Waiting For Love - Bab 281 Bisa Hidup Dengan Penuh Harapan, Bukankah Itu Adalah Sebuah Berkat?

Tangan Clarice Lu mengusap batu nisan yang dingin itu bersama foto di atasnya dengan perlahan, gerakkannya sangat pelan dan lembut, bagaikan sedang mengusap wajah ibunya.

Setelah selesai berbicara, dirinya sengaja menoleh ke belakang, ke arah Chris Lu yang berdiri di belakangnya, lalu berkata, “Mama, kakak juga akan bahagia.”

Chris Lu mengenakan setelan jas dan celana bahan berwarna hitam, sosoknya terlihat sangat tinggi. Sepasang alisnya sedikit berkerut, pandangan matanya dalam, menatap batu nisan yang berdiri tegap itu, sambil menyembunyikan perasaannya dengan dalam.

Kebahagiaannya sudah dibuangnya dengan kedua tangannya sendiri. Kalau saja dulu, dia bisa lebih mempercayai dan menghargai Elsa Mo, mereka tidak mungkin sampai di titik sekarang ini.

Ketika cinta sudah hancur berkeping-keping, dan sudah tidak ada jalan untuk kembali lagi, dia barulah ingin berbalik, kalau dipikir-pikir, dirinya benar-benar bodoh.

“Jangan membuang-buang waktumu dengan membicarakan masalahku, kalau aku pikir, mama pasti lebih ingin mendengar seberapa menyedihkannya Darwin Lu itu melewati hidupnya.” Ucap Chris Lu dengan nada bicara menyindir.

Akhir-akhir ini, hari-hari Darwin Lu memang tidak begitu berjalan mulus. Mereka memang masih mendapatkan sedikit deviden dari Global Corp, tetapi bagi mereka yang sudah terbiasa menjalani hidup yang mewah, uang dengan jumlah segitu hanya seperti uang receh saja. Darwin Lu terkadang masih harus meminjam uang untuk mencukupi kebutuhannya.

Dan mengenai Natalia Liang dan Castellia Lu. Natalia Liang terus mengontrol hidup anak perempuannya itu dan sayangnya, Castellia Lu tidak memiliki keberuntungan sama sekali. Dia menggait suami kakaknya sendiri, lalu hamil di luar nikah, tidak lama dari itu berita tentang wanita itu melakukan aborsi tersebar luas di kalangan umum. Keluarga yang sedikit memiliki nama tidak mungkin bisa menerima menantu seperti dirinya itu, dan Castellia Lu tidak bersedia menikah dengan keluarga dengan kondisi yang buruk, karena itu, dia terus-terusan berada dalam posisi serba salah yang sama seperti itu.

Clarice Lu memutar bola matanya kepada Chris Lu, dirinya justru tidak ingin mengungkit masalah Darwin Lu, dia kemudian terus-terusan bercerita mengenai pertumbuhan Dyson dan Angel di depan batu nisan ibunya.

Pergi dari pemakaman itu, Chris Lu mengendari mobil, membawa Clarice pergi ke rumah nenek mereka. Karena sibuk, mereka sudah lama tidak pergi untuk melihat orang tua itu.

Nenek mereka masih tinggal di dalam bangunan guru yang disediakan sekolah, karena bangunan lama, jadi mobil tidak bisa masuk ke dalam, mereka hanya bisa memarkirnya di luar, dengan satu berjalan di depan, dan satu berjalan di belakang, mereka berdua melangkah menyusuri tangga batu yang panjang itu.

Clarice Lu ingat, ketika masih remaja, dirinya sering mengajak Lewis Tang untuk pergi berkunjung ke rumah nenek, nenek sangat menyukai Lewis Tang, masih memanggil Lewis dengan sebutan ‘Ah Yuan’ yang sangat akrab. Bagaikan Lewis Tang lah cucu kandungnya yang sebenarnya.

Meskipun mereka sudah berpisah selama beberapa tahun belakangan ini, tetapi Lewis Tang juga masih sering meluangkan waktu untuk pergi mengunjungi nenek. Usia nenek sudah tidak muda lagi, beberapa tahun belakangan ini, ingatannya semakin memburuk, dia sering salah mengenali bibi pembantu di rumah, terkadang, dirinya bahkan bisa salah mengenali Clarice sebagai putrinya sendiri, Jane Xia.

Ketika Clarice Lu dan Chris Lu berjalan memasukki halaman lantai satu, nenek sedang duduk didalam halaman itu bersama bibi pembantu di rumah sambil mengupas kacang polong, nenek adalah orang bagian selatan, dia suka menyimpan kacang polong di musim panas, sampai musim dingin sudah tiba, kacang-kacang itu masih bisa dikeluarkan untuk dibuat bubur kacang polong

"Nenek." Clarice Lu berjongkok di depan orang tua itu, memanggilnya dengan manis.

"Clarice sudah datang, sini, biarkan nenek menciummu." Nenek merangkul leher Clarice dan mengecup pipinya.

Clarice Lu kemudian menggenggam tangan nenek yang sudah menua itu lalu membenamkan mukanya di dalam telapak tangan nenek. Sama seperti waktu masih kecil, dia selalu suka bermanja-manja kepada nenek. Setiap kali dirinya membuat kesalahan dan takut dimarahi oleh ibunya, dia selalu bersembunyi di balik punggung nenek dan nenek pasti akan melindungi dirinya.

"Nenek, aku sudah membeli beberapa sayur kesukaan nenek, malam nanti, biarkan Bibi Liu untuk memasak banyak sedikit lauk, aku dan Clarice akan tinggal untuk makan bersama." Ucap Chris Lu.

Orang tua itu tertawa dengan penuh kasih sambil terus menganggukkan kepalanya setuju.

Bibi pembantu Liu menjinjing bahan-bahan masakkan yang dibawa oleh Chris Lu ke dapur dan mulai sibuk mempersiapkan makan malam. Clarice Lu duduk di tempat awalnya sambil menemani nenek mengupas kacang polong.

Butiran kacang polong yang bulat dan berwarna hijau itu satu persatu dikupas dan ditaruh di dalam sebuah mangkuk porselen putih besar, yang sudah hampir terisi penuh separuhnya.

Clarice Lu sedang menundukkan kepalanya dan mengupas kacang polong dengan serius, tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar dari arah pintu besar halaman itu, dirinya refleks mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah datangnya suara hanya untuk menemukan Lewis Tang yang berjalan masuk, pria itu tidak mengenakan setelan jas hari ini hanya kemeja dan celana jeans, dandanan yang sangat sederhana, tangannya menjinjing dua kotak hadiah dengan bungkus kotak yang tebal dan kokoh, dalamnya pasti berisi benda-benda bernutrisi yang cocok untuk digunakan oleh orang lanjut usia.

Melihat Clarice yang duduk di halaman, rasa terkejut seketika muncul dan lenyap dari mata Lewis Tang, tetapi ekspresi wajah tampannya itu justru tidak berubah sama sekali, karakternya selalu tenang.

Berbeda dengan Clarice Lu, kata-kata terkejut itu seperti sudah tertulis jelas diatas wajahnya, “Lewis Tang, kamu kenapa bisa datang kemari?”

“Aku datang untuk melihat nenek.” Jawab Lewis Tang datar dan lembut. Ketika pergi tadi pagi, Clarice memberitahunya bahwa dirinya akan pergi berkunjung ke makam ibunya, tetapi tidak ada berkata bahwa dirinya akan pergi ke rumah neneknya. Sementara dia datang menjenguk nenek karena ingin memberitahu wanita itu mengenai perihal dirinya yang akan menikah dengan Clarice, sekaligus mengundangnya untuk datang ke acara pernikahannya dengan Clarice.

Dia berpikir bahwa Clarice pasti sangat ingin mendapatkan ucapan selamat dari nenek.

Lewis Tang memberikan kotak hadiah yang dijinjingnya itu kepada Bibi pembantu Liu, kemudian berjongkok di depan nenek, dan bertanya dengan pelan, “Nenek, bagaimana kabar nenek belakangan ini?”

“Nenek baik-baik saja.” Nenek tertawa sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Wanita itu keudian menjulurkan tangannya dan menunjuk ke lantai atas, “Calvin sedang menemani kakekmu bermain catur di atas, kamu naik dan temani mereka mengobrol sana.”

Mendengar perkataan itu, Clarice Lu tertengun. Kakeknya sudah bertahun-tahun yang lalu pergi dari dunia ini. Kelihatannya, neneknya lagi-lagi bingung.

“Nenek……” Clarice Lu baru ingin membuka mulutnya, tetapi Lewis Tang justru dengan cepat menangkap lengannya.

Pria itu tersenyum dengan hangat sambil mengangguanggukkan kepala kepada nenek. Dia kemudian berdiri dan naik ke atas anak tangga kayu itu, berjalan ke lantai dua.

Clarice Lu tidak berbicara apa-apa lagi, dia berpikir, mungkin benar yang dilakukan Lewis Tang itu, orang, meskipun sudah tidak memiliki ingatan yang bagus lagi, tetapi kalau bisa hidup dengan penuh harapan, bukankah itu adalah sebuah berkat?

Dalam hati nenek, kakek terus hidup di dalam kamar di lantai atas.

Clarice Lu menundukkan kepalanya kembali, terus mengulangi gerakkan mengupas kacang polong itu seperti mesin, sambil mendengar nenek mengungkit bahwa dirinya bisa membuat bubur kacang polong untuk kakek ketika musim dingin, kakek paling suka menyantap bubur kacang polong buatannya.

Clarice Lu tertawa setelah mendengarnya, hatinya terasa sangat hangat. Dirinya berpikir, itu adalah cinta yang paling umum dan yang paling sederhana di seluruh dunia ini, ialah cinta yang dia inginkan. Suatu hari di masa depan, ketika dirinya sudah bertambah tua, Lewis Tang juga bisa rindu kepadanya seperti nenek merindukan kakeknya itu, dengan begitu, meskipun dirinya berada di surge, dia juga bisa tenang.

“Nenek, aku sudah bersama-sama lagi dengan Kak Ah Yuan.” Ucap Clarice Lu sambil mengangkat pandangan matanya yang jernih itu, menatap wanita itu.

Mata tua nenek kembali menatapnya, dibalik matanya itu seperti ada rasa kecurigaan, “Bukankah kalian selalu bersama-sama?”

Setelah mendengar perkataan itu, Clarice Lu tersenyum, senyum yang terlihat penuh makna, “Benar, kami selalu bersama. Yang aku maksudkan itu adalah kami akan segera menikah, aku akan segera menjadi istri Kak Ah Yuan.”

“Bagus, bagus, Clarice sudah besar sekarang, juga sudah seharusnya menikah.” Nenek tersenyum lebar, sudut matanya dipenuhi dengan garis keriput yang dalam.

Clarice Lu merangkul lengan nenek yang sudah menua itu, lalu dia sedikit mengangkat dagunya dan menatap lurus wanita tua didepan hadapannya itu, sambil berkata dengan serius, “Nenek, aku pasti akan bahagia kan?”

Nenek mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menjulurkan tangannya dan mengusap kepala Clarice Lu, tangannya itu tua dan kering, tetapi suhu telapak tangannya itu justru sangat hangat. Dia bergumam, “Clarice ku pasti akan bahagia.”

Ketika makan, seperti biasanya, ada lebih dua mangkuk dan sumpit diletakkan di atas meja itu, satu untuk kakek dan yang satunya lagi untuk ibunya, Jane Xia. Dalam mata nenek, mereka masih hidup.

Empat orang itu duduk mengelilingi sisi meja itu untuk makan, nenek masih lebih menyayangi Lewis Tang, wanita itu tidak henti-hentinya menambahkan sayur ke dalam mangkuk pria itu, sementara Chris Lu justru menjadi orang yang di abaikan.

Ditengah-tengah makan, Chris Lu pergi keluar untuk mengangkat sebuah telepon. Meskipun waktu sudah berlalu cukup lama, tetapi pria itu masih belum kembali.

Ketika Clarice Lu pergi ke dapur untuk mengambil sop, dirinya melihat Chris Lu berdiri di dalam lorong sambil menghisap rokok dengan murung, ekspresi wajahnya tidak terlihat begitu baik.

Clarice Lu tahu, suasana hati pria itu berantakkan karena masalahnya dengan Elsa Mo. Elsa Mo memang belum memutuskan untuk pergi bersama Robert Lin, tetapi dia yang tidak menolak tawaran Robert Lin itu membuktikan bahwa dirinya sudah sedikit goyah, dan bagi Chris Lu, itu bukanlah hal yang bagus.

“Sebenarnya, Elsa Mo masih memikirkan dirimu. Kak, kamu harus percaya dengan dirimu sendiri, juga harus lebih bersabar lagi.” Ucap Clarice Lu sambil berjalan mendekati pria itu.

Chris Lu meliriknya dengan datar lalu hanya membalasnya dengan suara yang dalam, “Kamu tidak mengerti.”

Clarice Lu memang tidak mengerti, dia tidak mengerti, mengapa pada saat itu Chris Lu tidak bisa menghargai Elsa Mo yang sebaik itu dan harus memunculkan masalah seperti itu dengan Fey Xiao?

Bahkan terhadap Lewis Tang dan Carol Lin yang tidak memiliki hubungan apapun itu pun, dia sudah sedikit tidak bisa menerimanya sama sekali. Sedangkan Chris Lu dan Fey Xiao …… bagaimana cara Elsa Mo untuk menerimanya?

Clarice Lu memang mengasihi kakaknya itu, tetapi dirinya justru sangat ingin melontarkan satu kata itu kepada kakaknya, RASAKAN.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu