Waiting For Love - Bab 268 Menggunakan Cinta untuk Menyakiti Orang Lain

Saat Clarice pergi dari kantor polisi, hujan mulai turun rintik-rintik, ia tak membawa payung, oleh karena itu ia terus berdiri di depan pintu menunggu taksi.

Hujan turun semakin deras, tetesan air hujan yang turun begitu besar dan lebat, seketika, langit pun dipenuhi dengan tetesan air hujan yang membuat pandangan mata menjadi buram.

Clarice berdiri di sebuah depan kantor polisi untuk berteduh dari hujan, matanya memandang ke atas langit yang sedang hujan itu.

Langit itu terlihat begitu gelap, tak tahu kapan akan berubah cerah.

Tiba-tiba, ia pun teringat kembali pada perkataan David tadi, rasanya sedikit menyakitkan.

David berkata, "Clarice, aku adalah seorang pria yang egois. Aku cinta padamu, tapi bagiku, banyak hal yang lebih penting daripada cinta. Mungkin, itulah perbedaan terbesarku dengan Lewis, ia mempunyai segalanya, ia boleh tak peduli pada apapun. Dia menganggap cintanya lebih penting dari nyawanya, namun aku selamanya tak akan bertindak seperti itu...... Clarice, memilihnya adalah pilihan yang tepat."

David berkata lagi, "Saat kita bersama dulu, aku pernah memanfaatkanmu, juga pernah mengkhianatimu. Setelah kita bercerai pun, aku menyakitimu lagi. Clarice, di kehidupan ini kita sudah ditakdirkan untuk tak bisa saling mencintai, kalau begitu benci saja, setidaknya, dengan begitu kau akan bisa mengingatku selamanya."

Clarice sedikit tidak mengerti, apa tujuannya menculik Clarice hanya agar membuat Clarice membencinya, lalu mengingatnya sampai seumur hidup?! Besar sekali pengorbanannya, yang menunggunya di kemudian hari hanyalah hukuman pidana saja, kehidupan di dalam penjara yang panjang.

Memang sulit untuk mencari taksi di kala hujan seperti ini. Clarice mulai menyesal, seharusnya ia tak menyuruh supir Derrick pergi lebih awal, ia sama sekali tidak mengira cuacanya akan berubah menjadi buruk seperti ini.

Tepat saat ia kebingungan, sebuah mobil Audi merah berjalan menerobos hujan, lalu berhenti di depan kantor polisi.

Clarice sedikit ingat pada mobil itu, ia terus menguras ingatannya, pintu mobil pun terbuka, sebuah payung putri berwarna merah terbuka lebar, di bawah payung itu, tampaklah Jennifer dengan rambutnya yang tersisir rapi, mengenakan baju terusan putih berwarna krem, memakai sepasang sepatu hak tinggi, dandanannya begitu elegan dan cantik.

Hujan turun dengan derasnya, Jennifer pun segera berjalan naik ke atas trotoar sambil membawa payungnya, begitu sampai di depan kantor polisi, barulah ia menutup kembali payungnya. Melihat Clarice di sini, tampaknya ia tak merasa terkejut sedikit pun, ia malah mengangguk-anggukkan kepalanya dengan hormat pada Clarice.

Jennifer yang kali ini rasanya berbeda sekali dengan Nona Besar Xie yang sombong yang ada dalam ingatan Clarice. Semua orang di kelas-kelas atas sama dengan bunglon, kalau dipikir-pikir, tak ada yang perlu dikagetkan.

Ia tak terbiasa bertegur sapa dengan orang yang latar belakangnya seperti Jennifer ini, namun ia juga tidak bisa berpura-pura tidak kelihatan, ia pun terpaksa menaikkan sedikit bibirnya, memberinya sebuah senyuman yang kaku.

Setelah Jennifer menutup payungnya, ia mengibas-kibaskan payungnya sejenak, lalu orang yang ada di dalam kantor polisi pun berja;an keluar dan membawanya masuk.

Tak lama kemudian, akhirnya Clarice mendapatkan sebuah taksi.

Saat ia dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, Lewis berada di dalam kamar pasien, wajahnya sangat kesal.

Di saat Clarice meninggalkan rumah sakit, Lewis telah mengacak-acak seisi rumah sakit.

"Ke mana kau?" tanyanya sambil mengerutkan keningnya.

Clarice menggigit bibirnya, ia ragu sejenak. Ia sedang berpikir apa dirinya harus mengatakan hal yang sebenarnya atau tidak, kalau sampai Lewis tahu dirinya pergi untuk bertemu dengan David, ia pasti marah besar.

Saat Derrick memintanya melakukan hal itu, ia langsung menolaknya mentah-mentah, ia sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk berdiskusi. Tapi Clarice tetap saja pergi di saat ia tak ada di situ.

"Aku......" jawab Clarice terbata-bata.

Wajah Lewis semakin muram, sorot matanya begitu dalam dan tajam. "Kau pergi ke kantor polisi untuk menjenguk David Luo?"

Clarice belum berkata apa-apa, tapi ia sudah bisa menebaknya.

Clarice mengangguk-anggukkan kepalanya dengan takut, ternyata benar, wajah Lewis berubah menjadi semakin kesal. Namun ia tidak marah, ia hanya memandangi Clarice dalam-dalam, sampai-sampai bulu kuduk Clarice pun berdiri.

Tak lama kemudian, ia pun hanya berkata, "Pergi mandi sana, jangan sampai pilek."

"Oh." Clarice merasa lega, ia pun menghela nafasnya diam-diam, lalu ia mengambil sepasang baju yang bersih dan pergi ke kamar mandi.

Setelah ia selesai dan keluar dari kamar mandi, Lewis sedang berdiri di depan sebuah jendela yang sangat besar sambil merokok, melihat Clarice jalan keluar, ia pun mematikan ujung rokok yang masih menyala itu.

Bagaimanapun ini adalah rumah sakit, Lewis tahu kalau merokok di sini tidak baik, tapi saat perasaannya sedang kesal, ia harus mencari jalan keluar untuk meluapkannya.

Ia mengibas-kibaskan tangannya untuk menghilangkan asap-asap rokok yang tersisa. Lalu menggandeng tangan Clarice dan mendekapnya dalam pelukan.

Rambut Clarice masih basah, ujung rambutnya masih meneteskan beberapa tetes air. Lewis mengerutkan keningnya, lalu mengambil handuk yang ada di tangan Clarice, lalu membantu Clarice mengusap-usap rambutnya yang basah dengan sangat lembut.

"Lain kali sebelum keluar, jangan lupa beritahu aku dulu. Satu lagi, handphonemu harus selalu menyala. Apa kau tahu aku sepanik apa saat tidak bisa menemukanmu?" kata Lewis.

"Apa kau meneleponku?" Clarice tercengang, baru saja ia mau melihat handphonenya, baru ia mengetahui bahwa Lewis sudah mengeluarkan handphonenya dari dalam tasnya, dan handphone itu sedang diisi baterainya.

Ternyata handphonenya kehabisan baterai.

"Lain kali sebelum keluar aku akan ingat untuk mengisi baterai handphoneku dulu." kata Clarice sambil tersenyum dan bersandar pada tubuh Lewis.

Semarah apapun Lewis saat itu, seketika api di dalam hatinya pun langsung mereda, ia selalu tidak bisa berbuat apa-apa lagi pada Clarice.

Ia mengusap rambut Clarice sampai kering, lalu menyuruh perawat di rumah sakit untuk memberinya obat pilek untuk mencegahnya terkena flu. Bagaimanapun, tubuhnya sekarang masih belum pulih total, tubuhnya masih sangat lemah.

"Lewis, aku pergi untuk bertemu David, apa kau tidak cemburu?" tanya Clarice dengan tersenyum lebar sambil memegang segelas obat pilek di tangannya.

Lewis memutar matanya, ia mengambil termometer dan membantu Clarice mengetes suhu tubuhnya, "Aku tidak akan cemburu pada orang yang sama sekali tidak akan bisa membahayakanku, tapi yang membuatku penasaran itu, bagaimana cara ayah membujukmu untuk bertemu dengan David?"

"Sebagai ganti aku menemui David, ia menceritakan sebuah cerita padaku." Kedua tangan Clarice memegangi gelas yang panas itu, ia meniup-niupnya dengan pelan untuk mengurangi panasnya.

Mendengar perkataan Clarice, Lewis masih tetap mengerutkan keningnya, tak usah ditanya pun ia juga tahu cerita yang diceritakan Derrick pada Clarice pasti adalah cerita cinta antara dirinya dengan Jane Xia.

Meskipun Jane sudah menceritakan kenangan masa lalunya itu dalam karyanya, dan sudah dipersembahkan ke layar lebar oleh Clarice, tapi bagaimanapun juga itu adalah sebuah karya sastra, pasti ada beberapa unsur-unsur fiksi yang tercampur di dalamnya.

"Apa katanya?" tanya Lewis, nadanya terdengar sedikit meremehkan.

Clarice menggigit bibirnya, lalu mereka ulang semua yang dikatakan Derrick.

Derrick Tang dan Merlyn Bai adalah sepasang kekasih dari kecil, saat mereka berdua akan segera menikah, Merlyn pun memperkenalkan sahabatnya, Jane Xia, pada tunangannya, ia ingin agar sahabatnya itu menjadi pengiring pengantinnya. Namun tak disangka, perkenalan ini menjadi sebuah malapetaka. Derrick jatuh cinta pada Merlyn saat pandangan pertama, saat itu, ketiga orang itu sangat menderita, dan pada akhirnya Derrick memutuskan untuk membatalkan pernikahannya dan bersama dengan Jane.

Namun, Merlyn hamil, ia mengandung Lewis, Derrick sangat bingung, ia tak bisa memilih antara anak dan wanita yang ia cintai. Jane tidak ingin menjadi orang ketiga di dalam hubungan mereka, oleh karena itu ia sengaja membuat sebuah kecelakaan, dan membuat semua orang mengira dirinya sudah mati.

Saat itu, Derrick benar-benar sangat menderita, ia sering minum alkohol dan mabuk. Dan Alice Lin itu sebenarnya hanyalah seorang wanita yang sangat menyukai Derrick di waktu itu, dan suatu hari, saat Derrick mabuk berat, ia naik ke atas ranjangnya. Kalau sekarang hubungan mereka biasa disebut cinta satu malam.

Lalu, Alice pun hamil dan melahirkan David. Tentu saja Derrick tidak akan menikahinya, Derrick sama sekali tidak pernah menyukai Alice, kecuali saat ia mabuk berat malam itu. Lagipula, saat itu ia sudah menjadi suami dari Merlyn, ayah Lewis. Sebagai seorang suami dan ayah, sebagian besar waktunya ia habiskan pada anaknya yang baru saja lahir itu, mana mungkin ia bisa mempedulikan wanita seperti Alice yang sama sekali tidak ia sukai, apalagi anak yang tidak sengaja ada di dalam kandungannya itu.

Melihat perut Alice yang semakin hari semakin membesar, karena tak ada pilihan lain, Alice pun hanya bisa membuat Johnson Luo menggantikan Derrick.

Dan Derrick terus menutupi masalah Alice dan anaknya ini, ia takut hal ini akan menyakiti keluarganya. Bagaimanapun, masalah antara dirinya dan Jane sudah cukup membuat Merlyn begitu sedih, Derrick hanya tidak ingin membuat istrinya terluka lagi, namun tak disangka, yang terjadi malah sebaliknya.

Lewis kurang lebih sudah tahu cerita tentang Derrick ini, ada beberapa hal yang sudah ia selidiki melalui Merlyn Bai.

Oleh karena itu, setelah Clarice mengatakan semua ini, ia sama sekali tidak bereaksi apa-apa.

Setelah Clarice menceritakan semuanya, ia pun menyilangkan tangannya dan menatap ke arah Lewis, ia bertanya, "Lewis, apa kau benar-benar merasa kalau ibuku adalah orang ketiga?"

Lewis mengerutkan keningnya, ini pertama kalinya Clarice memasang wajah yang dingin di hadapannya, ia tidak menjawab, malah balik bertanya, "Apa kau merasa dia bukan?"

"Ia hanya, mencintai pria yang seharusnya tidak ia cintai." kata Clarice, ia menggigit bibirnya, suaranya semakin mengecil, sampai di akhir kata pun, suaranya sudah tidak terdengar lagi.

Wajah Lewis yang awalnya sudah mulai menghangat pun kembali muram, ia sama sekali tidak ingin menilai Jane Xia. Ia tak ingin menilainya dari standar moral, namun secara obyektif, seharusnya ia menjaga jarak dengan tunangan sahabatnya, sebelum bibit-bibit cinta itu tumbuh, seharusnya ia sudah mencabut sampai ke akar-akarnya. Bukan malah menggunakan cinta itu untuk melukai orang lain.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu