Waiting For Love - Chapter 275 Sekali Saja

“Carol Lin, sadarkan sedikit dirimu.” Lewis Tang mengerutkan alisnya sambil mendorong wanita itu. Carol Lin pada dasarnya memang sudah mabuk, kakinya tidak memiliki tenaga, ketika tiba-tiba di dorong oleh Lewis Tang, dirinya langsung terhuyung-huyung ke belakang dan langsung menabrak dinding keras dan dingin di belakangnya.

Dia kesakitan sampai punggungnya mati rasa, alisnya cantiknya berkerut dalam. Tetapi matanya justru terus menatap punggung Lewis Tang, terdengar perasaan terkejut di balik nada bicaranya, "Huh, Clarice?"

Sekali mendengar Carol Lin membuka mulutnya dan mengucapkan 'Clarice' satu kata itu, Lewis Tang refleks menoleh ke belakang, melihat ke arah mata Carol Lin memandang, dan melihat Clarice Lu yang tidak tahu sudah sejak kapan berdiri tidak jauh di belakang mereka.

Wanita itu mengenakan gaun panjang berwarna merah muda, kado yang belum lama dia berikan kepada Clarice setelah dirinya kembali dari perjalanan bisnis ke luar negeri beberapa waktu yang lalu. Warna merah muda yang cantik itu semakin membuat wajahnya terlihat pucat seperti tidak ada darah, mata jernihnya diisi dengan perasaan sakit dan kehilangan.

"Clarice!" Dalam dunia bisnis, Lewis Tang adalah seorang yang selalu tenang dan penuh percaya diri, seorang pria yang selalu berhasil dalam melakukan hal apapun. Tetapi, detik itu, perasaan panik tiba-tiba menyeruak dari dalam lubuk hatinya. Dirinya tidak tahu harus bagaimana menjelaskan situasi tadi kepada Clarice agar wanita itu bisa percaya.

Dan lagi, Clarice Lu sama sekali tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan. Dengan sepatu hak tinggi yang melekat di kakinya, wanita itu berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Lewis Tang langsung terburu-buru pergi mengejar wanita itu, dirinya akhirnya berhasil menahan wanita itu di depan pintu masuk sebuah restoran.

"Clarice, dengarkan penjelasanku......"

"Masih ada lagi yang harus kamu jelaskan? Lewis Tang, apa kamu ingin memberitahu ku bahwa kamu dan dia hanyalah teman?!" Clarice Lu dengan sekuat tenaganya menarik tangannya lepas dari genggaman pria itu, sambil melotot ke arahnya, "Lepaskan aku, Lewis Tang, apa kamu tidak merasa malu?"

Lewis Tang menegaskan kalau memang dirinya ingin memiliki hubungan dengan Carol Lin, dia juga tidak perlu menunggu selama lima tahun. Dirinya juga benar-benar bodoh karena bisa langsung percaya dengan ucapan pria itu.

Semua hal yang ada tidak mungkin tidak mengalami perubahan, mungkin mereka dulunya memang tidak memiliki hubungan apa-apa, tetapi itu tidak bisa membuktikan bahwa mereka tidak memiliki apa-apa sekarang.

Lima tahun yang lalu, dia juga mengira bahwa dirinya sudah selesai bermain dengan Lewis Tang, tetapi lima tahun kemudian, dirinya masih mengambil buku nikah bersama pria itu.

Pikiran Clarice Lu sedikit berantakan, satu-satunya hal yang terlintas di benaknya adalah kabur. Dia menjulurkan tangannya dan memanggil sebuah taksi, ketika dirinya membuka pintu mobil itu dan hendak naik ke dalamnya, pintu mobil itu justru sekuat tenaga ditahan oleh Lewis Tang.

"Clarice......" Ekspresi wajah pria itu juga terlihat buruk, alisnya berkerut dalam dan ekspresi wajahnya terlihat sangat serius.

"Lewis Tang, kalau seandainya kamu tidak membiarkanku pergi, aku tidak tahu akan ada hal apa yang terjadi kepadaku." Mata Clarice Lu yang menatap dirinya itu dingin seperti es.

Lewis Tang tidak memiliki pilihan lain, dirinya hanya bisa menurunkan lengannya dengan lemas dan terus memandangi sosok wanita itu yang pergi menjauh dan menghilang dari pandangannya di dalam taksi itu. Saat itu, hatinya benar-benar panik, tetapi dia justru tidak memiliki kemampuan untuk berbuat apa-apa.

Perasaan semacan itu, sudah lama tidak pernah muncul.

"Lewis." Detik itu, Carol Lin keluar dari dalam restoran dan berjalan mendekat ke arah pria itu, dia memandangi pria itu dengan wajah yang dipenuhi perasaan bersalah, tetapi belum sempat dirinya mengucapkan perkataan maaf itu, matanya sudah langsung bertemu dengan pandangan dingin mata pria itu.

Tubuh Carol Lin refleks bergetar untuk beberapa saat, dirinya melihat perasaan curiga dan benci yang terpapar jelas di balik mata pria itu.

Kemunculan Clarice Lu itu memang terlalu kebetulan, sampai membuat Carol Lin tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal itu.

"Kamu mencurigai diriku?" Ucap Carol Lin pahit, suara seraknya terdengar sangat menyayat, "Lewis Tang, kita sudah berteman selama bertahun-tahun, apa dimatamu aku adalah orang yang seperti ini?"

Pandangan dalam milik Lewis Tang itu bagaikan sebuah pusaran dalam tanpa dasar, membuat orang tidak bisa menebaknya. Dirinya hanya bisa merasakan aura dingin dan penuh kebencian yang dipancarkan oleh pria itu.

"Aku juga berharap kalau dirimu bukanlah orang yang seperti ini." Setelah melontarkan kalimat itu dengan dingin, pria itu langsung memutar tubuhnya dan pergi.

Carol Lin yang dulu memang merupakan seorang wanita yang membanggakan dan baik hati, bukanlah tipe orang yang suka melakukan hal-hal kecil seperti itu. Tetapi setelah kejadian ‘kartu undangan’ itu, kepercayaan yang Lewis Tang miliki untuk wanita itu sudah lenyap.

Carol Lin seorang diri tertegun di depan pintu restoran itu, kemudian, Alex dan Falcon Jiang yang sudah lama menunggu mereka yang tidak kunjung kembali itu juga pergi keluar.

“Carol, kamu kenapa disini? Bagaimana dengan Lewis?” Tanya Falcon Jiang.

Carol Lin menggigit bibirnya dengan kuat, tidak berbicara sama sekali, Alex yang dengan cepat menyadari bahwa ada yang aneh dengan wanita itu, kemudian bertanya dengan cemas, “Carol, kenapa kamu?”

Carol Lin menceritakan sebagian besar kejadian itu sambil terisak, kemudian wanita itu berjongkok di lantai sambil memeluk lututnya dengan kedua lengannya, meskipun tubuhnya sudah terbenam seperti itu, tetapi dia masih tidak berhenti gemetar, dirinya benar-benar terlihat tidak berdaya.

Alex melepaskan mantel yang dikenakannya dan meletakkannya di atas tubuh Carol Lin. Dengan sedikit kesal, dirinya berkata, “Sikap cemburu Clarice Lu itu benar-benar tidak masuk di akal. Terlebih lagi, Carol bukan hanya berdua saja bertemu dengan Lewis.”

“Semua itu salahku, aku yang mabuk, pikiranku berantakkan dan aku memeluk Lewis.” Ucap Carol Lin menyalahkan dirinya, meskipun wanit itu tidak menangis, tetapi suaranya sudah terdengar serak.

“Tidak ada salahnya sebagai teman untuk berpelukkan sebentar, dia juga bukan menangkap kalian sedang bermesraan di atas tempat tidur. Apa perlu untuk dirinya sampai membesar-besarkan masalah kecil seperti ini? Kamu juga jangan memikirkan hal yang tidak-tidak, ayo jalan, aku antar kamu pulang.” Ucap Alex.

Falcon Jiang adalah orang luar, pria itu tidak bisa memberikan komentar apa-apa, dan begitu saja, pertemuan mereka kali ini berakhir.

Di sisi lain, Clarice Lu duduk di dalam taxi, mobil itu menyusuri jalanan ibu kota dengan kecepatan yang lambat, tanpa arah dan tujuan.

“Nona, sebenarnya mau pergi kemana?” Tanya sopir taxi itu.

Clarice Lu menatap ke luar jendela mobil dengan pandangan mata yang kosong, lampu-lampu di balik jendela itu, satu persatu mulai menyala, cahaya lampu yang gemerlapan membuat mata orang menjadi berkunang-kunang. Dia kemudian dengan ragu menoleh ke arah sopir yang berada di depannya itu sambil menjawab degan datar, “Terserah kemana.”

Sopir itu tidak memiliki pilihan dan hanya bisa terus berputar-putar di jalan itu.

Mobil itu membuka radio, dan stasiun radio itu sedang memutar lagu Aska Yang yang berjudul “Sekali Saja”.

Sekali saja, biarkan diriku mengajakmu pergi melihat dunia ini bertambah tua

Tertawa di hari-hari yang disirami cahaya matahari

Berteriak dengan bebas di alam yang terbuka

Kamu pasti tahu, satu hal yang paling aku inginkan

Bumi masih kecil, biarkan diriku menemanimu pergi sampai ke ujung dunia

Berhenti mencari di dalam sudut tanpa kerisauan

Perlahan-lahan bertambah tua dalam hari-hari yang bebas

Kamu pasti tahu, seluruh jantungku

Berdetak hanya untukmu

Clarice Lu mendengarkannya dengan diam sambil mengepal tanganya dengan erat, hatinya tiba-tiba terasa perih, pandangan matanya sedikit menjadi buram, lalu air mata yang tidak bisa ditahannya itu jatuh mengalir di atas pipinya.

Dunia bertambah tua, penghujung waktu. Lirik yang sangat meluluhkan hati. Tetapi, dunia yang bertambah tua, hal yang tidak bisa diubah bahkan oleh maut dan kematian, apa kedua hal itu benar-benar ada dalam dunia ini? Itu jelas-jelas adalah cinta antara dua orang, tetapi justru harus dibuat menjadi kisah rumit antara tiga orang, dirinya benar-benar lelah, hatinya lelah.

Sebelumnya, dia masih membodohi dirinya sendiri dengan berpura-pura seperti dirinya tidak mengetahui apapun, membohongi dirinya sendiri bahwa sebenarnya tidak ada apa-apa antara Lewis Tang dan Carol Lin.

Tetapi sekarang, dia menyaksikan mereka berpelukan dengan bola matanya sendiri yang kemudian dilepaskan secara paksa hanya untuk membohongi dirinya, alasan untuk dia membodohi dirinya sendiri pun sudah tidak ada.

Elsa Mo berkata, ketika dia melihat Chris Lu dan Fey Xiao keluar dari dalam hotel dengan mata kepalanya sendiri, dia memilih untuk keluar.

Sedangkan dirinya, apa dirinya bisa begitu saja berbalik tubuh dan pergi? Kalau dia pergi, bagaimana dengan Dyson? Hati Clarice Lu kacau balau.

Nada dering hpnya tiba-tiba berbunyi, Clarice Lu mengeluarkan hpnya dan mengangkat telepon itu, lalu dari balik telepon itu terdengar suara marah Elsa Mo, “Clarice Lu, pergi kemana kamu?!”

Di saat itulah Clarice Lu baru teringat bahwa dirinya meninggalkan Elsa Mo seorang diri di dalam restoran itu.

Pada awalnya, setelah mereka selesai SPA, Clarice Lu sudah memesan dua tempat untuk makan makanan laut prasmanan sepuasnya di sebuah restoran berputar, tetapi Elsa Mo tiba-tiba ingin makan makanan jepang, karena itu mereka datang ke restoran jepang paling terkenal di Kota B itu.

Clarice Lu benar-benar sedikit menyesal tidak mamaksa wanita itu untuk pergi makan makanan laut sepuasnya. Kalau dia tidak muncul disana, dirinya tidak akan pernah melihat pemandangan itu, dan dirinya paling tidak masih bisa terus membodohi dirinya.

“Aku tiba-tiba merasa tidak enak badan, jadi aku pulang duluan, kamu bisa memakannya sendiri.” Clarice Lu tidak ingin memberikan banyak penjelasan, setelah selesai mengucapkan itu, dia langsung menutup telepon itu.

Dia berpikir, Elsa Mo pasti sangat marah sekarang dan mencaci maki dirinya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Tetapi sekarang, Clarice Lu tidak ingin memikirkan hal-hal seperti itu.

Mobil itu sudah berputar berkali-kali di jalan itu, ketika waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul dua dini hari, Clarice Lu barulah kembali ke vila yang dirinya tempati bersama Lewis Tang.

Taxi itu berhenti di depan pintu gerbang vila tersebut, sopir itu melihat-lihat vila yang berada di depan hadapannya itu, kemudian melihat dirinya dengan semacam pandangan yang terlihat sangat terkejut, biasanya, yang tinggal di tempat seperti itu adalah orang kaya yang di antar jemput oleh mobil mewah, mana ada yang duduk taxi. Sopir itu kemudian langsung memikirkan hal yang tidak-tidak terhadap Clarice Lu.

Clarice Lu juga malas mempedulikan bagaimana orang yang tidak dia kenal memikirkan dirinya, setelah dirinya membayar biaya taxi itu, dia mengambil kunci elektriknya lalu membuka pintu itu, kemudian dirinya berjalan masuk ke dalam vila itu.

Lampu ruang tamu di lantai satu terus menyala, Lewis Tang duduk di atas sofa kulit asli dengan tubuhnya yang masih mengenakan kemeja dan celana panjang yang belum sempat digantinya itu. Kepalanya sedikit tertunduk, satu tangannya menopang dahinya, matanya penuh dengan perasaan lelah.

Mendengar bunyi pintu masuk itu dibuka, dia langsung berdiri dan berjalan kesana, ketika melihat Clarice Lu berjalan masuk, dirinya langsung menarik wanita itu masuk dalam pelukkannya, mendekap wanita itu dengan sangat erat.

Clarice Lu tidak bergerak, wanita itu membiarkan dirinya memeluknya sesuka hatinya. Hanya saja, pandangan matanya itu sangat dinign, tidak ada sedikit perasaan apapun yang muncul dari baliknya.

“Clarice, aku benar-benar takut kamu tidak akan kembali lagi.” Ucapnya dengan pelan disamping telinga wanita itu

Setelah pergi dari restoran jepang itu, Lewis Tang langsung mengendarai mobil kembali ke vila. Kecuali pulang dan menunggu wanita itu, dirinya seperti tidak bisa melakukan apapun.

Bagi Lewis Tang. waktu beberapa jam yang pendek itu justru terasa sangat panjang dan lama. Dia menunggu dengan penuh kecemasan dari tengah malam hingga subuh.

Bahkan untuk sedetik, Lewis Tang sampai berpikir bahwa wanita itu tidak akan kembali lagi. Sampai-sampai dirinya sudah bersiap untuk terus menunggu.

Hanya saja, dalam kondisi yang tidak memiliki harapan sedikitpun seperti itu, dia tidak tahu apakah dirinya sendiri masih memiliki tekad atau tidak untuk menunggu lima tahun lagi, atau bahkan lebih lama lagi dari itu.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu