Waiting For Love - Bab 49 CEO Tang Mengatakan: Tidak Kebetulan, Aku Sedang Menunggumu

Clarice Lu sangat ingin memukul orang rendahan ini sampai babak belur, tapi dengan terpaksa harus memasang wajah tersenyum. "Paul Li, hari ini kita tidak membahas masalah bisnis, Clarice hanya ingin bertemu denganmu. Aku telah memesan sebuah tempat di Pesisiran Pandawa, ayo ikutlah minum bersama".

"Ini", Paul Li sedang menguras otak memikirkan bagaimana cara menolaknya, Clarice Lu malah berkata lagi, "Paul Li, kamu tidak ingin memberiku muka sama sekali? Saat anda mentraktirku minum, aku sama sekali tidak menolak".

Clarice sengaja menekankan nada pada setengah kalimat tadi, memperingatinya juga mengancamnya.

Berkata sampai ke tahap ini, Paul Li takut masalahnya akan menjadi besar dan sulit untuk dibereskan, jadi menerima ajakannya, demi lebih merasa aman, dia juga membawa seorang asisten.

Ketiga orang itu pergi menuju Pesisiran Pandawa, ketika memasuki pintu, ada seseorang yang mengatakan jejak dari Clarice Lu kepada Lewis Tang.

Pada saat itu, Lewis Tang, Alex dan Falcon Jiang sedang berada di ruangan pribadi mendiskusikan masalah, setelah mendengar perkataan manager resepsionis, Alex tertawa dan bercanda, "Lewis, wanitamu tidak bisa berdiam sehari pun. Kenapa malah bersama kembali dengan di orang seperti Paul Li itu lagi".

Lewis Tang bersandar di sofa , sepasang kakinya yang panjang saling berlipat. Dia sama sekali tidak bersuara, hanya saja badannya mulai cenderung ke depan, jari tangannya yang panjang menggunakan tenaga menekan puntung rokok yang hampir habis ke asbak rokok.

Pencahayaan yang redup dalam ruangan, membuat pandangan matanya menjadi terlihat lebih dingin, warna bola matanya sangatlah gelap, dan sangatlah mendalam.

Sebenarnya dia sama sekali tidak mengerti apa tujuan dari Clarice Lu. Tapi untungnya, ini adalah wilayah kekuasaannya, tidak peduli masalah apapun yang dilakukannya, ada dia yang akan melindungi Clarice Lu.

Falcon Jiang melihat dia tidak bersuara, kaki yang tersembunyi di bawah meja dengan tanpa jejak menendang Alex sejenak, menyuruhnya untuk jangan beromong kosong. Lalu, berpesan kepada manager resepsionis, "Kamu cari seseorang untuk memperhatikan keadaan disana, kalau ada malasah langsung melapor".

Pada saat ini, ruangan tempat Clarice Lu berada masih belum begitu ramai. Orang-orang kantor datang belasan orang bernyanyi, minum anggur. Dengan cepat kewaspadaan Paul Li berkurang.

"Paul Li, ada suatu hal yang ingin kubicarakan denganmu secara pribadi". Clarice Lu duduk di sampingnya, mendekatkan diri ke telinganya dan berbisik, juga mengulurkan tangan mungil dan halusnya, menunjuk pada ruangan kecil.

Paul Li mengerti, maksudnya adalah agar mereka berdua memasuki ruangan kecil bersama, lalu menutup pintu, dan berpisah dengan keributan di luar.

"Paul Li, anda sebelumnya mengatakan, asalkan Elsa Mo bersedia menemanimu, kamu akan memberikan kontraknya pada kami, apakah perkataan ini tidak berlaku lagi?" Clarice Lu menanyakannya.

Paul Li duduk dengan mengangkangkan kakinya, gayanya sangatlah sok. "Akhirnya tidak berencana untuk menarik perhatian orang lain lagi? Orang yang berprofesi seperti kalian seharusnya menyadarinya. Apalagi, syarat yang kuajukan juga tidak terlalu berat, hanya menyuruhnya untuk menemaniku saja, lagipula tidak menyuruhnya untuk menikah denganku".

Clarice Lu melihat pria dengan perutnya yang begitu buncit ini, menahan diri untuk tidak muntah, dan memaksakan diri untuk tersenyum.

"Paul Li, jangan selalu menaruh pandanganmu terhadap Elsa Mo saja, coba anda lihat bagaimana denganku?" Saat ini, Clarice Lu duduk di atas meja di hadapannya, gaun menyelemuti seluruh tubuhnya dengan sexy, bentuk tubuh yang terlihat sangat indah menawan, wajah yang memukau, tidaklah kalah jika dibandingkan dengan Elsa Mo.

Clarice Lu tersenyum mempesona, sikapnya yang marangsang. Paul Li adalah orang hidung belang, air liurnya mulai mengalir ketika melihat Clarice Lu, "Walaupun kontrak kali ini telah diberikan kepada perusahaan lain, tapi lain kali, lain kali aku jamin pasti akan memberikannya kepada perusahaan kalian".

Saat Paul Li berbicara dia sendiri telah berdiri, dengan penuh nafsu menyerang Clarice Lu. Tapi, yang dia dapatkan bukanlah kehangatan dan kelembutan, melainkan adalah sebuah tamparan dari Clarice Lu.

"Tidak tahu malu! Binatang!" Tamparan Clarice Lu ini sepertinya telah menggunakan seluruh tenaganya, seluruh lengannya terasa sedikit kebas.

Paul Li baru pertama kali di tampar oleh wanita, dan ditampar sampai wajahnya membengkak, terngiang-ngiang sebuah suara di telinganya, seketika amarahnya meledak.

Tapi, sebelum dia sempat beraksi, Clarice Lu telah berlari sampai ke sebelah pintu, sambil berteriak keras: "Tolong, tolong, pelecehan!" Sambil segera membuat rambutnya berantakan juga merobek sedikit kerah bajunya, dan dengan tenaga, mencakar dadanya sampai merah. Lalu mendorong pintu, sambil menangis berlari keluar.

Orang di luar mendengar ada keributan, semuanya bergegas kemari. Clarice Lu menutupi wajahnya dan menangis terus, penuh dengan penampilan yang bagaikan seorang korban.

Orang di luar selain asisten dari Paul Li, yang lainnya adalah orang dari Perusahaan Entertainment HU, melihat atasan wanita mereka sendiri telah dilecehkan, beberapa pria langsung menerobos masuk, dengan sekuat tenaga memukuli dan menendang Paul Li.

Asisten dari Paul Li tidak mampu menghalangi, juga ikutan merasakan beberapa tonjokan, dalam keadaan pasrah dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi pihak polisi.

Dalam sekejab, dua buah mobil polisi tiba di Pesisiran Pandawa, semua orang dibawa ke kantor polisi termasuk Clarice Lu dan Paul Li.

Polisi menyuruh semua orang untuk menuliskan pernyataan.

Paul Li tahu jelas bahwa dirinya telah dijebak, tapi tidak bisa menjelaskannya secara jelas, tidak hanya telah dipukul, juga akan dilaporkan atas tuduhan pelecehan. Pada hari itu juga dia ditahan.

Sedangkan Clarice Lu sebagai korban, telah dibiarkan pulang oleh pihak polisi setelah selesai menuliskan laporan.

Saat dia keluar dari pintu kantor polisi, waktu sudah larut jam 10 malam.

Malam yang penuh kesunyian, sebuah mobil hitam merek Land Rover malah berhenti tepat di depan pintu kantor polisi, di samping mobil, sebelah tangannya Lewis Tang berada dalam kantong, dengan tubuh yang tinggi berdiri disana, entah apakah karena penyinarannya, dia terlihat begitu tinggi dan gagah.

Lewis Tang menatapinya, warna bola matanya bagaikan gelapnya malam, tatapan matanya sangat serius.

Clarice Lu tidak ingin berpikir yang tidak-tidak, bahwa Lewis Tang datang demi dirinya. Tapi bertemu di tempat yang sama, tidak mampu menghindarinya, jadi dia hanya bisa menebalkan muka untuk pergi menyapanya.

"CEO Tang, kebetulan sekali".

"Tidak kebetulan, aku sedang menunggumu". Lewis Tang mengatakannya, nada bicaranya yang rendah sama sekali tidak ada rasa bercanda.

Clarice Lu kaget sejenak, perkataannya yang secara langsung ini membuat Clarice Lu tidak tahu harus bagaimana. "Bagaimana kamu bisa mengetahui aku berada disini?"

Terjepit sebuah rokok yang menyala diantara kedua jarinya Lewis Tang, dia dengan elegan menjentikkan abu rokok di ujung rokok, abu rokok melayang-layang di bawah cahaya yang remang-remang, terdapat rasa memikat yang sulit dijelaskan".

Clarice Lu membungkam bibirnya, menundukkan kepalanya tidak bersuara. Dia merasa Lewis Tang sepertinya ingin mengkritiknya.

Tapi, Lewis Tang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi tidak senang, malah menanyakan, "Dia melukaimu tidak?"

Suaranya begitu tenang dan datar, telah menyembunyikan dengan baik rasa perhatian dan kekhawatiran yang tersirat dalam kalimat itu.

Clarice Lu menggeleng-gelengkan kepala, dia tahu yang dimaksud adalah Paul Li.

Lalu, ada beberapa saat dimana mereka saling terdiam, Clarice Lu berdiri di atas tangga, angin malam menghembuskan hawa dingin,pakaian di tubuhnya sama sekali tidak bisa melindunginya dari kedinginan, kulit bagian tubuh yang terbuka telah merinding.

Lewis Tang mematikan api di rokok, jarinya yang panjang melepaskan kancing di jasnya, dan melepaskan jas, lalu langsung memakaikannya ke Clarice Lu. Lewis Tang membukakan pintu mobil, dengan tenang mengeluarkan kalimat, "Masuklah".

Suaranya sangatlah tenang, tapi malah ada suatu rasa yang sedikit memaksa, tidak memberikan kesempatan untuk ditolak.

Clarice Lu tanpa sadar mengerutkan keningnya, dia tidak memiliki kebiasaan untuk menaiki mobil seorang pria saat tengah malam, apalagi, pria ini mungkin saja memiliki maksud tersembunyi terhadapnya.

"Terima kasih atas niat baik CEO Tang, sangat mudah untuk memanggil taxi disini, tidak perlu merepotkan CEO Tang". Setelah Clarice Lu mengatakannya, dia berdiri dipinggir jalan dan melambaikan tangannya, dalam seketika ada sebuah taxi yang mendekat dan berhenti.

Tetapi, dia baru saja membukakan pintu, pergelangan tangannya telah digenggam erat oleh CEO Tang, terdengar sebuah suara bantingan yang keras, Lewis Tang dengan kuat menhantamkan pintu mobil di hadapannya, dan menyuruh supir taxi untuk pergi.

Supirnya melihat sekilas kedua orang itu, lalu menatap pada mobil Land Rover yang terparkir di pinggir jalan, bergumam beberapa kata, seakan-akan sudah sering melihat adegan seperti ini, "Ada mobil mewah, kenapa masih memanggil taxi".

Clarice Lu melihat taxi telah pergi, sepertinya karena mengalami kejadian Paul Li tadi, suasana hatinya saat ini tidaklah begitu baik.

Dia tidak mampu mengendalikan suasana hatinya, dengan amarah menghempaskan tangan Lewis Tang, "CEO Tang, tadi ada seseorang yang ditahan di kantor polisi karena telah melecehkanku, kamu ingin menjadi orang kedua!"

Dia dengan dingin mengatakanya, berpaling dan pergi. Sepatu merah dengan hak tinggi menginjak lantai berbatu bata yang keras, mengeluarkan suara ketukan yang sangat jelas, suaranya di malam hari sangat terdengar jernih.

Warna bola mata Lewis Tang menjadi gelap, pandangan mata yang tenang menatapi punggungnya, dengan santai mengatakan, "Aku tidak bersedia mengatakan perkataan yang sama untuk kedua kalinya, Clarice Lu, terserah kamu mau naik atau tidak, juga terserah kamu mau membahas tentang kontrak spanduk iklan atau tidak".

Perkataannya baru keluar, suara ketukan sepatu tiba-tiba terhenti. Clarice Lu telah menghentikan langkah kakinya, hanya saja, tidak langsung menjawabnya. Dia sepertinya sedang mempertimbangkannya, haruskah dia membalikkan badan.

Hal yang dikatakan Lewis sungguh sangat menggiurkan, Clarice Lu mengakui, dia tidak tahan akan godaan. Tapi dia juga mengerti, di dunia ini tidak ada makanan yang gratis, bagi dia, kehadiran Lewis Tang merupakan sosok yang sangat berbahaya untuknya.

Setelah hatinya terombang-ambing sejenak, dia memilih untuk masuk ke dalam mobil Land Rovernya. Walaupun Clarice Lu tidak begitu mengenal Lewis Tang, tapi setidaknya ada satu hal yang pasti, dia bukanlah seorang pria seperti Paul Li.

Mobil berjalan melewati jalan yang luas dengan kecepatan kilat, di dalam mobil sangatlah sunyi, hanya ada cahaya di jalanan yang terkadang menyinari sampai ke dalam mobil.

Melalui kaca spion tengah, Clarice Lu menyadari penampilan dirinya sendiri sangatlah menyedihkan. Dia tanpa sadar mengulurkan tangan, jarinya yang ramping dan mulus merapikan rambutnya yang berantakan. Wanita pada dasarnya suka mempercantik diri, bahkan sampai mati pun tidak akan berubah.

Di sampingnya, kedua tangan Lewis Tang memegang setir, matanya dengan tenang memandang keadaan di jalan hadapannya, salah satu sudut mulutnya menampilkan senyuman.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu