Waiting For Love - Bab 263 Aku Malas Menyentuh Wanita Miliknya

Namun, saat Lewis mengeluarkan uangnya untuk membantu David membayarkan hutangnya, David malah berpikiran gila dan menculik Clarice.

Di akhir pekan, Clarice dan teman kantornya sudah membuat janji untuk pergi jalan-jalan bersama, ia keluar dari jam sembilan pagi, sampai jam delapan malam pun dia belum pulang ke rumah.

Meskipun hari ini adalah hari libur, Lewis tetap punya banyak pekerjaan dan tugas yang tak pernah selesai, saat ia pulang ke rumah, jarum jam sudah menunjuk ke arah jam sembilan.

Sesampainya ia di rumah barulah ia menyadari bahwa ternyata Clarice belum pulang sampai sekarang.

"Nyonya kira-kira keluar jam sembilan pagi, siang tadi ia menelepon ke rumah bertanya apa Dyson menurut atau tidak, lalu tak ada kabar lagi sampai sekarang." kata pembantu di rumah itu pada Lewis.

Lewis mengerutkan keningnya, biasanya, Clarice tidak mungkin tak pulang sampai larut malam seperti ini, bagaimanapun ia adalah seorang ibu sekarang.

Ia melepas jasnya, meletakkannya pada sofa, lalu mengeluarkan handphonenya dan menelepon nomor Clarice, teleponnya tersambung, tapi tak ada yang mengangkat.

Lewis meneleponnya berulang kali, tapi hasilnya tetap sama. Ia duduk di atas sofa, tangannya memegangi handphone metal hitamnya yang dingin, sorotan matanya begitu dalam, perasaannya sungguh tidak enak.

"Ayah, kenapa kakak masih belum pulang juga? Ia berjanji akan membelikanku buku cerita." Dyson berjalan di tangga kayu rumah mereka, turun dari lantai dua, lalu melompat ke tubuh Lewis, Dom juga ikut di belakangnya sambil menggoyang-goyangkan ekor besarnya.

Bagaimanapun Lewis merasa sedikit kesal sekarang, namun ia tetap menjawab pertanyaan Dyson dengan sangat sabar, lalu menyuruh sang pembantu untuk membawanya kembali ke kamar untuk tidur. Ia duduk di ruang tamu sendirian untuk menunggu Clarice.

Ia terus menelepon handphone Clarice, namun tetap saja tak ada yang mengangkat. Lalu, ia pun menelepon nomor Felix, menyuruhnya untuk bertanya pada karyawan-karyawan departemen sekretaris satu per satu, tanyakan mereka hari ini Clarice pergi dengan siapa.

Kurang lebih setengah jam kemudian, Felix pun meneleponnya kembali. Clarice dan Annie hanya berjalan-jalan di mal-mal, lalu setelah makan siang, kurang lebih jam satu, mereka berdua sudah berpisah.

Lewis terus menunggu sampai jam dua belas tengah malam, Clarice tetap saja belum kembali, ia pun yakin, pasti terjadi sesuatu pada Clarice.

Ia mengarahkan orang-orangnya, bertanya ke seluruh rumah sakit besar, mungkin saja Clarice kecelakaan atau sebagainya lalu diantarkan ke rumah sakit. Di waktu yang bersamaan, ia juga menyuruh Departemen Kepolisian Lalu Lintas untuk memeriksa semua CCTV yang berada di daerah mal itu, mengunci posisi terakhir Clarice berada.

Namun sampai kari kedua pun masih belum ada kabar apa-apa.

Clarice menghilang, Lewis sama sekali tidak ingin mengurus masalah kantor, ia terus menunggu kabar di kantor polisi. Saat ini, masih belum bisa dipastikan Clarice sedang menghadapi bahaya yang seperti apa, oleh karena itu, ia tak menghubungi Chris dan yang lainnya.

"CEO Tang, sekarang sudah bisa dipastikan, tempat terakhir Nyonya Tang muncul adalah tempat parkir bawah tanah Sunrise Department Store." Orang-orang di Departemen Kepolisian Lalu Lintas menghabiskan waktu hampir seharian penuh untuk mengunci target mereka.

Lewis berdiri di depan komputer, matanya menatap ke arah monitor tanpa berkedip sedikit pun. Ia berharap bisa menemukan suatu jejak yang tertinggal.

"CEO Tang, apakah mungkin Nyonya Tang diculik? Apa Anda mau lapor polisi?"

Lewis mengerutkan alisnya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan dingin, "Kalau memang benar diculik, lapor polisi akan lebih berbahaya."

Kalau memang diculik, paling tidak hanya ingin mau uang tebusan saja. Lewis tak peduli pada uang atau harta, yang ia takutkan hanya setelah si penculik mendapatkan uangnya, si penculik tetap berbuat sesuatu pada Clarice.

"Di Kota B, orang yang berani menculik wanita milik Tuan Muda Tang nyalinya benar-benar tinggi sampai ke langit." celoteh Alex, Lewis pun langsung menatapnya dengan tajam.

Di saat seperti ini, ia tak ada waktu untuk mendengarkan omong kosong Alex.

Alex mengelus-elus hidungnya, ia sadar ia sudah berkata yang tidak-tidak, ia pun segera mengunci mulutnya dan tak berani berkata apa-apa. Tiba-tiba, salah seorang di Departemen Kepolisian Lalu Lintas pun bertanya, "CEO Tang, apa belakangan ini kau sedang ada masalah dengan seseorang?"

Lewis mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak, omong-omong soal masalah dengan orang lain, beberapa tahun belakangan ini mereka berlaku sangat bengis dan keji di dunia perbisnisan, tentu saja mereka membuat masalah dengan banyak orang, tapi sebenarnya tak banyak juga orang yang berani mengusiknya.

Saat ia sedang berpikir keras, Alex yang berada di sebelahnya tiba-tiba mengulurkan jarinya dan menunjuk ke monitor, "Eh, kau lihat orang ini, bukankah dia David Luo?"

Perkataan Alex itu pun membuat fokus Lewis segera tertuju pada monitor itu, ternyata benar, itu adalah David yang mengenakan jaket kulit hitam dan topi hitam, ia muncul di tempat parkir bawah tanah yang sama dengan tempat menghilangnya Clarice, waktunya tak berselang sampai satu jam.

Meskipun David berpakaian dengan sangat biasa, namun ia juga tampak tak ingin melakukan penyamaran, kalau tidak, tak mungkin Alex dan Lewis bisa mengenalinya di rekaman CCTV yang kabur dan tidak jelas itu.

Wajah Lewis benar-benar kesal, ia menelepon Derrick untuk menanyakan nomor telepon David, lalu ia pun segera meneleponnya.

Baru tersambung sejenak, telepon itu pun langsung diangkat. Lewis pun segera memberi kode pada petugas-petugas yang ada di sampingnya, meminta mereka untuk mencari lokasi handphone David.

"Secepat ini kau tahu kalau itu aku, sepertinya kehebatan dan pergaulan Tuan Muda Tang jauh lebih luas dari dugaanku ya......"

......

Saat ini, Clarice sedang disekap di sebuah pabrik tua yang terbengkalai.

Dalam pabrik itu sangat gelap, hanya ada beberapa cahaya tipis yang terpancar dari jendela di atap. Tangan dan kakinya diikat, mulutnya ditutup dengan isolasi, ia diletakkan di sudut ruangan itu, lantainya dipenuhi dengan debu, udara di sana juga dipenuhi dengan debu-debu yang bertebaran.

Clarice membuka matanya dengan sekuat tenaga, namun matanya masih terasa sedikit berat, kepalanya juga sangat sakit.

Sekelilingnya gelap gulita, sunyi sepi dan sedikit menakutkan. Clarice menggerakkan tubuhnya, namun tangan kakinya terikat, ia benar-benar tak bisa bergerak. Ia mencoba mengingat-ingat kenapa ia bisa sampai di tempat ini, namun, ingatan terakhirnya hanya terhenti saat ia berada di tempat parkir bawah tanah Sunrise Department Store, ia hendak pergi mengambil mobil, baru saja ia sampai ke samping mobil dan mencari kunci mobil yang ada di dalam tasnya, tiba-tiba ia merasa kepala belakangnya sakit, lalu apa yang terjadi selanjutnya ia tidak tahu lagi.

Clarice berpikir, mungkin dirinya dipukul oleh seseorang lalu dibawa ke tempat ini. Tapi siapa? Yang pertama kali terbesit dalam pikirannya adalah ia sedang diculik.

Penculik biasanya ingin meminta harta, ia penasaran, si penculik akan meminta berapa pada Lewis.

Ada sedikit cahaya yang terpancar dari jendela atap, akhirnya Clarice pun bisa menemukan arah pintu keluarnya, ia berusaha keras berdiri dari lantai, lalu melompat-lompat sekuat tenaga ke arah pintu, baru saja ia ingin mengintip keadaan luar dari sela-sela pintu, pintu itu pun dibuka dari luar.

Ia tak sempat menghindar dan langsung terjatuh ke belakang. Lantai semen yang keras membuat punggungnya yang terbentur terasa sangat sakit, air matanya hampir menetes keluar.

Clarice ingin sekali memaki orang itu, namun sayang mulutnya tertutup, ia hanya bisa mengaing-aing.

"Wah, cepat sekali sadarnya. Sakit ya terbentur?" Sebuah suara pria yang terdengar sangat mengejek itu pun terdengar dari atas kepala Clarice, sepasang sepatu kulit hitam muncul di samping tubuh Clarice.

Clarice mengangkat kepalanya melihat orang itu, saat melihat paras wajah yang familiar, sorot matanya pun dipenuhi dengan rasa terkejut.

Bagaimanapun ia tak pernah menduga kalau orang yang menculiknya adalah David Luo.

"Uh uh......" Ia terus menggerak-gerakkan tubuhnya, seperti ingin mengatakan sesuatu, namun mulutnya tertutup isolasi, tak enak sekali rasanya, ia sama sekali tak bisa berkata apa-apa.

Lagipula, sudah sehari semalaman ia disekap oleh David, ia belum minum air setetes pun, kepala Clarice terasa sangat berat dan pusing, rasanya agak sedikit kekurangan tenaga.

David tetap tersenyum licik, bahkan lebih licik dari senyumannya yang dulu, "Kurasa sekarang ini kau ingin sekali memaki orang kan, sifat Nona Lu dari dulu sampai sekarang tak pernah baik."

Clarice terduduk di atas lantai yang sangat kotor itu, membelalakkan kedua matanya lebar-lebar, melotot ke arahnya, kalau sorotan mata seseorang bisa membunuh orang lain, saat itu, David pasti sudah tertusuk mati.

David membungkukkan badannya perlahan-lahan, lalu menyobek isolasi yang ada di wajah Clarice.

Clarice menarik nafas dalam-dalam, lalu menatap David dengan tajam, ia sungguh marah dan kesal, "David Luo, apa yang kau inginkan!"

"Apa yang aku inginkan?" David tersenyum lagi, senyumnya sungguh sangat licik, senyumannya itu bisa membuat bulu kuduk seseorang berdiri seketika.

Pandangan matanya terarah pada tubuh Clarice, ia memandanginya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, Clarice pun gemetaran tanpa sadar, ia menggerak-gerakkan tubuhnya dengan sangat khawatir, mencoba menjaga jarak dengan pria itu.

"Huh." Tawa David, "Tenang saja, aku sekarang tak tertarik padamu...... Aku malas menyentuh wanita miliknya."

Meskipun nada bicaranya terdengar sangat menusuk telinga, Clarice tetap merasa lega mendengarnya. Di tempat seperti ini, dengan situasi yang seperti ini, kalau sampai David benar-benar ingin berbuat sesuatu padanya, ia pasti tidak bisa melawan sama sekali.

Clarice memaksa dirinya sendiri untuk tenang, bukan pilihan yang tepat kalau ia melawan David dan membuatnya marah di saat seperti ini.

"Daivd, seharusnya kau tahu kan kalau penculikan itu tindakan kriminal. Sebenarnya kau itu mau apa, kita bisa kan berunding baik-baik." Katanya, ia mencoba membuat nada bicaranya terdengar lebih tenang.

"Tak ada yang perlu dirundingkan denganmu, tunggu suamimu datang baru kita bicarakan." kata David.

Clarice masih ingin mengatakan sesuatu, namun David menutup mulutnya lagi dengan isolasi, lalu menyeretnya kembali ke sudut ruangan yang gelap dan kotor itu.

Ia sangat tidak ingin mendengarkan wanita ini terus berkicau ria.

Tubuh Clarice pun bersandar pada dinding keras yang dingin tanpa tenaga sedikit pun, sekujur tubuhnya tak bertenaga. Waktu pingsan masih lebih baik, setidaknya ia tak bisa merasakan apapun, sekarang ia sudah sadar, barulah ia merasa perutnya sangat lapar dan tidak enak, keringat terus bercucuran tanpa henti dari dahinya.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu