnya mengejarku, melamarku, namun tidak disangka dia serius.
Aku berbalik kesana kemari di kasur, berpikir, lupakan saja, lebih baik aku yang ke kamar tamu menggoda Jonathan, lelaki ini, kalau menahan diri terlalu lama, nanti permintaannya akan semakin banyak, bukannya lebih lelah.
Tapi begitu terpikirkan begitu tidak tahu malu kesana, nanti diketawain Jonathan, berkata aku terlalu memikirkan hal yang berbau itu.
Tidak boleh, tidak peduli bagaimanapun, aku tidak boleh melakukan hal memalukan seperti itu.
Aku tertidur ketika berpikir. Tidur tidak lama, aku terbangun karena haus, sayur malam ini terlalu asin, aku rakus dan makan terlalu banyak, sekarang tengah malam begini, harus turun untuk mengambil air minum.
Aku membuka selimut, membuka pintu kamar, ketika melewati kamar ibu mertua, melihat ada lampu kuning yang bersinar sampai luar, sepertinya pintu tidak ditutup rapat.
Aku kesana bermaksud membantunya menutup pintu, namun tidak disangka Tante Sophie ada di kamar ibu mertua.
Aku terkejut dan menyipitkan mata, melihat ke dalam lewat lubang pintu yang tidak tertutup rapat, sepertinya Tante Sophie dan ibu mertua bertengkar.
"Kak Liao, aku hanya ingin melihat Jonathan."
"Sophie Cheng, apa sebenarnya maksudmu, bagaimana janjimu dulu ketika kamu memberikan Jonathan padaku, tidak akan mengakui meskipun mati, terlebih lagi aku juga selalu mengirimkan foto Jonathan secara rutin kepadamu, kamu kenapa tidak menepati janjimu?"
"Kak Liao, hidupku sudah tidak panjang, aku hanya ingin menemaninya beberapa hari di hari-hariku yang terbatas ini, hanya beberapa hari." Tante Sophie memohon.
"Jonathan adalah penopang keluarga Yi satu-satunya, aku tidak akan mengizinkan siapapun merusak keadaan sekarang ini, mengerti?" Ibu mertua menggertak dengan suara kecil.
Setelah mendengar pembicaraan ini, aku bengong.
Jonathan adalah putra Tante Sophie?
Tidak mungkin, aku tadi pasti salah dengar, mana mungkin ada hal serumit dan seaneh ini? Kalau Jonathan adalah anak Tante Sophie, Refaldy anak siapa, saudara Jonathan?
Terlalu rumit.
Otakku tidak cukup, ketika aku ingin berbalik dan pergi, tidak tahu apakah karena tanganku tidak mendengar perintahku atau karena alasan lain, pintu kamar terdorong, mengeluarkan bunyi 'kriikk'.
Dua orang yang bertengkar di dalam kamar mengalihkan pandangan mereka bersamaan, melihat ke arahku yang bermaksud pergi.
Bulu kudukku merinding, dengan canggung mengerutkan kening, tertawa lemah: "Kalian teruskan, aku hanya lewat, bermaksud turun minum sedikit air." Kemudian, aku pun berbalik dan bermaksud pergi.
"Christine, masuk." suara ibu mertua yang bernada memerintah terdengar, langkah kakiku terhenti di udara sekian lama baru kuturunkan secara perlahan, kemudian aku berbalik badan, dengan langkah berat berjalan masuk ke kamar.
Kali ini pintu kamar ditutup rapat, aku bersandar di pintu seperti seorang kriminal, menundukkan kepala, seperti melakukan kesalahan besar, menunggu hukuman.
"Kamu tadi dengar apa saja?" Ibu mertua menginterogasi dengan suara tajam, tatapannya seperti pisau, seketika ingin membunuhku.
Aku benar-benar sial, tahu begini haus setengah mati juga tidak turun minum air, dengan begitu maka tidak akan ada kejadian seperti ini.
"Bicara!" Ibu mertua tiba-tiba berteriak, membuatku kaget sampai hatiku berdetak kencang.
Aku segera menjawab: "Tidak, tidak mendengar banyak, hanya sedikit."
"Dengar apa?" Nenek mengulang pertanyaannya, dia sekarang sangat ingin mencekikku, siapa yang menyangka tengah malam begini akan ada orang yang menguping diluar.
Aku menelan ludah, "Mendengar kalimat utama, Jonathan dilahirkan oleh Tante Sophie, kalau pemahamanku tidak salah, seharusnya....."
Suaraku semakin lama semakin kecil, terakhir berhenti sendiri.
Ibu mertua begitu mendengar perkataanku, langsung menangis, menutupi wajahnya dan jatuh di atas kasur, terlihat seperti tidak ingin hidup lagi.
Aku membeku, apakah aku tadi mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan? Dia yang menyuruhku mengaku, kalau aku berkata tidak mendengar apa-apa, dia pasti tidak percaya, aku berkata jujur, dia menangis sampai seperti ini.
Tante Sophie berjalan kemari, dengan nada serius berkata: "Nona Mo, hal ini anggap saja kamu tidak dengar, simpan rahasia ini untuk selamanya, boleh?"
Aku menatapi Tante Sophie dengan pikiran tidak jelas, aku tidak dengar dari awal, namun mendengar hal yang paling utama.
"Apa yang harus kulakukan?" Ibu mertua bangun dari kasur dengan lemah, tatapan penuh kebencian menatap lurus ke arahku, memerintah: "Christine Mo, kamu bersumpah sekarang juga, kamu tidak boleh memberitahu rahasia ini kepada Jonathan, kalau tidak kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan untuk selamanya."
"Ibu, aku tidak akan memberitahu Jonathan, hal seperti ini kalian sudah menyembunyikan bertahun-tahun, kalau aku mengatakan hal ini, jangankan Jonathan, bahkan aku sendiri juga tidak percaya." aku menjawab dengan canggung.
Hal yang berhubungan dengan hubungan darah seperti ini, apakah mungkin aku asal bicara? Apa aku akan langsung masuk ke kamar tamu dan berkata kepada Jonathan bahwa ibu mertua bukan ibunya, ibunya adalah ibu Refaldy, hal bodoh seperti ini? Aku masih belum sebodoh itu.
Sekarang semuanya baik-baik saja, maka biarkan dia terus baik-baik seperti ini.
"Kamu bersumpah, cepat." Ibu mertua terlihat tidak percaya, dia terus memaksaku.
Mataku seketika memerah, aku tidak ingin melakukan sumpah seperti itu, meskipun aku berjanji tidak akan memberitahu Jonathan, tapi aku tidak ingin menyumpahi kebahagiaanku sendiri.
"Kak Liao, jangan paksa Christine lagi." Tante Sophie dengan lemah membantuku bicara, "Ini semua salahku, aku seharusnya langsung pergi mati, dengan begini semua hal ini akan berlalu."
Ibu mertua terdiam, matanya basah oleh air mata.
Suasana hatiku seketika menjadi sangat tidak nyaman dikarenakan suasana di depan mataku ini, aku menggigit bibirku, tidak berani berbicara.
"Hal ini dirahasiakan sampai sekarang, akhirnya diketahui oleh orang ketiga." suara Ibu mertua sedikit bergetar, pandangan tajamnya melirik ke arahku, "Aku tidak mempercayai Christine, hari ini dia tidak bersumpah, maka aku tidak akan membiarkannya pergi."
Intinya, aku harus bersumpah.
Tante Sophie menepuk ringan lenganku, dengan suara hangat menghiburku: "Christine, bagaimana kalau kamu bersumpah seperti kata ibu mertuamu, asalkan kamu menjaga mulutmu, aku percaya tidak akan ada efek apapun."
Aku menggeleng, menolak, dengan keras kepala berkata: "Tante Sophie, kehilangan kebahagiaan lebih susah daripada menyuruhku pergi mati, mengerti?"
"Mengerti." Tante Sophie dengan sedih menggigit bibir, "Salahku, salahku tidak tahu diri, selama ini hidup di dunia ini hanya bisa menyusahkan orang lain, aku yang paling pantas mati."
Aku dengan hening melihat wajah Tante Sophie, kerutan diwajahnya semakin dalam karena dia semakin kurun, keningnya berkerut, tubuhnya tidak bertenaga.
Dia yang menyalahkan dirinya sendiri membuatku semakin tidak nyaman.
Hanya karena aku tidak sengaja mendengar sesuatu, kedua orang yang terlihat sangat dekat ini memaksaku bersumpah dengan cara yang lembut dan juga keras.
Aku mengerti, kalau aku tidak bersumpah, jangankan kebahagiaan, hari-hari selanjutnya juga akan sulit.
Di bawah tatapan tajam ibu mertua, setelah Tante Sophie berbalik badan tanpa daya, aku berkata: "Aku bersumpah, kalau kalian berharap aku bersumpah seperti ini, boleh."
Begitu mendengar hal ini, mata ibu mertua seketika bersinar, dia tersenyum ringan, melihatku dengan hangat dan berkata: "Christine, aku tahu kamu adalah anak baik, menantu yang menurut."
Aku tertawa dingin, benar, saat ini aku sudah menjadi menantu yang baik di matanya.
Akhirnya aku mengalah, setelah bersumpah, aku langsung keluar dari kamar ibu mertua, karena kaget, karena sakit hari, aku bahkan melupakan kehausanku.
Aku duduk bengong di kamarku, hanya sampai pintu kamar diketuk, aku baru sadar kembali.
Siapa? Jonathan?
Aku mengambil ponsel yang terletak di kasur, sudah jam 3 subuh, seharusnya bukan dia, kalau benar dia, maka dari awal sudah datang.
Aku bangun, turun dari kasur dan membuka pintu, Tante Sophie berdiri di luar.
"Apakah aku boleh masuk?" Dia bertanya dengan suara ringan.
Aku melepaskan tangan, membuka pintu kamar, membiarkan dia masuk.
Setelah dia berjalan masuk dengan pelan, aku menutup pintu dengan ringan, kemudian melihat wanita kurus di depanku ini.
Tadi di kamar ibu mertua, dia berkata hidupnya sudah tidak panjang, pasti karena sakit parah. Pantas saja ketika datang ke rumah ini, Refaldy menggandengnya sampai seperti itu.
Saat itu aku merasa wajahnya sangat pucat, sekarang dipikir-pikir, ternyata dia benar-benar sakit.
Tante Sophie berbalik dengan perlahan, wajahnya yang pucat dibawah sinar lampu yang kuning, terlihat sedikit menakutkan. Aku refleks menelan ludah dan bertanya: "Tante Sophie, sudah larut begini, ada masalah apa?"
Novel Terkait
Meet By Chance
Lena TanUnplanned Marriage
MargeryCinta Yang Dalam
Kim YongyiLoving The Pain
AmardaKamu Baik Banget
Jeselin VelaniMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)