Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 151 Menyimpan Rahasia

Air mata membasahi mataku yang menatapi lurus ke Jonathan, aku merasa aku sangat pintar berkata mesra, lebih tidak tahu malu dibandingkan Jonathan, tapi aku merasa ini normal-normal saja, karena kita adalah sepasang suami istri.

Aku menatapi Jonathan dan tersenyum manis.

Meskipun sudah cerai, tapi sekarang kita tetap tinggal bersama, hanya kurang pergi mendaftarkan pernikahan saja.

Jonathan tidak berbicara, dengan tubuh telanjang, dia maju dan langsung memelukku dengan erat.

Dia baru saja selesai mandi, ada aroma ringan dan segar dari tubuhnya, lengannya yang kuat menekan wajahku ke dadanya, membuatku sangat canggung.

"Boleh tolong lepaskan aku? Kalau makin erat, kamu sudah harus menelepon ambulans." Nafasku sedikit terengah-engah, satu, karena dia memelukku terlalu erat, dua, karena tubuhnya benar-benar sangat bagus, kedua alasan ini bersatu, sangat berbahaya untukku.

Ketika Jonathan melepaskanku, wajahku memerah seperti dibakar.

"Kamu kekurangan oksigen?" Jonathan melihatku dengan sangat serius.

"Hmm?" wajahku memang sangat panas, tapi bukan karena kekurangan oksigen, aku mengipas wajahku dengan tangan, berharap wajahku bisa mendingin dan tidak begitu merah.

Tapi aku belum menyadari, Jonathan mengulurkan tangannya dan meletakkannya di pinggangku, kemudian menarikku mendekatinya dan menunduk untuk menciumku.

Ini maksudnya mau transfer oksigen?

Baiklah! Aku akui aku memang perlu oksigen seperti ini, aku perlu diberi oksigen seperti ini oleh Jonathan.

Aku menyambutnya, menikmati aroma unik tubuhnya.

Saat makan malam, keluarga Yi jarang-jarang bisa berkumpul semua di meja makan, hanya saja hari ini ditambah dengan Refaldy dan Tante Sophie. Di meja makan, aku tiba-tiba merasa tatapan Tante Sophie ke Jonathan sedikit berbeda.

Tatapan penuh kerinduan seperti sudah lama tidak bertemu, namun ditahan sekuat tenaga. Aku tidak mengerti kenapa Tante Sophie melihat Jonathan dengan tatapan seperti itu, aku mengamatinya sambil mengerutkan kening sekian lama.

Jonathan malah sama sekali tidak menyadari hal ini, hanya sampai ibu mertua memperkenalkan Tante Sophie, dia baru dengan sopan tersenyum sekilas, namun tidak berbicara.

Setelah makan malam, aku membantu Bibi Chang mencuci piring, kemudian memandikan Bella. Setelah menidurkan dua anak perempuanku, aku sendiri pun ikut tidur.

Beberapa hari ini Jonathan sangat menurut, tidak memaksa datang mencariku, aku tahu dia ingin menggerakkan hariku dengan perbuatan, waktu itu aku hanya bercanda ketika menyuruhnya mengejarku, melamarku, namun tidak disangka dia serius.

Aku berbalik kesana kemari di kasur, berpikir, lupakan saja, lebih baik aku yang ke kamar tamu menggoda Jonathan, lelaki ini, kalau menahan diri terlalu lama, nanti permintaannya akan semakin banyak, bukannya lebih lelah.

Tapi begitu terpikirkan begitu tidak tahu malu kesana, nanti diketawain Jonathan, berkata aku terlalu memikirkan hal yang berbau itu.

Tidak boleh, tidak peduli bagaimanapun, aku tidak boleh melakukan hal memalukan seperti itu.

Aku tertidur ketika berpikir. Tidur tidak lama, aku terbangun karena haus, sayur malam ini terlalu asin, aku rakus dan makan terlalu banyak, sekarang tengah malam begini, harus turun untuk mengambil air minum.

Aku membuka selimut, membuka pintu kamar, ketika melewati kamar ibu mertua, melihat ada lampu kuning yang bersinar sampai luar, sepertinya pintu tidak ditutup rapat.

Aku kesana bermaksud membantunya menutup pintu, namun tidak disangka Tante Sophie ada di kamar ibu mertua.

Aku terkejut dan menyipitkan mata, melihat ke dalam lewat lubang pintu yang tidak tertutup rapat, sepertinya Tante Sophie dan ibu mertua bertengkar.

"Kak Liao, aku hanya ingin melihat Jonathan."

"Sophie Cheng, apa sebenarnya maksudmu, bagaimana janjimu dulu ketika kamu memberikan Jonathan padaku, tidak akan mengakui meskipun mati, terlebih lagi aku juga selalu mengirimkan foto Jonathan secara rutin kepadamu, kamu kenapa tidak menepati janjimu?"

"Kak Liao, hidupku sudah tidak panjang, aku hanya ingin menemaninya beberapa hari di hari-hariku yang terbatas ini, hanya beberapa hari." Tante Sophie memohon.

"Jonathan adalah penopang keluarga Yi satu-satunya, aku tidak akan mengizinkan siapapun merusak keadaan sekarang ini, mengerti?" Ibu mertua menggertak dengan suara kecil.

Setelah mendengar pembicaraan ini, aku bengong.

Jonathan adalah putra Tante Sophie?

Tidak mungkin, aku tadi pasti salah dengar, mana mungkin ada hal serumit dan seaneh ini? Kalau Jonathan adalah anak Tante Sophie, Refaldy anak siapa, saudara Jonathan?

Terlalu rumit.

Otakku tidak cukup, ketika aku ingin berbalik dan pergi, tidak tahu apakah karena tanganku tidak mendengar perintahku atau karena alasan lain, pintu kamar terdorong, mengeluarkan bunyi 'kriikk'.

Dua orang yang bertengkar di dalam kamar mengalihkan pandangan mereka bersamaan, melihat ke arahku yang bermaksud pergi.

Bulu kudukku merinding, dengan canggung mengerutkan kening, tertawa lemah: "Kalian teruskan, aku hanya lewat, bermaksud turun minum sedikit air." Kemudian, aku pun berbalik dan bermaksud pergi.

"Christine, masuk." suara ibu mertua yang bernada memerintah terdengar, langkah kakiku terhenti di udara sekian lama baru kuturunkan secara perlahan, kemudian aku berbalik badan, dengan langkah berat berjalan masuk ke kamar.

Kali ini pintu kamar ditutup rapat, aku bersandar di pintu seperti seorang kriminal, menundukkan kepala, seperti melakukan kesalahan besar, menunggu hukuman.

"Kamu tadi dengar apa saja?" Ibu mertua menginterogasi dengan suara tajam, tatapannya seperti pisau, seketika ingin membunuhku.

Aku benar-benar sial, tahu begini haus setengah mati juga tidak turun minum air, dengan begitu maka tidak akan ada kejadian seperti ini.

"Bicara!" Ibu mertua tiba-tiba berteriak, membuatku kaget sampai hatiku berdetak kencang.

Aku segera menjawab: "Tidak, tidak mendengar banyak, hanya sedikit."

"Dengar apa?" Nenek mengulang pertanyaannya, dia sekarang sangat ingin mencekikku, siapa yang menyangka tengah malam begini akan ada orang yang menguping diluar.

Aku menelan ludah, "Mendengar kalimat utama, Jonathan dilahirkan oleh Tante Sophie, kalau pemahamanku tidak salah, seharusnya....."

Suaraku semakin lama semakin kecil, terakhir berhenti sendiri.

Ibu mertua begitu mendengar perkataanku, langsung menangis, menutupi wajahnya dan jatuh di atas kasur, terlihat seperti tidak ingin hidup lagi.

Aku membeku, apakah aku tadi mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan? Dia yang menyuruhku mengaku, kalau aku berkata tidak mendengar apa-apa, dia pasti tidak percaya, aku berkata jujur, dia menangis sampai seperti ini.

Tante Sophie berjalan kemari, dengan nada serius berkata: "Nona Mo, hal ini anggap saja kamu tidak dengar, simpan rahasia ini untuk selamanya, boleh?"

Aku menatapi Tante Sophie dengan pikiran tidak jelas, aku tidak dengar dari awal, namun mendengar hal yang paling utama.

"Apa yang harus kulakukan?" Ibu mertua bangun dari kasur dengan lemah, tatapan penuh kebencian menatap lurus ke arahku, memerintah: "Christine Mo, kamu bersumpah sekarang juga, kamu tidak boleh memberitahu rahasia ini kepada Jonathan, kalau tidak kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan untuk selamanya."

"Ibu, aku tidak akan memberitahu Jonathan, hal seperti ini kalian sudah menyembunyikan bertahun-tahun, kalau aku mengatakan hal ini, jangankan Jonathan, bahkan aku sendiri juga tidak percaya." aku menjawab dengan canggung.

Hal yang berhubungan dengan hubungan darah seperti ini, apakah mungkin aku asal bicara? Apa aku akan langsung masuk ke kamar tamu dan berkata kepada Jonathan bahwa ibu mertua bukan ibunya, ibunya adalah ibu Refaldy, hal bodoh seperti ini? Aku masih belum sebodoh itu.

Sekarang semuanya baik-baik saja, maka biarkan dia terus baik-baik seperti ini.

"Kamu bersumpah, cepat." Ibu mertua terlihat tidak percaya, dia terus memaksaku.

Mataku seketika memerah, aku tidak ingin melakukan sumpah seperti itu, meskipun aku berjanji tidak akan memberitahu Jonathan, tapi aku tidak ingin menyumpahi kebahagiaanku sendiri.

"Kak Liao, jangan paksa Christine lagi." Tante Sophie dengan lemah membantuku bicara, "Ini semua salahku, aku seharusnya langsung pergi mati, dengan begini semua hal ini akan berlalu."

Ibu mertua terdiam, matanya basah oleh air mata.

Suasana hatiku seketika menjadi sangat tidak nyaman dikarenakan suasana di depan mataku ini, aku menggigit bibirku, tidak berani berbicara.

"Hal ini dirahasiakan sampai sekarang, akhirnya diketahui oleh orang ketiga." suara Ibu mertua sedikit bergetar, pandangan tajamnya melirik ke arahku, "Aku tidak mempercayai Christine, hari ini dia tidak bersumpah, maka aku tidak akan membiarkannya pergi."

Intinya, aku harus bersumpah.

Tante Sophie menepuk ringan lenganku, dengan suara hangat menghiburku: "Christine, bagaimana kalau kamu bersumpah seperti kata ibu mertuamu, asalkan kamu menjaga mulutmu, aku percaya tidak akan ada efek apapun."

Aku menggeleng, menolak, dengan keras kepala berkata: "Tante Sophie, kehilangan kebahagiaan lebih susah daripada menyuruhku pergi mati, mengerti?"

"Mengerti." Tante Sophie dengan sedih menggigit bibir, "Salahku, salahku tidak tahu diri, selama ini hidup di dunia ini hanya bisa menyusahkan orang lain, aku yang paling pantas mati."

Aku dengan hening melihat wajah Tante Sophie, kerutan diwajahnya semakin dalam karena dia semakin kurun, keningnya berkerut, tubuhnya tidak bertenaga.

Dia yang menyalahkan dirinya sendiri membuatku semakin tidak nyaman.

Hanya karena aku tidak sengaja mendengar sesuatu, kedua orang yang terlihat sangat dekat ini memaksaku bersumpah dengan cara yang lembut dan juga keras.

Aku mengerti, kalau aku tidak bersumpah, jangankan kebahagiaan, hari-hari selanjutnya juga akan sulit.

Di bawah tatapan tajam ibu mertua, setelah Tante Sophie berbalik badan tanpa daya, aku berkata: "Aku bersumpah, kalau kalian berharap aku bersumpah seperti ini, boleh."

Begitu mendengar hal ini, mata ibu mertua seketika bersinar, dia tersenyum ringan, melihatku dengan hangat dan berkata: "Christine, aku tahu kamu adalah anak baik, menantu yang menurut."

Aku tertawa dingin, benar, saat ini aku sudah menjadi menantu yang baik di matanya.

Akhirnya aku mengalah, setelah bersumpah, aku langsung keluar dari kamar ibu mertua, karena kaget, karena sakit hari, aku bahkan melupakan kehausanku.

Aku duduk bengong di kamarku, hanya sampai pintu kamar diketuk, aku baru sadar kembali.

Siapa? Jonathan?

Aku mengambil ponsel yang terletak di kasur, sudah jam 3 subuh, seharusnya bukan dia, kalau benar dia, maka dari awal sudah datang.

Aku bangun, turun dari kasur dan membuka pintu, Tante Sophie berdiri di luar.

"Apakah aku boleh masuk?" Dia bertanya dengan suara ringan.

Aku melepaskan tangan, membuka pintu kamar, membiarkan dia masuk.

Setelah dia berjalan masuk dengan pelan, aku menutup pintu dengan ringan, kemudian melihat wanita kurus di depanku ini.

Tadi di kamar ibu mertua, dia berkata hidupnya sudah tidak panjang, pasti karena sakit parah. Pantas saja ketika datang ke rumah ini, Refaldy menggandengnya sampai seperti itu.

Saat itu aku merasa wajahnya sangat pucat, sekarang dipikir-pikir, ternyata dia benar-benar sakit.

Tante Sophie berbalik dengan perlahan, wajahnya yang pucat dibawah sinar lampu yang kuning, terlihat sedikit menakutkan. Aku refleks menelan ludah dan bertanya: "Tante Sophie, sudah larut begini, ada masalah apa?"

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu