Waiting For Love - Chapter 125 Harusnya Dari Awal Kamu Sudah Carikan Mama Untuk Dyson

Disisi lainnya, Clarice Lu dijemput pulang oleh Elsa Mo. Sepanjangan jalan, Elsa Mo terus berbicara tanpa henti.

“Apa kamu tahu aku sudah hampir mati ketakutan karenamu, kalau hal ini terjadi lagi, umurku benar-benar akan berkurang sepuluh tahun.”

“Bukannya kamu baik-baik saja sekarang?” Wajah Clarice Lu masih terlihat sedikit pucat, dia menaikkan sedikit sudut bibirnya, memperlihatkan senyuman tipis. Perasaan ada orang yang memperhatikan seperti ini tidaklah buruk. Kalau tidak ada Elsa Mo, dia takut benar-benar akan terjadi masalah.

“Besok-besok bisa tidak kamu gunakan otakmu itu untuk berpikir, jangan hanya untuk mencari uang, nyawapun kamu jadikan taruhannya.” Elsa Mo menjulurkan tangannya dan menunjuk-nunjuk kepala Clarice Lu, sambil menjelitkan matanya, lalu dengan penuh kasih sayang berkata, “Kali ini benar-benar telah merepotkan CEO Tang, jangan lupa untuk berterima kasih kepadanya.”

Clarice Lu menundukkan kepalanya, mengingat kembali wajah tampan dan dingin milik Lewis Tang ketika mereka berpisah, perasaannya menjadi tambah sedih, seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, rasanya sesak dan sakit.

Sampai di apartemen, Clarice Lu pergi mandi, dan berganti kedalam pakaian rumah yang bersih dan nyaman, kemudian memberikan telepon kepada sebuah toko laundry di dalam kompleknya itu, lalu mengantarkan jas Lewis Tang itu kesana untuk dicuci, dirinya berencana untuk mengembalikan itu ketika bertemu lagi dengan pria itu.

Apa yang terjadi hari ini membuat Clarice Lu merasa benar-benar lelah, masih pagi dan dirinya sudah terbaring di atas tempat tidur besar di dalam kamarnya, meskipun demikian, berbalik ke kanan, berbalik ke kiri, dirinya tidak bisa tidur sama sekali,

Dia meraih hp yang terletak diatas meja di samping tempat tidurnya itu, setelah ragu beberapa saat, dia memutuskan untuk menekan nomor Lewis Tang. Dia selalu merasa bahwa dia harus mengatakan sesuatu kepada pria itu, meskipun itu hanya sebuah ucapan terima kasih.

Meskipun begitu, telepon itu berdering berkali-kali dan tidak ada yang mengangkatnya, dan tepat di dering terakhir, orang di balik telepon itu menutup telepon itu. Saat itu lah Clarice Lu baru menyadari, ternyata pria itu sama sekali tidak ingin mengangkat teleponnya. Mungkin pria itu masih marah, atau pria itu sudah merasa kalau dirinya ini adalah seorang yang sangat merepotkan, dan tidak akan menghubungi lagi untuk kedepannya.

Clarice Lu meletakkan kembali hpnya itu ke atas meja, berusaha keras untuk tidak mempedulikan kesedihan dalam hatinya. Dia menarik laci meja itu, mengeluarkan dua butir pil putih dari dalam kotak obat dan menelannya, lalu kembali berbaring di atas tempat tidurnya.

Obat penenang itu perlahan mulai bereaksi, kesadaran diri Clarice Lu perlahan memudar. Hanya saja, baru saja terlelap selama satu jam, dirinya terbangun karena mendengar suara hp yang tidak berhenti berdering.

Dia terburu-buru bangun, refleks berpikir kalau telepon itu adalah dari Lewis Tang. Kemudian, ketika hp itu sudah berada dalam genggamannya, nama yang tertera di layar hp itu adalah Chris Lu.

Tidak tahu apakah kecewa atau apa, setelah Clarice Lu menenagkan dirinya, dia mengangkat telepon itu.

Chris Lu seharian penuh sibuk berkendara kesana sini, sinyal telepon di jalan tol tidak bagus, jadi hp ny terus berada di luar jangkuan. Sampai sudah malam, dia baru mengetahui masalah Clarice Lu yang masuk ke dalam kantor polisi.

Menghadapi Chris Lu yang khawatir dan cemas, Clarice Lu hanya membalas singkat, “Aku tidak apa-apa, juga tidak terluka, semuanya masih baik-baik saja. Kak, kamu tidak perlu khawatir, ini juga bukan hari pertama aku keluar dari rumah, hanya seekor serigala seperti itu, kamu pikir aku tidak bisa menghadapinya?”

“Baguslah kalau kamu tidak apa-apa, mengenai proyek ini, kamu tidak perlu ikut campur lagi. keberhasilan itu di tangan Tuhan, manusia hanya bisa berusaha, kalau memang tidak berhasil, itu juga sudah takdir namanya. Bagiku, sepenting-pentingnya perusahaan, tidak lebih penting dari dirimu.”

Mendengar perkataan Chris Lu itu, Clarice benar-benar merasa cukup dan puas.

Meskipun Chris Lu tidak memperbolehkan dirinya ikut mengurusi proyek itu, tetapi Clarice Lu juga tidak mungkin benar-benar lepas tangan dan tidak peduli, membiarkan Chris Lu bersusah payah seorang diri.

Setelah meringkas seluruh pelajaran yang didapatkannya dalam beberapa waktu ini, Clarice merasa hal seperti kebetulan, pergi kesana-kesini untuk mencoba peruntungan, semua itu benar-benar tidak ada gunanya. Maka dari itu dirinya akan mempertaruhkan semuanya kali ini, dia berencana mengerahkan seluruh tenaganya di Bank Kota B.

Setelah bertanya kesana-kemari, dia baru mendapatkan info alamat tempat tinggalnya kepala direktur Bank Kota B, Jeremy Yu, itu sudah menjadi seleranya. Kepala Direktur Yu adalah seorang yang darmawan dan baik hati, juga memiliki reputasi yang bagus dalam kalangannya, istrinya bekerja dalam Biro Kesehatan Masyarakat, kedua orang itu adalah sepasang suami istri yang harmoni, mereka memiliki seorang anak lelaki, juga bekerja di bidang keuangan. Menurut kabar yang ada, Jeremy Yu bukanlah orang yang memiliki hobi spesial, hanya saja, diwaktu luang dan liburnya, dia suka berkutik dengan lukisan dan kaligrafi antik, terkadang dirinya juga suka melukis dengan tinta hitam.

Clarice Lu telah membeli dua lukisan kaligrafi terkenal dari toko barang antik, batasan harga untuk lukisan itu adalah dibawah dua puluh juta rupiah, kalau melebihi angka itu, akan terlalu menarik perhatian orang, Kepala Direktur Yu juga mungkin tidak akan berani menerimanya.

Berhubung itu hari minggu, dia mengikuti seorang penanggung jawab departemen keuangan Bank B yang dia kenal pergi berkunjung bersama-sama dengan membawa hadiah itu, tentu saja harus ada orang yang merekomendasikan. Tetapi, meskipun ada orang yang merekomendasikan, tetap saja terlihat mencurigakan, untungnya, Jeremy Yu itu orang yang ramah, orang yang berkunjung adalah tamu, paling tidak pria itu terlihat sangat sopan ketika menyambut kedatangan Clarice Lu.

Clarice Lu mencari tahu apa yang menjadi kesukaan Jeremy Yu itu dengan mengobrol bersamanya mengenai lukisan kaligrafi kuno, kemudian mengeluarkan kedua lukisan yang dirinya bawa untuk dilihat oleh Jeremy Yu, kedua orang itu bisa dikatakan lumayan asik bercerita. Hanya saja, ketika Clarice Lu mengatakan bahwa dia ingin menghadiahkan kedua lukisan itu kepada Jeremy Yu, pria itu menolaknya dengan sopan, tidak peduli bagaimana Clarice membujuknya, pria itu tidak bergeming sedikitpun.

Clarice Lu tidak bisa mengatakannya dengan pasti, antara Kepala Direktur Yu itu benar-benar teguh pada pendiriannya dan tidak pernah menerima hadiah, atau pria itu tidak ingin menerima hadiah darinya, seketika hatinya menjadi tidak tenang.

Jeremy Yu adalah orang yang suka keramaian, terlebih lagi karena itu hari minggu, rumahnya kedatangan beberapa anak muda. Ketika Clarice Lu melihat Samuel Yu, anaknya Jeremy Yu, berjalan masuk sambil ditemani oleh Lewis Tang, terkejut dan malu, itulah yang dia rasakan.

Apa ini yang dikatakan jodoh? Clarice Lu benar-benar tidak menyangka bahwa Keluarga Tang dan Keluarga Yu masih memiliki hubungan keluarga, tidak heran kalau Keluarga Tang memiliki fondasi yang kuat dan tidak terkalahkan di Kota B.

“Oh, Lewis sudah datang.” Jeremy Yu terlihat sangat gembira ketika melihat Lewis Tang.

“Paman.” Cara Lewis Tang memperlakukan Jeremy Yu itu adalah sebuah gambaran seseorang yang memperlakukan orang yang lebih tua dari dirinya dengan penuh hormat.

Jeremy Yu memperkenalkan Clarice Lu dan lain-lain kepada Lewis Tang, pandangan Lewis Tang hanya menyapu singkat wajah Clarice Lu, benar-benar seperti dirinya adalah orang asing, “Nona Lu, senang berkenalan dengan anda.”

“Senang berkenalan denganmu juga.” Nada suara Clarice ketika membalas sapaan pria itu tiba-tiba terdengar canggung.

Sebaliknya, Lewis Tang tidak sedikitpun mempedulikan dirinya, pria itu menemani Jeremy Yu pergi ke ruang baca dan mengobrol.

Sisahnya menetap di ruang tamu, tidak melakukan apa-apa. Samuel Yu kemudian mengajak mereka untuk pergi ke ruang catur di lantai dua dan bermain mahyong, walaupun sudah ditambah Clarice Lu, mereka masih kekurangan satu orang, maka dari itu, Samuel Yu pergi ke ruang baca untuk memanggil Lewis Tang naik.

Lewis Tang, Clarice Lu, Samuel Yu, masih ada adik sepupu Samuel Yu, semua duduk berkumpul di satu meja, Samuel Yu bermain dengan sangat pandai, dan seperti tertuju kepada Clarice Lu seorang, ketika orang lain mengatakan “pung” dia tidak membuang ubinnya, dan Clarice lah yang harus membuang ubinnya.

Clarice Lu adalah seorang pembisnis, tentu saja mengerti aturan di dunia bisnis. Menghabiskan uang di meja kartu juga merupakan salah satu trik dan cara untuk menunjukkan niat baik. Maka dari itu dia mulai berusaha keras untuk kalah.

Tetapi kali ini Clarice Lu jelas menyampaikan maksud yang salah, usia Samuel Lu masih bisa dikatakan muda, namun memiliki sifat keras kepala, biasanya dia paling membenci orang-orang yang datang untuk meminta bantuan kepada ayahnya dengan membawa uang, semakin Clarice Lu menghabiskan uangnya karena kalah dengan sengaja untuk menyenangkan hati pria itu, Samuel Lu semakin jijik melihatnya, dan mengambil semuanya tanpa kurang sedikitpun, sengaja menghabiskan uang Clarice Lu.

Tetapi setelah lama bermain, Samuel Yu menyadari kalau ada yang tidak beres , Lewis Tang yang duduk di sebelah kanannya itu terus menghalangi dirinya, diujung permainan, justru dirinyalah yang kalah paling banyak.

“Hari ini aku sedang tidak hoki, sudah, sudah, aku tidak bermain lagi.”

“Yo, kak, kamu sudah tidak sanggup kalah lagi kah?” Ucap adik sepupu Samuel Lu bercanda.

Samuel Lu dengan perasaan datar mendorong mahyong yang ada di hadapannya itu, lalu pergi keluar untuk merokok. Lewis Tang kemudian juga mengikuti pria itu keluar.

Kedua kakak adik sepupu itu berdiri di balkon sambil menghisap rokok, tubuh Samuel Lu bersandar diatas pagar batas putih itu, lalu bertanya dengan penasaran, “Kamu kenal dengan gadis di dalam itu?”

“Kenal.” Lewis Tang menghembuskan asap putih yang tipis, tidak berusaha sedikitpun untuk menutupinya.

Samuel Lu juga seorang yang pandai, seketika dirinya langsung mengerti. Lewis Tang adalah seorang yang berhati dingin, kalau hanya sebatas kenal, mana mungkin terus menjaga wanita itu.

Sudut bibir Samuel Lu terbuka, menertawakan perasaan Lewis Tang itu, “Kak, kamu suka sama dia kan?”

Lewis Tang hanya mendengarnya saja, tertawa tanpa berkata apa-apa, kedua jari panjang dan ramping itu dengan santainya menjentik ujung puntung rokok itu.

Samuel Lu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, lalu bertanya lagi, “Dia datang kemari untuk meminta bantuan apa kepada ayahku?”

“Dana, pembangunan jalan pemerintah kota, proyek itu terlalu besar, rata-rata semua bank lebih hati-hati dan waspada.” Jawab Lewis Tang, singkat dan tidak bertele-tele.

Samuel Lu pernah mendengar tentang proyek itu, resiko proyek tingkat pemerintahan kota biasanya tidaklah besar, yang menjadi intinya adalah bagaimana proyek itu dilaksanakan. Hanya saja, dana yang diperlukan itu terlalu besar, semua bank tidak akan suka berurusan dengan masalah menyulitkan seperti itu. Kesimpulannya, masalah itu kalau ingin dikatakan kecil, juga tidak kecil, besar, juga tidak besar, yang menjadi poin utamanya adalah koneksi, kalau Lewis Tang turun tangan, tentu saja tidak akan ada masalah sedikitpun.

“Aku dengar proyek itu bernilai satu koma empat miliar, Tang’s Corp tidak akan memiliki masalah sama sekali untuk membiayainya sendiri, dia tidak bergantung pada dewa kekayaan seperti dirimu ini, apa yang dipikirkannya.” Samuel Lu sedikit tidak mengerti, wanita kalau ingin membujuk seorang pria bukannya hanya perlu bermanis-manis di atas tempat tidur? Lewis Tang juga bukan seorang pria yang tidak rela menghabiskan uangnya untuk seorang wanita.

Lewis Tang tertawa tidak berdaya, “Mungkin Clarice hanya tidak ingin mencampur uang dan perasaan menjadi satu. Tetapi aku tidak bisa tidak peduli dan melihat dia menemui jalan buntu dimana-mana.”

Samuel Lu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, lalu tertawa sambil bercanda, berkata, “Mangkanya, aku pikir seorang CEO Tang yang memiliki banyak pekerjaan setiap harinya, bagaimana bisa tiba-tiba ingin datang berkunjung ke rumah kecil ini, ternyata, memiliki maksud yang lain. Karena dia adalah wanitamu, serahkan saja masalah ini kepadaku, aku akan memberitahu papa, papa selalu menyukai kamu, kalau tidak ada kesalahan besar dengan proyek itu, papa tidak mungkin tidak membantumu.”

“Terima kasih, aku akan mentraktirmu dilain waktu.” Lewis Tang menepak-nepak pundak Samuel Yu.

“Tidak perlu, kenapa harus sungkan dengan keluarga sendiri, kamu cepat sedikit selesaikan masalah pribadimu ini, harusnya dari awal kamu sudah mencarikan mama untuk Dyson.”

Bibir tipis dan kaku milik Lewis Tang itu sedikit tertutup, senyum tipis yang terbentuk diwajahnya itu perlahan menghilang, pria itu lagi-lagi kembali ke dirinya yang dingin seperti biasanya.

Lewis Tang tidak menetap terlalu lama di kediaman Keluarga Yu, dia masih memiliki sebuah janji penting malam itu. Ketika pergi, dia tidak ada menyapa Clarice sama sekali.

Clarice Lu pergi meninggalkan tempat itu sebelum jam makan malam, Jeremy Yu terlihat sangat ramah, namun benar-benar cerdik. Terus sampai dirinya pulang, Clarice Lu tidak mendapatkan kesempatan sedikitpun untuk membicarakan masalah keuangan dengan pria itu, pada akhirnya, dia kembali tanpa menghasilkan apapun.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu