Waiting For Love - Bab 54 Masih Tidak Tahu Apakah Api Cinta Masih Bisa Atau Tidak

Tapi, dia tidak melanjutkan topik permasalan ini, sebaliknya berkata, "David Luo juga lumayan aneh, kalian telah menikah tiga tahun, dia sendiri tidak begitu mempedulikan kamu, sekarang ditambah lagi Lewis Tang, dia sebaliknya muncul dan membuat keributan dengan dirimu. Apa maksud dia ? Diri sendiri tidak menggunakannya, juga tidak memperbolehkan orang lain gunakannya? Benar-benar tipikal orang yang tidak memikirkan kondisi orang lain."

Kebenaran yang dikatakan Elsa Mo adalah adalah kebenaran yang ini, tapi perkataannya tidak terlalu enak di dengar. Clarice Lu melotot ke Elsa Mo, Elsa Mo menyadari arti lototan Clarice Lu segera diam.

Sebentar kemudian, film mereka mulai tayang, Clarice Lu dan Elsa Mo bersama-sama mengecek tiket di pintu masuk,dan berjalan masuk ke dalam ruang bioskop studio 2.

Orang-orang berangsur-angsur masuk ke ruang bioskop studio 2, ruang bioskop kira-kira bisa menampung dua ratusan orang, cahaya ruangan sangat redup. Clarice Lu mempunyai kebiasaan buruk, yakni saat berjalan tidak suka memperhatikan orang, sebaliknya menundukkan kepala melihat ke lantai, terutama disaat banyak orang.

Tempat duduk Clarice Lu dan Elsa Mo adalah baris ke tujuh kursi nomor enam dan tujuh, Clarice Lu memegangi tiket, berhasil menemukan letak baris ke tujuh dan mulai berjalan masuk, ketika sudah tiba di nomor kursinya dia baru menyadari bahwa orang yang duduk di kursi nomor lima ternyata adalah Lewis Tang.

Reaksi pertama Clarice Lu adalah salah mengenali orang, didalam kesan dia, status kedudukan laki-laki seperti Lewis Tang, menonton film harusnya dengan membooking satu ruangan bioskop baru benar, dan bukan berdesakan dengan dua ratusan orang dalam ruang bioskop yang kecil.

Clarice Lu menghentikan langkah kaki, bulu matanya yang panjang dan lebat berkedip beberapa kali, ketika dia sudah melihat dengan jelas Vanessa Bai di sisi satunya lagi, akhirnya bisa menyakinkan diri kalau ia tidak salah lihat, kalau itu memang Lewis Tang dan tunangan dia yang bertampang polos tapi sebenarnya pintar.

Clarice Lu tanpa sadar membalikkan badan ke Elsa Mo dia ingin bertukar tempat duduk dengan Elsa Mo yang ada disebelahnya, tapi malah ditolak oleh Elsa Mo, dan dia pun langsung duduk di tempatnya sendiri.

Elsa Mo sebentar kemudian duduk, dia mendekatkan diri ke telinga Clarice Lu dan berbisik dengan pelan, "Kamu tukar tempat duduk sekarang, bukankah menunjukkan perasaan mu yang sebenarnya. Apa kamu tidak lihat Lewis Tang membawa tunangannya datang? Cuma duduk berdekatan selama dua jam saja, dia bisa apakan diri mu ."

Clarice Lu melotot ke Elsa Mo, kemudian, dengan tidak berdaya ia memutarkan kepala ke Lewis Tang, demi kesopanan ia pun menyapa Lewis Tang, "Direktur Pei, sangat kebetulan."

"Ya." Lewis Tang menanggukkan kepala acuh tak acuh, tidak berkata apapun. Vanessa Bai yang duduk di sampingnya malah ketawa sambil mencibir: Musuh terikat untuk berjumpa. Dikarenakan keberadaan Lewis Tang disana, Vanessa Bai harus menjaga sikapnya sebagai seorang wanita cantik elegan, sehingga ia tidak berani berkata perkataan yang tidak terlalu enak di dengar.

Dan Clarice Lu berpura-pura tidak mendengar, tidak mempedulikan kata-kata yang diucapkan oleh Vanessa Bai barusan.

Mereka masuk lebih awal ke ruang bioskop, kira-kira berjarak 10 menit dari jam penayangan film, layar bioskop masih menayangkan iklan properti rumah. Clarice Lu merasa bosan ia memainkan jari tangannya, pandangan ujung matanya kadang tanpa sengaja jatuh pada laki-laki yang duduk disebelahnya.

Pakaian Lewis Tang hari ini tidak formal seperti biasanya, dia memakai baju kasual gaya barat berwarna abu pekat, kemeja warna muda dan celana panjang, dengan penampilannya yang begitu mengurangi karakter dinginnya, sehingga terlihat elegan dan tampak bebas.

Clarice Lu selalu merasa, Lewis Tang seperti sosok dari kayangan, bahkan dalam ruangan yang begitu redup, dia tetap silau bersinar.

Beberapa lampu bioskop tiba-tiba padam, display layar besar adalah gambar berwarna hijau, menampilkan hak cipta yang telah terverifikasi. Kemudian, film mulai ditayangankan.

The Lost Legend adalah revisi dari film berjudul The Ghouls, walaupun tidak cocok kategori film seram, tapi display film dan efek suara membuat orang merasa tegang dan mengerikan.

Dan Clarice Lu adalah tipe orang yang bernyali kecil, tapi mempunyai hati penasaran yang besar, tidak berani lihat masih mau lihat. Tengah film pada saat mummy hantu jepang hidup kembali, dia ketakukan sampai menutup mata. Tapi walaupun sudah begitu, karena sekitaran yang begitu gelap dan efek suara yang menakutkan, masih membuat dirinya takut.

Dan pada saat itu juga, tangan kiri dia tiba-tiba di pegang erat oleh seseorang, kekuatan yang disalurkan melalui pegangan tangan yang erat itu, penuh dengan rasa aman.

Sebelah kirinya Clarice Lu cuma ada Lewis Tang, kalau begitu, orang yang memegangi tangan dia kalau bukan Lewis Tang siapa lagi. Clarice Lu membuka mata, tapi malah tidak berani melihat ke Lewis Tang. Dia tidak bisa menebak apa maksud dari Lewis Tang, Lewis Tang membawa tunangannya datang nonton film, tapi pada saat ini malah memegangi tangannya tidak lepas, walaupun dia takut melihat film seram, juga tidak ada kaitannya sama Lewis Tang.

Clarice Lu tanpa sadar bergerak untuk melepaskan tangannya beberapa kali, tapi malah tidak berhasil. Sekitaran penuh dengan orang, Vanessa Bai dan Elsa Mo juga duduk disampingnya, dia tidak berani membuat gerakan yang terlalu kuat, pada akhirnya hanya bisa membiarkan Lewis Tang memegangi tangannya.

Dia teringat, David Luo juga pernah memegangi tangan dia, hanya saja, kejadian itu telah berlalu begitu lama, dia sudah tidak bisa mengingat rasa pegangan hangat David Luo.

Dan saat ini, tangan dingin dia di usap-usap oleh telapak tangan Lewis Tang, telapak tangan Lewis Tang kering dan hangat, Clarice Lu tidak bisa tidak mengakui, rasa pegangan tangan Lewis Tang, sebenarnya tidak membuat orang tidak nyaman. Dan dia juga tidak lagi takut.

Disaat film segera akan selesai, Lewis Tang melepaskan tangan dia begitu saja tanpa jejak.

Lampu yang di atas satu persatu mulai menyala, orang yang duduk di samping pintu keluar mulai berangsur jalan keluar. Sederetan orang di barisan kursi mereka juga mulai berdiri, Clarice Lu tanpa sadar matanya melihat ke Lewis Tang, garis wajahnya sangan tegas dan dingin, juga tidak melihat ke arah dirinya, seolah-olah kejadian memegangi tangannya tidak pernah terjadi sama sekali.

Di samping Lewis Tang, Vanessa Bai menggandeng erat tangannya, menyandarkan kepala diatas bahunya, dan lagi berbisik ke dirinya. Clarice Lu tidak mendengar jelas perkataan Vanessa Bai, hanya melihat wajah Vanessa Bai yang tertawa manja.

Setelah berjalan keluar gedung bioskop, Elsa Mo masih memegangi pop corn yang sisa setengah dan memakannya, dan matanya malah terus memperhatikan Clarice Lu.

Vanessa Bai boleh saja buta, tapi dia tidak buta sama sekali. Saat penayangan film, dia melihat Lewis Tang memegangi tangan Clarice Lu tidak lepas, walaupun di antara mereka belum ada hubungan nyata yang pasti, namun pasti ada rasa suka. Hanya saja, api cinta ini bisa menyala apa tidak masih tidak tahu, dia hanyalah orang luar, tidak ada gunanya berkomentar lebih.

Elsa Mo mempertimbangkan cukup lama, pada akhirnya memilih untuk diam.

Di parkiran bawah tanah, Clarice Lu membuka pintu mobil, sambil bertanya ke Elsa Mo, "Malam ini kamu tidur di tempatku, atau pulang ke rumah?"

"Pulang ke rumah, masih harus menghapal skenario." jawab Elsa Mo.

Clarice Lu dan Elsa Mo sama-sama masuk ke mobil, pada waktu itu, mereka melihat sebuah mobil Land Rover hitam melaju pelan dari depan mobil mereka, plat mobil 9966, itu adalah mobil Lewis Tang.

Setelah selesai nonton film, Lewis Tang bertanggung jawab mengantar pulang Vanessa Bai.

Cahaya redup malam bak tinta hitam, pemandangan mobil land rover di bawah cahaya redup malam melaju pergi dengan sangat cepat.

Dalam mobil, Vanessa Bai terus menerus memainkan gelang berlian yang ada dipergelangan tangannya, dan bertanya ke Lewis Tang, " Apakah ini bagus? "

Dua jari tangan Lewis Tang menjepit sebuah rokok yang belum dinyalakan, ia melihat ke gelang Vanessa Bai dengan acuh tak acuh. Gelang tangan tersebut terpasang penuh dengan berlian kecil, sangat berkilauan, dapat terlihat merupakan buatan dari orang yang ahli dalam seni, estimasi harganya sekitar ratusan juta.

"Lumayan." jawab Lewis Tang.

Vanessa Bai tertawa dengan sedikit rasa puas, "Seorang pebisnis obat-obatan yang kasih, orang tersebut belakangan ini lagi mengambil hati ibu saya."

Ibunya Vanessa Bai, Marry Jiang merupakan wakil ketua koordinasi rumah sakit, ia mempunyai beberapa wewenang, distributor alat kesehatan utama dan obat-obatan ingin mengambil hati dia bukanlah suatu hal yang aneh.

Lewis Tang tidak meresponnya, hanya saja warna pupil mata tiba-tiba mengelap. Dia menurunkan kaca mobil sampingnya, dan menyalakan rokok yang ada di tangan dengan pemantik, asap rokok terbang melayang keluar melalui kaca mobil yang terbuka itu.

Vanessa Bai menyandarkan kepala di bahunya, dan mengeluh, "Lewis, kita bersama juga bukan baru sebentar, kamu sama sekali tidak pernah kasih hadiah kepadaku."

Hadiah yang dimaksud Vanessa Bai, tidak lain melainkan perhiasan berharga dan barang-barang mewah.

"Aku belakangan ini agak sibuk, kamu suka apa, boleh suruh Felix Ang untuk membelikannya kepadamu." Lewis Tang meniup keluar asap yang tipis, suaranya kedengaran membosankan.

"Lewis, tetap kamu yang paling baik terhadap aku." Vanessa Bai merasa tersanjung, bibir merahnya mendekati Lewis Tang, bermaksud menciuminya, Lewis Tang malah memutarkan kepala ke arah lain, menghindarinya dengan mulus. Sepasang mata hitamnya terlihat kosong dan dingin, sedikitpun pantulan cahaya tidak ada.

Mobil berhenti di depan rumah Vanessa Bai, dia sama sekali tidak buru-buru untuk turun, melainkan ingin melihat reaksi Lewis Tang dan bertanya, "Tidak masuk duduk sebentar, minum kopi dulu baru pulang?"

"Tidak, hari ini sudah terlalu malam, aku tidak tenang Dyson sendirian dirumah." Alasan yang diberikan Lewis Tang sangat bagus dan tepat.

Dia tentu saja tidak akan menerima tawaran masuk bertamu sebentar, jika dia terima, takutnya hal bukan hanya sekedar minum kopi saja. Hal yang serupa, juga sudah pernah terjadi.

Lewis tang yang tidak menerima tawaran masuk bertamu, membuat Vanessa Bai tidak bisa terus menerus berdiam dalam mobil tidak keluar, dia membuka pintu mobil dan turun, melihat mobil Lewis Tang sudah pergi, barulah dia masuk ke dalam.

Dalam apartment, Marry Jiang masih belum tidur, dia duduk di atas sofa ruang tamu, sambil nonton tv, sambil menunggu anak perempuannya pulang.

"Sudah pulang? Ada tidak membahas permasalahan nikah dengan Lewis Tang?" melihat Vanessa Bai masuk rumah, Marry Jiang bertanya dengan tidak sabar.

Vanessa Bai ikut duduk di sampingnya, sedikit sedih dan kecewa, "Aku sudah bilang berkali-kali, tetapi dia tidak menggapi perkataan ku, aku bisa apa, tidak bisa memaksaknya untuk menikahkan!"

"Tanggal pernikahan kalian juga sudah tidak lama lagi, logikanya membicarakan permasalahan nikah sudah seharusnya jadi agenda harian. Lewis tang tidak ada kejelasan terus, dia bisa menunda, kamu seorang anak perempuan mana bisa menunda." wajah Marry Jiang terlihat cemas gelisah.

"Ibu, kamu dan paman Pei kan adalah teman lama, hubungan juga lumayan baik, kamu pergi bicarakan dengan paman Pei, agar Lewis Tang secepat mungkin menikah dengan saya."

Marry jiang mengeleng-gelengkan kepala, masalahnya tidak semudah itu. "Sekarang sayap Lewis Tang sudah kokoh, perkataan paman Pei dia juga belum tentu akan dengar, terlebih hubungan ayah anak mereka, selama ini tidak terlalu baik." Marry Jiang selesai bicara, mengulurkan jari dan mencolek dahi Vanessa Bai, "Aku mengizinkan diri mu agar sering pergi ke rumah Pei dan membuat hubungan yang baik dengan Dyson, kamu malah tidak mau pergi, 'ikut menyukai orang-orang yang disayang oleh orang yang kamu suka', apa kamu tidak mengerti ajaran ini?"

"Aku bukannya tidak pernah pergi, anak nakal itu sangat susah di urus." Vanessa Bai menjawab dengan wajah kesal, pada saat itu, telepon seluler dalam tasnya berbunyi, Vanessa Bai menarik tasnya sambil mengangkat telepon naik ke lantai atas, akhirnya tidak perlu terus menerus mendengar perkataan Marry Jiang yang tidak ada habisnya.

Yang menelponnya adalah Jasmine Man, besok dia mengajak Vanessa Bai pergi jalan-jalan, Vanessa Bai dengan gembira mengiyakannya.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu