Waiting For Love - Bab 290 Aku Masih Merasa Sedikit Tidak Rela

Hari pertama Clarice keluar dari rumah sakit, seorang tamu yang tidak diduga datang mengunjungi kamar.

Saat Carol Lin berjalan masuk, tidak dipungkiri Clarice sedikit terkejut. Saat itu, dikamar hanya ada dia dan bayi yang baru lahir, Lewis pergi ke kantor karena ada urusan, suster juga tidak di tempat.

Tangan kiri Carol memegang 1 buket bunga lily, tangan kanan menggegam 1 keranjang buah. Dia tersenyum dengan lembut, seperti dimanapun dan kapanpun, seyuman dia selalu begitu sempurna membuat orang susah menolaknya.

Setelah terkejut dalam waktu yang singkat, ekspresi wajah Clarice menjadi dingin. Untung saja ia tidak dituduh mempunyai penyakit delusi, jika tidak , Carol memilih waktu muncul saat di kamar hanya ada dia dan anaknya, dia pasti akan berprasangka, apakah Carol ingin mencelakai dirinya dan anaknya.

“Saya datang ke rumah sakit menjenguk mantan teman kerja ku, tahu kamu disini, jadi saya sekalian mampir melihat.” Kata Carol dengan suara yang hangat, sambil ia meletakkan bunga segar dan buah di atas meja.

Clarice membalasnya dengan senyuman, dengan sungkan mempersilahkannya duduk.

“Bayi perempuan kah? Bayi ini sangat lucu.” Carol melihat bayi yang tertidur pulas di dalam ayunan, bibirnya tersenyum, tatapannya hangat.

“Ya, perempuan.” Clarice menjawab.

Carol menjulurkan jarinya, dengan ringan ia meraba tangan kecil si bayi, bayi yang baru lahir 1 minggu yang lalu, kulit tangan kecil nya masih mengerut, tapi jari tangan bayi itu kecil dan panjang, bisa dibayangkan saat tumbuh besar pasti sangat cantik.

“Saat Dyson kecil juga begitu, alis nya sangat mirip, mirip dengan Lewis. Teringat saat dia baru menggendongnya pulang, kecil dan lemah, kita tidak begitu mempunyai pengalaman membawa anak, setiap kali Dyson menangis, membuat aku sibuk sekali. Saat itu paling takut anak sakit, menggendong ke rumah sakit untuk disuntik, menangis hingga membuat suara nya hilang, setiap kali Dyson menangis karena disuntik, aku di samping nya juga ikut menangis, sering diejek oleh teman kerja- ---”

Carol sendiri berkata tanpa henti, Clarice mendengarkan, tidak berkata apapun. Dia benar tidak tahu harus berkata apa. Dia mendengarkan kata-kata ini, bagaimana pun didengar selalu merasa Carol lah ibu kandung Dyson.

Carol juga akhirnya merasa perkataannya sedikit tidak tepat, “ Clarice, aku tidak punya maksud lain,”

Clarice tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala, dia tidak tahu apakah Carol benar-benar mempunyai niat, atau tidak mempunyai niat apapun. Tapi paling tidak, dia tidak mungkin terlihat takut di depannya. Jujur, dia seharusnya berterima kasih pada Carol , tahun dimana saat ia kosong, ia menjaga pria dan anaknya dengan baik.

Carol tidak terlalu lama berada di kamar Clarice, setelah suster datang, dia bangkit dan pamit.

“Lewis akan segera datang, kamu tidak menunggunya?”Clarice berkata. Dia bersandar di atas kasur, gayanya sedikit lemas. Operasi sesar itu mempengaruhinya stamina nya,dia sangat mudah lelah.

Suster membawakannya buah yang baru dimasak, dia menundukkan kepala meminum sup buah.

Carol sudah bangkit berdiri, senyumannya tidak berubah. “ Tidak, aku masih ada urusan lain.”

Carol keluar dari kamar Clarice, didepan lift menunggu lift. Diikuti suara ting tong, pintu lift pun terbuka, dan di dalam lift, Lewis berbadan tegap mengenakan jas hitam, baru akan melangkah keluar.

“Lewis?”Carol benar tidak menyangka akan begitu kebetulan, terkejut melihatnya, senyum di bibirnya muncul sedikit.

Lewis disini bertemu Carol , pupil matanya yang dalam terlintas ekspresi terkejut, namun CEO Tang selalu mengendalikan perasaan dengan baik, wajah tampannya tetap tenang dan santai.

“Carol Lin.” Dengan sederhana ia memanggil namanya.

Lewis dan Carol bersama-sama naik lift turun ke bawah, lalu duduk di kursi panjang yang ada di taman kecil rumah sakit itu.

Hanya 1 tahun yang singkat, Carol bertemu dengannya lagi, namun seperti ada perubahan yang begitu besar.

“Kapan datang?” Lewis bertanya.

“ 1minggu yang lalu.” Carol menjawab dengan tersenyum.

“Disana masih lancar tidak? Dia kembali bertanya, seperti teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. Setelah Carol pergi, membuang nomor handphone yang dulu, nomor handphone Lewis tidak pernah berubah, namun Carol sama sekali tidak pernah meneleponnya.

Hanya terkadang menerima MSN nya, hanya beberapa kalimat, kebanyakan berisi: Aku sangat baik, jangan rindu, atau semua nya lancar dan lain-lain.

Tapi hidup di luar negeri sendiri, kesusahan itu sudah berlalu dengan sendirinya.

“Awalnya bertemu sedikit masalah kecil, tapi semuanya sudah berlalu.”Carol dengan ringan mengangkat bahunya, ekspresi tidak peduli.

Lewis tidak lagi bertanya lebih dalam, status nya, tidak cocok. “ Kali ini pulang, mengunjungi sanak saudara?”

Ibu Carol masih di dalam negeri, wataknya dari awal memang sangat rindu keluarga, namun bersamanya di luar negeri selama beberapa tahun, malahan hampir tidak pernah pulang. Mereka dulu miskin hingga tidak sanggup membeli tiket pesawat. Lewis ingat, setiap tahun saat melewati imlek, uang Carol yang tersisa hanya bisa untuk menelepon telepon jarak jauh, dia tidak berhenti menangis saat bertelepon.

“Aku berencana menjemput ibu ke luar negeri, Lewis, aku akan segera menikah. Carol melihatnya, nada bicaranya datar.

Lewis sedikit terkejut, Carol akan menikah, tentu saja ia tidak menduga kabar ini. Bagaimana pun, dia keluar negeri baru waktu yang singkat tidak sampai 1 tahun, dan ia sudah memahami watak Carol , tipikal lamban untuk memulai sesuatu, bukankah pernikahan ini sedikit tidak serius.

“Kenapa membodoh? Jadi kamu tidak memberi selamat pada ku?”

Lewis tidak memberi selamat, malah dengan peduli bertanya, “ Pasangan mu orang yang bagaimana?”

“Dokter, dokter yang mempunyai kartu hijau.” Carol menjawab.

Lewis tanpa sadar ia mengerutkan alis, inti dari perkataan Carol ini sangat jelas berada pada kata ‘kartu hijau’, apakah dia dengan gampangnya menikah dengan seseorang, karena ia ingin menetap di Amerika, dia dulu tidak begini,dia ingat, Carol pernah berkata, tempat yang paling ia suka, ialah desa.

“Carol Lin……” dia baru bersuara, malah melihat Carol tiba-tiba bangkit, tersenyum kepada nya, “Bukankah menyuruh mu menunggu ku di mobil?Bagaimana kamu kesini.”

“Langit sudah berubah, takut kamu kedinginan, aku mengantar baju untuk mu kesini.” Pria itu berjalan ke sisi nya, dengan sangat teliti ia mengenakan jaket ke pundak Carol .

“Terima kasih.” Carol tersenyum dengan hangat, sungguh seorang wanita yang disayang dimanja. “Abang Li, aku perkenalkan sebentar, ini adalah teman kuliah ku, Lewis.”

Carol dengan alami menjulurkan tangan merangkul lengan Dokter Li, dengan wajah imut ia menyandarkan kepala ke bahunya,pandangan yang lembut menatap Lewis, “Lewis, ini adalah dokter Li, calon suami ku.”

“Tuan Tang, apa kabar.” Dokter Li lebih dulu menjulurkan tangan, sangat ramah.

Lewis tanpa terlihat menilai pria ini, hangat dan perhatian, sikap nya elegan, bisa terlihat ia seseorang yang mempunyai status dan pangkat, namun usia pria ini, setidaknya kurang lebih 50 tahun, usia begini, sudah bisa menjadi ayah Carol.

“Abang Li, aku dan Lewis masih mempunyai sedikit yang mau dibicarakan, kamu duluan kembali ke mobil menunggu ku saja.”Carol berkata pada Dokter Li.

Dokter Li mengangguk- angguk kepala, pandangannya mengarah ke Lewis, dengan sopan mengangguk kepala, kemudian berjalan ke mobil audi yang letaknya tidak jauh dari sana.

Setelah dokter Li meninggalkan tempat, Lewis dengan sangat tegas menatap Carol “Carol, kamu yakin keputusan kamu sudah dipertimbangkan sebelumnya? Pernikahan bukanlah sebuah permainan.”

Carol tersenyum pasrah, dia pun tahu setelah Lewis bertemu dengan dokter Li pasti akan merespon seperti itu, jadi, barulah ia membiarkan dokter Li tunggu di dalam mobil.

“Tentu saja, aku sangat serius. Sama seperti tahun itu aku serius dengan mu.”

Dia sangat jarang menyatakannya secara langsung di hadapannya,bibir tipis Lewis mendingin menjadi 1 garis, terdiam sejenak.

Carol tersenyum, dengan pasrah, “Lewis, untuk apa menggunakan pandangan ini melihat ku. Dulu, aku dari dulu tidak berani langsung mengatakannya pada mu seperti ini, aku sangat mencintai mu, karena aku sangat takut, takut sekali mengatakannya, kita bahkan tidak bisa berteman lagi. Dan aku tidak bilang, kamu akan selalu berpura-pura, berpura-pura, berpura-pura, seumur hidup, kita hanya akan menjadi teman.”

Carol ketika berbicara, kembali duduk di kursi panjang, sedikit mengangkat dagu, pandangannya kosong melihat ke langit yang jauh. “Sekarang, aku akhirnya sudah tidak takut, karena aku sudah menyerah. Pernah , aku mengira hidupku, bagaimana pun menjalaninya, titik akhirnya tetap kamu. Tapi sekarang, aku sudah memilih jalan yang lain, mungkin, jalan ini lah yang benar-benar milikku. Meskipun, aku masih sedikit tidak rela.”

Lewis terus terdiam, dia duduk di samping Carol, hanya menjadi pendengar yang tenang. Dia tahu, saat ini Carol tidak butuh jawabannya, hanya butuh didengar.

Kata ini sudah lama ia pendam dalam hati, setelah dikatakan, baru bisa lega. Diantara mereka, akhirnya ialah berpisah kembali pada tempatnya.

“Abang Li, usia sedikit lebih tua, namun dia benar baik terhadap ku. Saat pertama aku tiba di Amerika,bertemu banyak kesulitan, dia lah yang membantu ku menyelesaikannya. Jika tidak ada dia, aku benar-benar tidak tahu akan jadi apa. Lewis, kamu juga mengerti kondisi ku, seumur hidup ini, aku tidak mungkin menjadi seorang ibu lagi, usia sama, syarat juga sama, siapa yang mau menikahi wanita yang bahkan tidak bisa melahirkan anak.” Carol menundukkan kepala, bicara sampai disni, sedikit senyum pahit.

Lewis menjulurkan telapak tangan, menggegam sepasang tangan yang dingin bagai es itu.

“Jika, kamu bisa terus mengandeng ku seperti ini alangkah baiknya, sayangnya, kehangatan mu, ialah milik Clarice.” Dia memaksakan diri, menarik kembali tangan dari telapak tangannya. Lagi pula tidak bisa mendapatkannya, untuk apa tercekat lagi.

Dia terus terperangkap sangat dalam sangat dalam, akhirnya harus menarik diri,akhirnya, sudah harus melepaskannya.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu