Waiting For Love - Bab 260 CEO Tang bukan serba bisa

Setengah piring nasinya, handphone Clarice Lu tiba-tiba berbunyi, dia melihat tampilannya, ternyata adalah Lewis Tang yang menelponnya.

Clarice Lu meletakkan sumpitnya, mengambil handphone, berdiri dan berjalan kesamping untuk mengangkat teleponnya.

“Ada masalah?”

“Tolong belikan satu bungkus nasi.” Kata Lewis Tang, nada suaranya itu, seperti seorang bos memerintah anak buahnya.

Clarice Lu mengedipkan matanya, dan bertanya kepadanya, “Kamu ingin makan apa?”

“Terserah.” Jawabnya.

Terserah? Dimenu sini tidak ada sayur itu.

“Aku siang ini makan nasi cumi, rasanya lumayan, aku bungkusin satu mau?”

“Oke.” Lewis Tang menjawabnya dengan mudah, dari suaranya sana terdengar suara lain, Clarice Lu tidak terlalu jelas mendengarnya, sepertinya ada hubungannya dengan pekerjaan. Lewis Tang sepertinya benaran sibuk, sibuk sampai tidak punya waktu untuk makan siang, hanya bisa menyuruh bawahan untuk membungkuskannya.

Clarice Lu kembali ketempat duduknya, memanggil pelayan membungkus satu porsi nasi cumi, ditambah dua macam sayur lain, Lewis Tang juga tidak pemilih makan, dan juga tidak ada makanan yang dia sama sekali tidak sukai, jadi, dia bisa bebas memilih dua macam sayur.

Mereka keluar makan bersama, tetapi bayar masing-masing, Clarice Lu membayar makanan sendiri, dan makanan yang dia bungkus.

Dia mengambil bungkus makanannya, dan Annie Liu menunggu berapa temannya untuk keluar bersama.

“Clarice Lu, kamu bungkus ini untuk siapa?” Tanya Annie Lu

“Lewis Tang.” Clarice Lu langsung menjawabnya.

Dia tidak terlalu mempedulikan, tetapi beberapa teman yang disekitarnya itu terkejut. Selanjutnya, Clarice Lu baru menyadari kesalahannya begitu berat.

Disekitar kantor, dia harusnya menyebut Lewis Tang dengan sebutan: CEO, atau CEO Tang. Pokoknya, tidak boleh langsung menyebutkan namanya.

“CEO Tang, seperti menyebut namanya kan.” Dia memperbaikinya sedikit.

Untung saja, beberapa orang disana tidak mencurigai hubungannya dengan Lewis Tang, malahan menganggapnya sebagai karyawan yang tidak hormat kepada atasan.

“Clarice Lu, kamu tidak boleh langsung menyebut nama CEO Tang dikantor ini, ini sangat tidak sopan, kesalahan ini bisa membuatmu kehilangan pekerjaan ini.” Annie Liu memperingatinya.

Clarice Lu mengangguk, kemudian, seorang diri berjalan di trotoar menuju gedung kantor.

Seharian, yang dia lihat adalah surat perjanjian pernikahan itu, melihatnya sampai mata pun kabur.

Waktu pulang, pegawai kantor satu per satu pergi, karena kantor masih ditahap persiapan, masih belum sampai ditaham lembur.

Tetapi Lewis Tang malahan sangat sibuk, dia menelpon kepadanya duluan, malam nanti masih ada urusan, tidak perlu menunggunya pulang.

Menutup telepon, Clarice Lu menggerakkan bahunya dan tidak berdaya, kemudian merapikan mejanya sebentar, mematikan komputer, keluar dari ruangan.

Clarice Lu tidak ada kendaraan, untuk pulang hanya ada dua pilihan, yang pertama adalah memesan taxi, kedua adalah berhimpitan di bus.

Dia tidak terlalu mengenal jalanan disini, jadi, hanya bisa berdiri didepan gedung perusahaan memesan taxi online, pas disaat pulang itu, taxi sangatlah susah didapat, dia sudah menunggu dua puluhan menit, dan masih tetap menunggu ditempat.

Ditengah kepusingannya, sebuah mobil hitam dengan perlahan berhenti didepannya, jendela mobilnya terbuka, terlihat seorang pria dewasa, itu adalah Kevin Lu, yang tadi siang memberikannya tugas.

“Tempat ini tidak mudah untuk memesan taxi, mau kemana, kalau sejalan aku bisa antarin kamu sebentar.” Dia mengeluarkan kepalanya, berbicara kepada Clarice Lu.

Clarice Lu tidak mau merepotkan orang, apalagi, mereka hanyalah orang yang bertemu satu kali, sama sekali tidak dekat. Tetapi keadaan disana sangatlah berantakan, dia tetap menunggu, sepertinya akan pulang saat hari sudah gelap nanti.

“Green Villa.” Di menyebutkan alamatnya, tidak jauh dari villa Lewis Tang.

Mungkin, Kevin Lu tidak begitu mengerti alamat villa Lewis Tang, tetapi villa nya disana itu sangat menarik perhatian orang, membuat semua orang kantor menjadi tahu alamat dia, hanya bisa merepotkan, bisa-bisa menjadi tempat minum teh atau café.

“Iya, tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku, berputar satu jalan lagi, pas sekali bisa mengantarkanmu.” Kevin Lu ini sangat ramah, juga tidak jujur.

Clarice Lu berterimakasih, membuka pintu sampingnya dan duduk kedalam.

Ditengah jam pulang itu, tidak bisa dipungkiri akan macet, Kevin Lu memberhentikan mobilnya ditempatnya, sudah satu jam lebih.

Clarice Lu turun, dan berterimakasih lagi, kemudian, melihat mobilnya pergi, baru saja melangkah menghampiri villa. Kurang lebih 1.5kilometer jalan, berjalan kaki sedikit lebih jauh, apalagi dia memakai high heels, tetapi tempat ini, jarang ada taxi yang melewati, bus juga setengah jam muncul sekali, dengan waktu ini, dia sudah sampai dirumah.

Tidak tahu ada apa dengan hari ini, Clarice Lu baru saja melewati jalan, mendengar ada seseorang yang memanggil namanya.

Dia langsung membalikkan badannya, hanya melihat sebuah mobil mewah berhenti diseberang jalan, mobil yang biasa mengantarkan Dyson ke sekolah.

Jendela mobil diturunkan, terlihat wajah Dyson yang lembut dan putih itu, tertawa memanggilnya: “Kakak.”

Clarice Lu tersenyum lebar, menggunakan high heels, melangkah mendekatinya. Dysonnya, benaran adalah malaikat kecilnya.

Dia masuk kedalam mobil, supir tertawa dan berkata,”Mata Dyson sangat tajam, berjarak begitu jauh, dia bisa tahu itu adalah nyonya.”

Clarice Lu tersenyum, mengulurkan tangannya menggelitik badan anaknya, tatapannya penuh dengan cinta. Dyson dengan manjanya bersender dipelukkannya, seperti seekor burung, bersuara dan menceritakan apa yang dibuatnya disekolah.

Lewis Tang pulang ke villa saat malam jam sembilan, Clarice Lu dan Dyson sedang berada di ruang tamu duduk di karpet dan memasang puzzle.

“Kenapa belum tidur?” tangannya memegang tas dan melepas jasnya meletakkan di sofa, tangannya melepaskan dasi dilehernya.

“Puzzle yang baru dibeli, sangat susah.” Clarice Lu menunjuk puzzle Dyson yang berantakan, dengan wajah yang kusut. Kalau tahu dari awal tidak mau membelikannya puzzle pemandangan seperti ini, dengan besarnya langit, hanya ada biru putih dua warna, sepertinya semuanya kurang lebih, susah dilihat bagian mana diletakkan dimana. Dyson sangat penasaran dengan semua ini, tidak diselesaikan sekarang, dia tidak tidur.

Disaat itu, Clarice Lu merasakan kepalanya membesar dua kali lipat, melihat Lewis Tang pulang, seperti melihat dewa penolongnya datang.

Mata hitam Lewis Tang melirik kebawah dengan tajam, dengan cepat melihat potongan puzzle itu, kemudian melipat lengan kemejanya, duduk disamping Clarice Lu dan Dyson, mengambil sepotong puzzle disana.

“Hari ini betah dikantor tidak?” Dia melihat potongan puzzle, malahan bertanya dengan hal yang tidak berkaitan.

“Iya, lumayan.” Clarice Lu mengangguk, melihatnya meletakkan potongan puzzle pada tempat yang salah, dan memperingatinya, “Ini harusnya diletakkan diatas, yang putih itu awan.”

“Gedung tinggi juga putih.”Jawabnya.

Setelah beberapa saat……

“Papa, ini sepertinya bukan begini cara memasangnya.” Dyson juga melihat ketidak benaran, dan mengambil potongan puzzle sambil membandingkan.

Lewis Tang mengerutkan keningnya, dia tidak ada kesabaran dengan permainan menguras waktu dan otak seperti ini.

Disamping, tiba-tiba Clarice Lu tertawa, sambil dengan nada bercanda:”Ternyata Lewis Tang bukan serba bisa juga, dia bisa dikalahkan dengan sebuah permainan puzzle kecil.”

Lewis Tang lebih mengerutkan kening, sambil berdiri dan menepuk tangannya, melihat ke Dyson dan berkata,”Sudah malam, cepat tidur, besok main lagi.”

“Oh.” Dyson mendengarkan dan mengangguk, sambil merapikan potongan puzzle yang berserakan dilantai, memunggutnya dan berlari kelantai atas.

Setelah Dyson kembali ke kamar, Lewis Tang merasa dunia sangat tenang.

Dia duduk diatas sofa kulit yang besar, dengan keletihannya sambil memijat bagian tubuhnya yang pegal.

“Minum?” Clarice Lu bertanya, saat dia masuk, dia sudah mencium aroma alkohol.

“Iya.” Jawab Lewis Tang dengan suara kecil,tubuhnya yang besar terdampar disofa.

Clarice Lu membalikkan badannya menuju dapur, menuangkannya secangkir teh hijau kepadanya, sambil berkata:”Kurangi alkohol, alkohol bisa merusak tubuh,kamu kira badannya mu ini masih muda.”

Lewis Tang meminum tehnya,, tersenyum, mengangkat kepalanya memandang dia, “Perkataan ini, sepertinya kamu tidak suka aku tua.”

“Kamu memang lebih tua dari aku, jadi, CEO Tang, kalau kamu tidak menjaga tubuh, hati-hati aku akan mencari yang muda diluar sana.” Clarice Lu tertawa, dengan suaranya yang semakin menurun, dan orangnya juga langsung berada dipelukkannya.

“Kamu berani!” Dengan tegas dia berkata, tatapannya yang lembut dan dengan bibir yang tipis menempel ke bibirnya.

Aroma alkoholnya pun bercampur disana, membuatnya tergoda. Dan, Clarice Lu juga tidak berdaya ditengah keromantisan dan ciumannya. Dia ada sedikit bergerak, dan menolak berkata,”Lewis Tang, lepaskan, hati-hati Dyson datang tiba-tiba nanti.”

“Kenapa kalau dia lihat!” Lewis Tang menaikkan alisnya, tetapi tetap melepas dekapannya kepada Clarice Lu.

Clarice Lu dan dia duduk bersama di sofa, sambil memegang bantal disamping dan memeluknya, dan menghela nafas. Identitasnya sekarang, tetaplah ibu dari Dyson. Anak itu juga akan tetap memanggil dia ibu untuk seterusnya.

Mendengar Dyson memanggilnya kakak, Clarice Lu ingin sekali memberitahunya kebenaran.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu