Waiting For Love - Bab 128 Iya, Sangat Cinta (1)

Clarice Lu berbicara, alis matanya yang cantik terus mengerut, tidak pernah rileks. Pada akhirnya, dia mengepalkan tangannya, tidak berhenti memukul dahinya. Dia sering merasa dirinya tidak berguna, hal yang sudah terjadi pun dia tidak ingat.

“Clarice, jangan begini.” Lewis Tang tidak tega melihatnya menyakiti diri sendiri. Dia menggenggam kedua tangan Clarice Lu, dengan sakit hati membawa dia ke dalam pelukannya.

Kepala Clarice Lu bersandar di dadanya, seperti menemukan tempat berlabuh yang indah. Sisi mukanya menempel di dekat hatinya, mendengar suara detak jantungnya yang keras. Emosinya yang tidak terkontrol pun mulai mereda.

Pelan-pelan dia menutup matanya, di dalam pikirannya mulai terlihat kembali pemandangan yang ada di dalam mimpinya.

“Aku bermimpi aku tidak sedang bermain. Saat kecil, aku menghitung 123, lalu dia sembunyi dan aku mencarinya. Dulu, setiap kali aku tidak bisa menemukan dia, aku cukup berlutut dan pura-pura menangis, dia pasti segera muncul di hadapanku, membawaku ke pelukannya, dengan hangat menghiburku. Tetapi sekarang, aku bagaimanapun tidak bisa menemukan dia. Aku berlutut dan pura-pura menangis, tetapi dia tidak muncul. Aku benar-benar menangis karena panik, tetapi bagaimanapun aku menangis, dia tetap tidak muncul, seperti tidak menginginkanku lagi.”

Clarice Lu mengangkat mukanya dan melihat Lewis Tang. Mukanya yang pucat dipenuhi dengan bintik-bintik air mata. Dia tidak bisa membedakan mimpi dengan kenyataan, tetapi sakit yang dirasakannya sangat terasa asli dan jelas.

“Kakak bilang, masalah yang sudah terjadi, lupakan saja. Tidak perlu mempersulit diri sendiri. Tetapi, sejak aku kehilangan ingatanku, aku seperti orang yang tersesat dan tidak tahu jalan pulang.”

Lewis Tang melihatnya dengan tenang dan melihat matanya dengan dalam dan rumit. Ini adalah kesedihan yang tidak bisa diceritakan.

Dia menggunakan kedua tangannya yang hangat untuk memegang muka Clarice Lu. Saat itu juga, sebutir air mata turun ke pipinya. Dia tidak bisa menolak untuk menurunkan kepalanya, lalu mencium air mata yang asin itu. Kemudian mencium bibir merahnya yang halus dan lembut.

Semuanya terjadi sangat alami. Tangannya yang hangat menelusuri setiap inci dari tubuhnya. Tubuhnya terus bergetar, terasa aneh namun menyenangkan. Tanpa sadar setiap pakaian dari keduanya sudah tersebar di lantai.

Di badai malam hari, di atas sofa yang nyaman, pria bernama Lewis Tang sepenuhnya terpaku kepada dirinya.

Karena dia kehilangan ingatan, di ingatan Clarice Lu, ini adalah yang pertama untuknya. Sedangkan Lewis Tang dalam hal ini merupakan seorang ahli. Kemampuannya luar biasa dan berbakat. Terkadang lemah lembut, terkadang begitu liar, hampir membuat Clarice Lu menjadi gila.

Clarice Lu tidak mengerti bagaimana menjelaskan perasaan yang tercampur aduk ini. Jika harus menjelaskannya dengan kata-kata, berarti sakit tercampur senang.

Dia tidak tahu sejak kapan tertidur. Begitu terbangun, mereka sudah berada di atas kasur besar, di samping tubuhnya ada seorang pria yang memeluknya, pria yang barusan tertidur. Caranya tidur sangat baik, tidak ada dengkuran seperti kebanyakan pria. Nafasnya sangat ringan dan merata.

Dia menutup kedua matanya, pelan-pelan menghilangkan rasa malunya yang dingin dan membuat dirinya merasa tenang dan tenteram.

Clarice Lu merasa nyeri dan sakit. Pelan-pelan dia menggerakkan pinggangnya. Tangannya tanpa sengaja menyelimuti pinggangnya. Dia tidak bangun dan mengganti posisinya, lalu lanjut tidur.

Clarice Lu membiarkan dia memeluknya sambil melihat ke jendela. Kira-kira sudah jam 2-3 subuh. Langit masih belum terang, suara hujan di luar jendela mulai mereda. Butiran air mata jatuh di atas dedaunan, mengeluarkan suara gemerisik. Clarice Lu merasa saat itu benar-benar tenang.

Tiba-tiba dia merasa haus dan ingin berdiri untuk turun ke dapur minum segelas air. Tetapi baru saja dia menggerakkan tangan pria itu dari pinggangnya, pria di sampingnya bangun. Pria itu menatapnya tetapi tidak tajam. Tetapi dia tidak dapat menghiraukannya.

“Mau ke mana?” Nada suaranya seperti takut dia akan kabur.

Clarice Lu merasa sedikit lucu, lalu menunjuk ke arah pintu, “Haus, aku ingin turun untuk mengambil air. Kamu mau?”

Lewis Tang mengangkat senyumnya dan mengelus rambutnya yang halus. Lalu dia berdiri, “Aku ambilkan untukmu.”

Di ruang buku sebelah kamar itu sudah tersedia botol air meniral. Lewis Lu mengambil satu botol Bai Sui Shan untuknya. Clarice Lu membuka tutup dan meminumnya dengan banyak. Seperti orang yang kehausan.

Muka Lewis Lu yang keren dan tampan diikuti dengan senyuman. Saat dia sedang minum air, tangannya datang dari bahunya dan memeluknya lalu terus turun sampai ke dadanya. Dada Clarice Lu tidak bisar, tetapi sangat standar, cantik dan gagah. Satu tangan memeluknya dan menyelimutinya terasa sangat enak.

Clarice Lu bergerak dengan gugup di dalam pelukannya. Satu teguk lagi air itu habis. Dia menaruh botol itu di samping tempat tidur, yang membuat tidak berhenti batuk. Lewis Lu menepuk punggungnya, tangannya yang lain dengan gelisah menelusuri badannya.

Tanap sadar kedua orang itu terjerat bersama. Clarice Lu mengakui bahwa kekuatan fisik Lewis Tang terlalu kuat dan ini menyiksanya. Clarice Lu merasa sedikit tidak tahan.

“Lewis Tang, ini sudah cukup. Kejadian ini bukankah sudah terlalu lama.” Clarice Lu bernafas cepat dan mengerang.

Tubuh Lewis Tang yang berat sudah jelas terlihat. Lalu dia berpindah ke atas tubuhnya sambil tertawa. “Baik, hari ini aku melepaskanmu. Kita sudah terlalu lama.”

Begitu selesai berbicara, dia benar-benar menjauh. Tetapi, tanpa menunggu Clarice Lu berbicara, Lewis Tang membawanya ke dalam kamar mandi.

“Aku mandi sendiri.” Clarice Lu menghadangnya di depan pintu kamar mandi. Lalu dia masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Aliran air tanpa berhenti mencuci badannya. Clarice Lu menundukkan kepalanya sedikit. Jari-jarinya yang putih dalm lembut menelusuri perut bagian bawah. Masih ada bekas luka yang jelas di perut bagian bawah, bekas luka yang tertinggal saat anak pertamanya lahir. Waktu berlalu, meskipun bekas luka ini tidak seperti dulu, tetapi masih tetap berbekas di tubuhnya. Setiap menyentuhnya, dia bisa merasakan rasa sakit yang ada di hatinya.

Dia teringat ketika Lewis Tang barusan bercinta dengannya. Tangannya juga merasakan bekas luka ini dan ujung jarinya menyentuh bekas luka yang jelek ini. Clarice Lu khawatir dia tidak suka dengan kejelekannya. Tidak dikira, dia menundukkan kepalanya dan mencium setiap inci tubuhnya. Pergerakannya begitu lemah lembut dan penuh rasa sayang. Di matanya terlihat rasa sakit. Seperti dia pernah ikut merasakan rasa sakitnya.

Clarice Lu saat ini sangat lelah dan otaknya sudah capek, tidak ingin berpikir lebih dalam lagi. Setelah selesai mandi, badannya terasa segar dan rasa kantuknya datang. Dia langsung berbaring di kasur yang hangat dan nyaman. Dia langsung tertidur.

Lewis Tang langsung berbaring di sampingnya tetapi tidak tertidur. Saat pria merasa senang, badannya berusaha melawan, keadaannya sangat segar. Tidak bisa tidur itu hal biasa.

Di dalam kamar tidur hany ada satu lampu lantai yang menyala. Lampu berwarna jingga itu redup dan hangat. Lewis Tang duduk di kepala kasur. Senja itu lebih gelap daripada malam hari di luar jendela. Kelihatannya begitu dalam dan bijaksana.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu