Waiting For Love - Bab 230 Clarice, Kamu Tidak Akan Tahu Kapan Kamu Akan Dijual

Sekujur tubuh Charles penuh dengan luka, dia langsung diantarkan ke ruang ICU, Clarice merangkul Dyson duduk dan menunggu didepan koridor panjang di luar ruang operasi.

Koridor rumah sakit ditengah malam sunyi dan kosong, hanya ada lampu di ruang operasi saja yang masih menyala, membuat orang muncul rasa takut.

“Kakak, apakah Paman Charles akan mati?” Dyson bersembunyi dalam pelukan Clarice dan bertanya dengan suara pelan.

“Tidak, dia pasti tidak akan apa-apa.” Jawab Clarice, namun suaranya terdengar begitu lemas.

Penantian selalu panjang dan menderita, Clarice memeluk Dyson dan sudah tidak tahu berapa lama mereka menunggu disana, sepertinya langit diluar sana sudah hampir terang barulah pintu kamar operasi terbuka.

Dokter yang mengenakan masker berwarna biru bergegas keluar terlebih dahulu, Clarice langsung berdiri dengan tanpa sadar, dia menatapinya, otaknya seolah sedang dalam kondisi lag, sesaat kemudian dia baru bertanya dengan bahasa Prancisnya yang kurang bagus itu, “Dokter, bagaimana keadaan temanku sekarang?”

Charles tidak mempunyai ancaman nyawa, hanya saja tulang kakinya yang tertimpa patah, setelah selesai operasi, dia masih harus menjalani masa pemulihan yang panjang, dokter juga tidak berani memastikan apakah kakinya akan sembuh seperti sebelumnya.

Kaki Charles patah demi menolong Clarice, ini membuat Clarice merasa sangat bersalah, dia menitipkan Dyson kepada Kakak Ipar yue dan dirinya menjaga Charles dirumah sakit dengan kondisi tubuhnya yang juga sakit.

Panas yang tidak kunjung reda telah membuat Clarice sedikit radang paru-paru, setiap hari setelah infusnya habis, dia bergegas ke ruang pasien Charles untuk menjaganya, meskipun kaki Charles terluka, namun dia tetaplah santai, sesuai dengan perkataannya : menggunakan kaki untuk mengganti istri, lumayan bagus.

“Clarice, apakah bagiku ini adalah sebuah hadiah pemberian setelah aku menderita bencana besar?” dia terbaring diatas kasur, kedua tangannya menopang dibelakang kepala, dia memakan buah yang dikupaskan kulit oleh Clarice.

“Iya, kamu sungguh beruntung.” Clarice menjawabnya dengan asal, dia tahu apa yang ingin diungkapan oleh Charles, namun dia selalu mencoba untuk menghindar dari topik tersebut.

Charles sedikit mengerutkan keningnya, ekspresinya sedikit muram, setelah bangun dari operasi, dia sudah mencoba Clarice berulang kali, namun setiap kalinya jika asal bilang maka Clarice akan langsung menghindar.

Sepertinya pahlawan menolong wanita cantik, wanita cantik menikahi pahlawan memang adalah sebuah kebohongan dari dongeng.

“Clarice, aku tidak suka bolak-balik dan terus menebak, aku menyukaimu, menurutku aku sudah mengekspresikannya dengan jelas, bagaimana denganmu, apakah kamu sama sekali tidak mempunyai rasa terhadapku?”

Charles akhirnya mengganti pencobaannya menjadi pertanyaan langsung.

Clarice tengah menundukkan kepalanya dan mengupas apel, dia tidak tahu harus bagaimana karena pengekspresian dari Charles, dia meletakkan pisau dan apel disamping kasur, dan menatapi Charles.

Dia menatapi wajah gantengnya, didalam hati Clarice, Charles hanyalah seorang lelaki besar, cerita dan terus terang, namun dia sudah tua, bukan karena umur, melainkan hati, hatinya sudah letih.

“Charles, jika duduk seperti ini juga sedikit bosan, aku akan bercerita untukmu.”

“Kamu bersedia baca maka aku pasti bersedia untuk mendengarkan.” Dia ingin mengetahui apa yang ingin diceritakan Clarice, dia juga penasaran dengan masa lalu Clarice.

Clarice sedikit menundukkan kepalanya, dia menenangkan ekspresinya dan berkata dengan santai, “Ketika aku berumur 15 tahun, aku mengenal seorang lelaki, dia sangatlah baik denganku, dia sangat menyayangiku, ketika berumur 20 tahun, aku melahirkan seorang anak untuknya, itu adalah persatuan dari cinta kami, tapi dia malah memberitahuku, kami tidak bisa bersama, aku tahu dia bukannya tidak mencintaiku, hanya saja tidak bisa, kami sama-sama pernah menderita, dan berusaha mengelak, tapi kenyataan tetaplah terlalu kejam.

Charles terbaring di kasur, kerutan didahinya semakin dalam.

Clarice tidak terbiasa untuk menceritakan masa lalunya kepada seseorang yang tidak begitu dikenalnya, suaranya terus terputus dan terhenti.

“Aku menggunakan waktu 10 tahun untuk berusaha mencintai seseorang, bahkan sampai sekarang, aku masih saja mencintainya, jadi Charles, aku tidak lah sama dengan yang kamu bayangkan, jika aku hanya lah seorang ibu biasa yang habis bercerai, aku akan mempertimbangkan untuk memulai kehidupan baru denganmu, namun kenyataannya, hatiku terlalu penuh, hingga tidak muat untuk orang lain lagi, bagimu ini tidaklah adil.”

Clarice juga terlihat lumayan susah untuk mengatakan semua ini, perlahan, dia mengangkat kepalanya dan menatapi Charles yang berada diatas kasur, dan kebetulan Charles juga sedang menatapinya, tatapan mereka berdua saling bertemu.

Ekspresi Charles terlalu serius, dia mengulurkan tangan dan memegang tangan Clarice yang putih dan dingin, “Dasar bodoh, memang tidak ada keadilan diantara percintaan, aku tidak apa-apa jika didalam hatimu masih ada orang lain, hanya perlu kamu berada didalam hatiku saja itu sudah cukup, Clarice, aku juga akan menyayangimu, bahkan aku berjanji untuk tidak membuatmu terluka.”

Clarice sedikit kehabisan kata-kata untuk membalasnya, Charles yang keras kepala membuatnya merasa sakit kepala.

“Kamu istirahat sebentar, aku akan membelikan makanan untukmu.” Clarice berdiri dan mencari alasan untuk meninggalkan kamar, jika begitu terus, yang tersisa hanya lah canggung.

Charles sangatlah bagus, hanya saja mereka bertemu disaat yang salah.

Clarice keluar dari kamar, diluar dugaan, di koridor yang panjang, dia bertemu dengan orang yang tidak semestinya muncul disini.

Lewis, dia berdiri di ujung koridor, satu tangannya dimasukan kedalam kantong, mukanya muram, sepasang matanya menatapi Clarice seolah melihat semuanya.

Dibawah sadar Clarice, dia ingin berputar badan dan kabur, namun, baru saja dia berputar badan, Lewis sudah melangkah cepat dan menarik tangannya.

“Lewis, lepaskan aku!” Clarice mengelak, dia berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Lewis, namun Lewis tetap mencengkram tangan Clarice dengan erat, Clarice sudah menggunakan sekujur tenaganya namun tetap saja tidak bisa terelak.

Lewis melototnya dengan mata yang merah, dia sempat berpikir untuk mencekiknya sampai mati saja, dasar siluman kecil yang menganggu.

Seusai berkata seperti itu dia langsung meninggalkannya dan tidak mempedulikannya, siapa juga yang tahu betapa Lewis mengkhawatirkanya, beberapa hari ini, Lewis mencarinya kemana-mana hingga hampir tidak makan dan minum.

Ini adalah Paris yang berada diluar negeri, ini bukanlah tempat yang bisa dia kontrol sewenang-wenang, betapa susahnya untuk mencari seseorang disebuah kota yang besar.

Suara perdebatan dikoridor menarik perhatian Charles, dia melihat Clarice tengah ditarik oleh seorang lelaki, dengan kakinya yang patah, dia berjalan dengan pincang dan mencoba untuk memisahkan mereka.

“Lepaskan dia.” Namun sebelum Charles selesai berkata, Lewis sudah mengayunkan tinjunya kearah dia.

Charles tertinju, badannya termundur, terakhir dia juga tidak berdiri dengan baik dan terjatuh kelantai.

“Charles!” Clarice menjerit, disaat panik, dia mengigit tangan Lewis dan Lewis akhirnya melepaskan tangannya, bukan karena rasa sakit ditangannya, melainkan adalah rasa sakit didalam hatinya.

Haha, demi lelaki lain, wanita miliknya mengigitnya tanpa berbelas kasihan.

“Charles, apakah kamu baik-baik saja?” Clarice menunduk didepan Charles, dia berusaha untuk membantunya berdiri.

Dibawah bantuan Clarice, Charles akhirnya menstabilkan badannya dengan susah payah, satu tangannya memegang erat tangan Clarice, seolah takut dia direbut, tatapannya siaga menatapi Lewis yang hanya berjarak selangkah saja dari mereka.

Saat ini, Lewis juga menatapinya, tatapannya penuh dengan ketidak pedulian, mengalah untuk mendapatkan belas kasihan dari wanita, perbuatan ini tentu saja membuat Lewis merasa jijik.

“Didalam rumah sakit ada suster dan juga perawat, kamu membiarkan seorang pasien untuk melayanimu sungguh membuat aku terkejut, Tuan Muda Kedua keluarga Lin, Tuan Charles.”

Charles jelas terlihat tercengang, di Paris, hampir tidak ada orang yang mengetahui latar belakangnya, namun orang didepannya ini seolah mengetahui semuanya, namun dia sama sekali tidak mengetahuinya, ini membuatnya tercengang dan tidak tenang.

Lalu dia mengetakan pasien, Charles langsung melirik kearah Clarice, pantas saja dia terlihat kurang fit, jangan-jangan demamnya masih belum sembuh?

“Clarice.” Baru saja dia ingin membuka mulut, dia langsung dipotong oleh Clarice.

“Tuan Muda Kedua Keluarga Lin?” Clarice menatapinya sambil mengerutkan keningnya.

Charles menutup rapat bibirnya, seketika dia tidak tahu bagaimana cara untuk menjelaskan, dia terdiam, membuat Lewis mempunyai kesempatan untuk membuka mulutnya.

“Kamu tidak tahu dengan latar belakang orang ini, dan kamu langsung begitu baik terhadapnya, Clarice, kamu tidak akan tahu kapan kamu akan dijual.” Lewis melangkah maju, kali ini, dia langsung mernagkul Clarice kedalam pelukannya.

Tangannya langsung ditempelkan kedahinya, suhu ditangannya terasa panas, kondisi seperti dia seharusnya masih dirawat, tapi dia malah sedang sibuk mengurusi orang lain.

“Jangan sentuh aku.” Clarice menarik tangan Lewis dari keningnya, dia mengelak dari pelukannya, namun dia langsung digendong oleh Lewis.

“Sebaiknya kamu tenang sedikit, jika tidak aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan.” Bibir Lewis menempel dimukanya dan berbisik kepadanya.

Clarice dibawah olehnya kedalam ruangan pemeriksaan saluran pernafasan, dokter melakukan pemeriksaan yang detail kepadanya, masih saja panas yang disebabkan oleh radang paru-paru ringan, penyakit ini tidak lah parah namun juga tidaklah ringan, tapi masih saja perlu dirawat dengan baik.

Lewis melihat menatapi proses dia diinfus, dan makan obat, setiap hari, Kakak Ipar Yue akan membawa Dyson kesini sekali, Dyson sangatlah pintar dan pengertian dihadapan Lewis, terkadang dia juga sengaja membuat Clarice senang.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu