Waiting For Love - Chapter 86 Apa kamu bersedia menerima godaanku? (1)

“Maafkan saya, tapi saya ingin permisi sebentar ke kamar kecil.” Ucap Clarice Lu. Detik berikutnya, dengan penuh sopan santun, asisten Nona Wang memandunya pergi ke kamar kecil.

Dengan Clarice Lu yang pergi ke kamar kecil, untuk menghemat waktu, Nona Wang memerintahkan asistennya untuk mendorong masuk dua rak penuh dengan pakaian, dilengkapi dengan aksesoris perhiasan untuk dipadu padan, membiarkan Lewis Tang untuk memilih terlebih dahulu.

Lewis Tang duduk diatas sofa yang empuk, dengan alaminya menyilangkan sepasang kaki panjang miliknya itu, mata hitam gelap miliknya itu menyapu pakaian yang tergantung di rak tersebut, setelah berfikir sejenak, dia berkata, “Urutan keempat dari rak kedua, gaun putih panjang, dengan perhiasan rambut mutiara, dan bros safir biru.”

Ketika Clarice Lu kembali dari kamar kecil, Lewis Tang telah selesai memilih untuk dirinya, dan asisten Nona Wang sedang bertanya ukuran yang dikenakan oleh wanita itu. Karena itu Clarice Lu dapat mendengar jawaban pria itu yang menyebutkan semuanya secara berurutan, “Ukuran roknya M, ukuran pinggangnya dua puluh enam, ukuran branya tiga puluh empat B, celana dalamnya”

Kedua pipi Clarice Lu yang berdiri dibelakang pria itu sudah memerah malu. Dirinya tidak tahu pasti apakah Lewis Tang terlalu mengenal dirinya, atau karena pria itu sudah terlalu banyak menjalin hubungan dengan wanita, sampai-sampai hanya dengan sekali melihat, dirinya bisa langsung tahu ukuran tubuh pasangannya.

“Sudah selesai? Ayo coba bajunya.” Lewis Tang tidak memutar kepalanya, dirinya melihat Clarice Lu dari pantulan cermin berdiri yang berada tidak jauh dari hadapannya. Wanita itu berdiri disana dengan kepala sedikit tertunduk, pipinya sungguh merah, seperti anak kecil yang telah melakukan kesalahan, tetapi masih terlihat imut.

Clarice Lu langsung menganggukkan kepalanya, lalu mengikuti asisten wanita itu berjalan kelantai atas menuju ruangan rias dilantai dua.

Setiap wanita memerlukan waktu untuk berias, dan dalam waktu itu, para pria diharuskan untuk sabar menunggu. Bahkan tidak ada pengecualian untuk CEO Tang yang selalu menghitung setiap detik miliknya itu.

Setelah menunggu hampir setengah jam lamanya, Clarice Lu barulah menuruni anak tangga kayu itu dengan menyeret gaun putih panjang yang dikenakannya itu.

Lewis Tang memiliki selera yang bagus, gaun sifon putih panjang itu sangat cocok dikenakan oleh Clarice Ye, membuat wanita itu tampak cantik, seperti bidadari. Rambut panjangnya yang disanggul ke atas memperlihatkan garis lehernya yang indah.

Clarice Lu selalu tampak cantik, tetapi dengan dandanannya hari ini, dirinya terlihat sempurna.

“Bagaimana menurutmu?” Dirinya menyeret gaun itu, berjalan kedepan cermin, melihat dandanan dirinya sendiri.

Sudut bibir Lewis Tang dengan cepat naik keatas membentuk sebuah senyuman tipis, sepuntung rokok yang sedang menyala terjepit diantara dua jari ramping dan panjang tangan kanannya, setelah satu hisapan rokok, dia berdiri, berjalan mendekat ke belakang tubuh wanita itu, pandangannya yang dalam, menatap pantulan didalam cermin itu, perasaan senang tersembunyi dibalik mata itu.

“Clarice, dirimu yang seperti ini, terlihat sangat cantik.” Pujian pria itu yang terdengar sangat tulus terngiang disamping terlinganya, napas hangat pria itu menyapu kulit wajahnya, sengaja atau tidak sengaja menggodanya. Lepas dari kontrolnya, tubuh Clarice Lu merinding, wajahnya memerah sampai ke telinganya.

Diwaktu yang sama, dada bidang Lewis Tang itu seperti menempel pada punggungnya, meskipun pakaian mereka memisahkan tubuh mereka untuk bersentuhan secara langsung, hangat tubuh pria itu masih bisa dirasakan olehnya, seolah-olah bisa membuatnya meleleh kapan saja.

Clarice Lu dengan panik berjalan mendahului pria itu, membuat jarak diantara mereka berdua. Kepalan tangannya yang memenggangi ujung gaunnya itu seketika mengerat, jantung didalam dadanya berdetak dengan kencang, detakannya sangat cepat.

Meskipun Lewis Tang tidak mengekspresikan dirinya secara langsung dan sopan, tetapi fakta bahwa pria itu lah yang memimpin dipermainan ini masih tetap sama.

Asisten itu terus berdiri dibelakang mereka, sudah terbiasa melihat situasi seperti ini. Ditempat ini, seorang pria membawa pasangan wanitanya datang kemari untuk membeli pakaian dan perhiasaan, kalau bukan pasangan suami istri, mereka adalah sepasang kekasih, dan kalau masih bukan, pasti ada rasa cinta diantara dua orang tersebut.

Semua barang ditoko ini dipatok dengan harga jutaan, sebodoh-bodohnya seorang pria, juga tidak mungkin menghabiskan uang begitu banyak untuk seorang wanita yang memiliki hubungan apapun dengan dirinya.

“CEO Tang, gaun ini sangat cocok dikenakan oleh nona muda ini, bagaimana menurut anda? Apakah anda puas?” Tanya asisten itu, sambil menunjukkan senyum profesionalnya yang menampakkan tepat delapan giginya.

Jika Clarice Lu sudah merasa puas, hal yang akan terjadi selanjutnya tentu saja membayar tagihannya, bekerja distudio ini, komisi yang didapat juga tidaklah kecil.

Lewis Tang tidak menjawab pertanyaan itu, pandangannya kembali tertuju pada gaun-gaun yang tergantung pada rak pakaian itu, tangannya meraih gaun safir biru berbahan sutra, tekstur kain itu sangat lembut.

“Ganti gaunmu dengan yang satu ini.” Ucap pria itu kepada Clarice Lu.

Clarice Lu tidak mengerti dengan apa yang Lewis Tang lakukan, pria itu berkata bahwa dirinya cantik mengenakan gaun itu, tetapi menyuruhnya untuk menggantinya, benar-benar tidak ada orang yang bisa menebak apa yang ada dibenak pikiran pria itu.

Dan karena tidak ada yang bisa menebaknya, dirinya juga tidak ingin menghabiskan waktunya untuk mencoba menebaknya, hanya buang-buang energi.

Detik ini, berdiri disini, pria itu meminta dirinya untuk melunaskan hutang budinya, dirinya sedang melunaskan hutang budinya, tentu saja dia harus menuruti apapun yang dikatakan oleh CEO Tang.

Clarice Lu menerima gaun itu dan pegi kelantai dua untuk berganti pakaian. Kalau dirinya tidak langsung mematuhinya, untuk setengah jam berikutnya, mereka juga masih akan berada disana.

Clarice Lu terlahir dengan kulit yang cantik, putih, bersih dan berkilau, tidak perduli warna apapun itu, semua akan terlihat cantik ketika dipakai olehnya.

Gaun panjang tanpa lengan berwana biru safir berbahan sutera yang lembut itu membalut tubuhnya dengan sempurna, menampilkan garis tubuh wanita yang sangat elok dan indah. Rambut panjang bergelombangnya yang halus itu tergerai sampai batas pinggang, bersih tanpa hiasan yang berlebihan.

Dibandingkan dengan gaun putih sifon yang sebelumnya yang memberikan kesan seperti bidadari, gaun biru safir berbahan sutera ini, lebih memberikan kesan anggun dan mewah.

Lewis Tang lebih merasa puas dengan gaun yang satu ini, tagihan gaun itu dibayar lunas dengan kartu emas.

Keluar dari studio itu, Lewis Tang tidak menggunakan sopir lagi, dirinya secara pribadi mengendarai mobil itu, melewati sepanjang jalan pantai, membawa Clarice Lu pergi menuju pelabuhan.

Clarice Lu bersandar pada jendela mobil itu, dengan satu tangan menopang wajahnya, pandangannya terpaku pada pemandangan pesisir pantai diluar jendela itu.

Hening, selain alunan lagu-lagu klasik yang diputar oleh radio, tidak ada suara lain didalam mobil yang kecil itu. Lewis Tang mengemudi dengan sangat stabil, lalu jarinya yang panjang itu dengan mudahnya menekan salah satu tombol multi fungsi pada setir mobil itu, seketika alunan lagu itu terhenti.

Sunyi senyap, lalu tanpa sadar Clarice Lu berbalik menatap pria itu.

“Kamu tahu mengapa aku menyuruhmu berganti dari gaun putih itu?” Pria itu melontarkan topik itu secara tiba-tiba, tetapi suaranya tidak terkesan tiba-tiba.

“Apa?” Clarice Lu bingung, dari awal sampai sekarang dirinya tidak pernah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu.

“Baik terhadap benda, maupun orang, seorang pria memiliki rasa kepemilikan yang tinggi terhadap hal-hal yang disukainya, dan terhadap sesuatu yang sangat indah, mereka tidak mungkin rela untuk membaginya dengan orang lain.” Lewis Tang menjelaskannya dengan tenang, pandangan matanya yang dalam terus fokus menatap jalan didepan, seperti tidak ada gangguan sama sekali.

Clarice Lu tidak bodoh, dirinya mengerti dengan jelas maksud perkataan pria itu, wajah yang dibalut riasan tipis itu perlahan memerah.

Lewis Tang menatap wanita itu melalui kaca spion, rasa gembira dan tawa tersembunyi dibalik pandangan mata gelap dan dalam itu. “Kenapa diam? Tidak mengerti maksud perkataanku?”

“O.” Clarice Lu menjawab dengan ambigu, dirinya sangat tidak ingin melanjutkan pembicaraan itu.

Tetapi Lewis Tang tampak sangat bersemangat, melanjutkan perkataannya, “Kalau mau dikatakan secara langsung, kamu juga terlihat cantik mengenakan gaun ini, kecantikan semacam ini akan membuat pria berdiri dan mengaguminya dengan hati yang tulus dari jarak tertentu. Sebaliknya, gaun putih itu hanya akan membuat pria lebih merindukanmu.”

“……” Clarice Lu benar-benar kehabisan kata-kata.

Lewis Tang memarkir mobil itu dekat dengan pelabuhan, lalu bersama dengan Clarice Lu naik keatas kapal.

Ini adalah kali pertama Clarice Lu naik keatas Bangsawan, kapal pesiar mewah ini jauh lebih mewah dari yang dipikirkannya, The Royal Orchestra memainkan musik klasik barat yang elegan diatas dek kapal, suara indah biola itu bercampur dengan suara angin laut, benar-benar indah, seperti suara disurga.

Lewis Tang dan Clarice Lu berdiri bersebelahan diatas dek kapal, seorang pelayan tampan menghampiri mereka dengan membawa nampan diatas tangannya, nampan itu berisi dua gelas tinggi terbuat dari kristal yang berisi anggur merah.

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu