Waiting For Love - Bab 22 Lewis Tang Tidak Pernah Memaksa Wanita untuk Melakukan Hal Apapun

Clarice Lu sangat paham bahwa kemungkinan Lewis Tang menolaknya sangat besar, lagi pula dia hanya mencoba keberuntungan, tidak dicoba pada akhirnya tidak menyerah.

Namun, Lewis Tang tidak buru-buru memberikan jawaban, ia perlahan-lahan menyalakan sebatang rokok, aroma cologne serta aroma tembakau yang samar-samar menyebar ke udara.

Dua orang berdiri di satu tempat, meskipun terpisah oleh jarak tetapi kilauan memantul, bayangan mereka jatuh di tanah, rasanya seperti kematian.

“Kalau aku membantumu, apa bayaranmu untukku?” suaranya seakan bercampur dengan roh jahat. Tetapi melihat tatapannya justru sangat dalam dan tenang, tanpa sedikit rasa malu.

“……”Clarice memandangnya dengan rasa bersalah, dan dia tidak bisa berkata-kata.

Dia datang menemuinya untuk membicarakan bisnis, bisnis adalah dua hal dan tentu pasti akan membicarakan biayanya. Clarice Lu sama sekali tidak habis pikir terhadap pria di depannya, dia dalam seperti lautan yang tak terduga.

Tetapi Lewis Tang seakan hanya berbicara asal, sama sekali tidak memerlukan jawaban Clarice. Jari-jarinya yang bersih dan panjang menjentikkan abu di ujung jari, berjalan menyusuri koridor yang panjang.

Clarice Lu tidak berani untuk mengikutinya.

Di pintu masuk, sebuah jaguar putih perak baru berhenti di depan mereka, desain bodi yang ramping, seperti siap dipakai, seperti Leopard siap menerkam mangsa. Temperamen yang dalam dan kuat, seperti perasaan orang-orang tentang Lewis Tang.

Sopir membuka pintu mobil, dengan sopan memberikan kunci ke tangan Lewis Tang.

“Naik.” Ucapnya.

Kecepatan mobil Lewis Tang sangat cepat, ketika jalan sepi bahkan hampir menyetuh 200 mil.

Pemandangan di kedua sisi jalan seakan hanya melintas di mata, orang yang melihat pun sangat terpesona. Saking cepatnya Clarice Lu seakan sedang menaiki seekor cheetah.

Namun walaupun kecepatan mobil yang cepat, tetapi ia sangat stabil dan tidak membuat orang merasa tidak nyaman.

Jaguar putih perak melintasi jalan kecil Wutong emas, berhenti di depan villa manor. Villa ini dibangun dengan benteng antik. Di bawah matahari terbenam, membuat orang seakan sedang berada dalam dongeng.

Clarice Lu berdiri di depan villa, tiba-tiba merasa khawatir. Dilihatnya langit mulai gelap, jika ia satu ruangan hanya dengan satu pria bisa menimbulkan tindak kejahatan.

Pada saat ini Lewis Tang mengambil kunci dan membuka pintu, dia membelakanginya, tapi sepertinya dia bisa menebak perasaannya, ia berkata dingin dan datar, “Terserah kamu mau masuk atau tidak, aku Lewis Tang tidak pernah memaksa perempuan untuk melakukan hal apa pun.”

Clarice Lu ragu-ragu sebentar lalu melipat bibirnya, memunculkan senyuman. Kepercayaan dirinya sebenarnya berasal dari kekhawatiran Lewis Tang akan menggunakan kekuatannya.

Clarice Lu mengikutinya berjalan masuk ke villa, villa yang didesain sederhana dan nampak kosong, bewarna gelap, seakan tidak ditempati.

Seekor kucing putih berbulu berbaring di sofa kulit di ruang tamu yang besar dan luas, bermalasan di sana, setengah menyipit dan tidur, melihat mereka masuk tanpa niat untuk bergerak.

Anjing kuning kecoklatan yang semula berbaring di lantai, tiba-tiba bergegas menghampiri mereka, namun sasarannya bukanlah Lewis Tang melainkan tetapi Clarice Lu. Hewan berbadan besar ini berdiri tegak dan memiliki tinggi setengah orang, kedua kaki depan memanjat di kakinya, dan lidahnya menjulur seperti memberikan salam kepada teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak dilihatnya.

Seekor anjing biasa, dalam kesan Clarice Lu, anjing ini seharusnya tidak memiliki nilai jual yang besar. Tetapi anjing besar itu bersih dan indah, rambut cokelatnya halus dan berkilau, kedua telinganya berdiri lurus dan itu tampak seperti serigala di kebun binatang, tetapi matanya sangat jinak dan tidak mengganggu orang.

Namun dua ekor anjing yang murah ini dan diri CEO Tang yang serba mahal sungguh tidak bersatu.

“Hai.” Clarice Lu mengulurkan tangan dan menepuk kepalanya dengan ramah.

“Domi, pergi.”Lewis Tang sedikit mengernyit dan suaranya dingin. Domi tampaknya takut padanya, menyelinap kembali ke rumah anjing, mata hitam terus menatap Clarice.

“Ruang belajar ada di lantai dua.” Setelah Lewis Tang selesai berbicara, ia mengikuti tangga berjalan ke atas.

Dibandingkan dengan ruang kosong di lantai pertama, lantai dua lebih sangat ramai, kamar tidur, ruang belajar, ruang pakaian dan sebagainya.

Ruang belajar Lewis Tang berada di ujung balkon, dan desainnya menggantung, menempati dua lantai. Dikelilingi oleh rak buku tinggi, tingginya mungkin empat meter dan penuh dengan buku-buku berat, tangga kayu putih diam menyisih di pinggir, digunakan untuk mengambil buku.

Di tengah ruang belajar ada meja besar hitam dengan dua komputer Apple di atasnya, satu computer duduk dan satu komputer tangan.

Lewis Tang dengan santai meletakkan jasnya ke samping dan pada saat yang sama membuka dua komputer dan menatap program yang berjalan di layar.

“Pergi ke dapur dan beri aku secangkir kopi.” Dia secara alami menyuruh Clarice Lu itu dan dia bahkan tidak memandangnya.

Clarice Lu refleks mengerutkan kening, dia sebenarnya tidak suka disuruh-suruh, tidak ada yang berani menyuruhnya sebelumnya. Tapi sekarang tidak mungkin, ia orang di bawah atap, harus tunduk.

Di lantai pertama dapur vila, Clarice Lu turun untuk membuat kopi. Anjing besar bernama Domi selalu ada di sekitarnya dan mengibas-ngibaskan ekornya. Dia sangat senang. Tetapi ketika Clarice Lu mengambil kopi di lantai atas, Domi hanya berani naik ke atas tangga.

Dapat dilihat bahwa Lewis Tang sama ketatnya kepada manusia atau pun anjing.

Ketika Clarice Lu membawa kopi dan kembali ke ruang belajar, Lewis Tang masih duduk di meja besar, menatap data yang terus berubah di monitor komputer. Cahaya putih dari layar memancarkan wajah tiga dimensi pria itu. Hidung mancung, bibir tipis seksi, sepasang mata dalam, dengan pesona unik pria dewasa.

Manset kemejanya dipegang dengan santai, memperlihatkan lengan yang kokoh dan ujung jari yang bersih dan panjang dengan santai mengetuk keyboard, membuat suara yang sama.

Clarice Lu berhenti di sisinya, dia hendak meletakkan kopi di atas meja, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Lewis Tang meraihnya dan menyentuh tangannya.

Ketika dia mengambil cangkir kopi, ujung jari yang dingin dan panjang diletakkan di punggung tangan Clarice Lu.

Pada saat itu, dia seakan tersengat listrik, dia panik dan menarik tangannya kembali, dia bahkan mundur dua langkah dan hampir jatuh.

Clarice Lu meletakkan tangannya di belakang punggungnya dan secara tidak sadar mengepal, dia hanya merasa bahwa kulit di punggung tangan yang disentuhnya masih panas.

Di sisi lain, Lewis Tang merasa seperti tidak ada yang terjadi, telapak tangan pria itu membawa cangkir kopi porselen putih yang lembut, dan dia menyesapnya.

Matanya memandang santai tubuh Clarice Lu. Clarice Lu tidak tahu perbuatannya barusan itu disengaja atau tidak.

Tetapi caranya memandang Clarice Lu seakan tak peduli, tetapi agak sedikit dalam.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu