Waiting For Love - Bab 62 Aku Masih Mengerti Prinsip Balas Budi.

Dia mengulurkan telapak tangannya perlahan, mencoba mengusap wajah pucat pasinya, sementara tangannya terasa sedingin jendela mobil.

“Clarice Lu.” Dua bibirnya yang tipis sedikit bergetar, dan dia menggumamkan sebuah nama, di dalam suaranya terdengar seperti isak tangis yang samar.

Ketika Chris Lu dan Clarice Lu kakak beradik kembali ke rumah nenek mereka, mereka sudah mengendalikan semua emosi mereka. Mereka menemani nenek makan siang bersama barulah kemudian mereka pergi.

lalu, pada suatu sore, Chris Lu berjanji bertemu dengan beberapa pemegang saham internasional global dengan maksud sebagai persiapan mengambil alih perusahaan setelah dia nanti kembali pulang ke dalam negeri.

Orang Tiongkok sebagian besar pembicaraan bisnis berlangsung di meja anggur. Seperti pesta dengan melibatkan banyak bir dan akan terus berlangsung sampai larut malam baru mereka akan bubar.

Dia mungkin belum menyesuaikan jet lag yang dialaminya, sama sekali tidak mengantuk, maka dia asal mencari sebuah bar untuk nongkrong, berniat untuk menghabiskan waktu di sana.

Tidak terlalu banyak orang di bar pada jam segini. Dia duduk di meja depan bar dan minum segelas vodka pahit. Di dalam bar sedang diputar lagu lama bermelodi sedih dan melankolis, yang tanpa disadari membawa pikiran orang kembali ke masa lalu.

Dia ingat waktu itu adalah tahun baruk imlek 2006. Langit kosong tidak ada awan, tidak ada angin, kering dan dingin. Dia mengajak beberapa orang untuk bermain ski bersama, diantaranya terdapat Lee, dan juga saudara perempuannya Clarice Lu, yang selalu ingin mengikuti dirinya kemana pun seperti layaknya ekor kecil.

Mereka para pria bermain bersama sangat gembira, tetapi Clarice Lu tidak bisa bermain ski. Selain itu dia didorong jatuh oleh seseorang yang tidak melihatnya. Dari puncak jalur salju dia menggelinding ke bawah. Saat itu dia jatuh pingsan.

Dia waktu itu sangat ketakutan, menggendong Clarice Lu dan ingin segera pergi ke rumah sakit, sementara ada satu pria lain yang sepertinya lebih gugup daripada dia. Itu adalah Lee.

Lee tidak membiarkan dia untuk memindahkan Clarice Lu karena takut melukai tulang punggungnya. Sangat jelas bahwa dia adalah seorang mahasiswa kedokteran yang berketerampilan tinggi, tetapi ketika dia memeriksa Clarice Lu, tangannya gemetar.

Pada saat itu, Chris Lu menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Kemudian, Clarice Lu dirawat di rumah sakit, dan mereka berdua duduk di bangku panjang di depan ruang pasien untuk berjaga.

Koridor yang sunyi itu tidak ada satu orang pun lewat, terasa sangat kosong dan sunyi. Dia menyalakan sebatang rokok dan bertanya, “Reaksi kamu sedikit berlebihan hari ini. Apakah kamu menyukai adikku?”

Dia mengatakan ini dengan maksud untuk menyelidikinya, Lee kemudian tersenyum, senyum yang terasa aneh tetapi tulus. “Clarice Lu sangat manis. Jangan-jangan aku tidak boleh menyukainya?”

Bicara sejujurnya, waktu itu sang kakak merasa tidak tenang. Seperti melihat anak perempuan yang susah payah dibesarkan lalu kemudian pergi menikah dengan orang lain dan meninggalkan rumah, hatinya sakit.

Tetapi anak perempuan harus menikah cepat atau lambat, dan juga situasi keluarga Lu lumayan rumit. Lee adalah orang yang dapat dipercaya, Chris Lu hanya dapat gembira bila mereka benar-benar jadian.

Kemudian, dia pernah mempunyai rencana untuk membawa serta adiknya sebelum pergi ke luar negeri, tetapi Clarice Lu dan Lee sudah sulit untuk dipisahkan. Dia sebagai kakak tidak pernah bisa memisahkan mereka.

Sebelum pergi, dia berkata kepada Lee, “Aku menyerahkan Clarice Lu kepadamu, aku juga bisa pergi dengan tenang. Jaga dia baik-baik untukku. Jika kamu berani jahat padanya, aku tidak akan mengampuni kamu. “

Dia berhasil meyakinkan sang kakak waktu itu, tetapi akhirnya, Chris Lu merasa bahwa dirinya benar-benar buta.

Getaran ponsel yang berdengung menarik Chris Lu dari ingatannya kembali ke kenyataan. Dia menjawab telepon yang berasal dari nomor tak dikenal, akan tetapi suaranya lumayan familiar.

“Aku dengar kamu sudah pulang. Ayo kita bertemu. Bro lainnya sangat merindukanmu.”

“Kurasa itu tidak perlu.” Sinar matanya Chris Lu dingin dan suaranya juga dingin. Setelah mengucapkan beberapa kalimat pendek, dia menutup telepon.

Pada saat yang sama, di ujung telepon yang lain,Falcon Jiang meletakkan ponselnya di atas meja dan berkata kepada dua orang lainnya di depan meja, “Kak Chris tidak menghargai kita, tiga kekurangan satu, kita batal bermain. “

“Jangan lah, jangan kecewa, panggil saja Kendrick Tang kemari sebagai pelengkap.” Tangan Alex terasa sangat gatal sehingga dia tidak bisa berdiri dari di meja kartu.

Lewis Tang duduk di seberangnya, hanya merokok dan tidak bicara sepatah kata pun. Sepasang mata hitam yang dalam. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan.

Sebenarnya, hati setiap orang seperti cermin yang jernih, kalau dilihat di permukaan, Chris Lu tidak memberikan Falcon Jiang muka, tetapi kenyataannya, yang dia tolak adalah Lewis Tang.

Alex mengeluarkan ponselnya dan memanggil Kendrick Tang. CEO Tang tidak menghentikannya, juga tidak pergi. Falcon Jiang yang menemani itu tidak tahu harus berkata apa lagi.

Mereka tidak menunggu lama. Kendrick Tang telah sampai di sini, tapi dia tidak sendiri datang, dia kemari dengan membawa seorang gadis.

Seorang gadis muda, usianya tampaknya baru awal dua puluhan. Dia terlihat sangat polos dan terlihat tidak mengerti apa-apa.

“Adik ke empat, mantap juga kamu. Aku bilang kamu anak kecil belum pernah punya pacar. Di mana kamu mendapatkan perempuan yang satu ini?” Alex bercanda.

“Anak magang rektrutan baru di firma hukum, lulus dari Universitas politik dan hukum yang terkenal.” Kendrick Tang tertawa sambil menjawab kemudian duduk di kursi kosong. Tetapi gadis yang dibawanya tidak duduk di sebelahnya, tetapi didorong olehnya ke samping Lewis Tang.

Gadis itu patuh dan duduk dengan manis di sebelah Lewis Tang.

Lampu di kamar berwarna kuning hangat dan redup. Setelah gadis itu duduk, barulah mereka bisa melihat wajahnya dengan jelas. Mereka semua terkejut tanpa terkecuali, rupanya sangat terlihat seperti Clarice Lu, tetapi temperamennya terlalu jauh berbeda dan terlalu penurut.

Alex dan Falcon Jiang saling memandang dan meneteskan keringat dingin untuk Kendrick Tang. Permainan apa yang tidak baik? Yaitu bermain dengan api.

Lewis Tang tetap tidak berbicara, dan tidak ada banyak emosi di wajahnya yang dingin, sementara tiba-tiba keluarnya gadis-gadis di sebelahnya, tampaknya telah dilihat sebagai udara jernih olehnya.

Dia mulai menyentuh mahjong, tulang jari panjang dan seksi memegang bidak mahjong berwarna biru saphir, sangat enak untuk dipandang. Tapi angin keburuntungan sangat tajam, Kendrick Tang yang bermain sedikit lengah dan kalah, matanya melihat uang seharga mobil sport yang menghilang.

Alex dan Falcon Jiang ikutan sama-sama kalah, dan kekalahannya tidak sedikit, di hati mereka semua mempertanyakan Kendrick Tang dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Lewis Tang menyentuh bidak mahjong dengan satu tangan, dan satu tangan lainnya mengambil air mineral yang diletakkan di sudut meja. Gadis di sebelahnya telah duduk diam dan polos, barulah sekarang saatnya untuk melihat dengan seksama, dan harus cepat untuk mengulurkan tanah dan meraih dan ingin menyerahkannya kepada Lewis Tang. Tangan keduanya itu tak terhindari untuk saling bersentuhan.

Gadis itu sangat pemalu, dia seperti terkena sengatan listrik kemudian dia menarik kembali tangannya.

Tetapi Lewis Tang hanya memutar alisnya sedikit, tetap memegang botol air mineral, membuka tutup botolnya dan minum seteguk, kemudian dia meletakkannya botol tersebut kembali di tempat semula.

Lewis Tang hampir tidak pernah dekat dengan wanita, tetapi baru saja dia tidak mengalami kesulitan. Kendrick Tang berpikir sepertinya ada harapan, terus mengedipkan matanya pada gadis itu.

Gadis itu memang terlihat seperti masih awam. Wajah kecilnya mulai memerah, dan dia mengulurkan tangannya yang kecil lemah sambil gemetar. Dia memberanikan diri untuk menaruh tangannya di atas kaki Lewis Tang.

Kemudian, hanya terdengar suara sentakan. Lewis Tang telah mendorong bidak mahjong yang ada di depannya dan menatap Kendrick Tang dengan muka yang murung. “Sepertinya hari ini aku tidak bisa bermain mahjong dengan baik.”

Dia tidak marah, tetapi hanya berdiri dan mengambil mantel yang ada ditaruh di belakang kursi.

Pria berusia tiga puluh tahun , sudah lama melewati usia yang impulsif. Pengalaman dan kultivasi selama bertahun-tahun telah membuatnya tidak lagi mudah terpapar emosi.

Ketika Lewis Tang membanting pintu keluar dari kamar, Kendrick Tang tahu bahwa dirinya telah membuat dia marah, kemudian dia bergegas mengejarnya keluar.

“Kakak ketiga!” Dia menghentikannya di koridor.

Lewis Tang berhenti melangkah, menatapnya dengan mata dalam, dan tidak mengatakan sepatah kata pun.

“Kakak ketiga, aku tahu kamu menganggap aku ikut campur urusanmu. Tapi ketika kamu bermain dengan perempuan, kamu juga harus bisa membedakan perempuan seperti apa yang kamu mainkan dan apa yang tidak bisa kamu mainkan. Istri orang lain sangat tidak boleh disentuh. Jangan lah kamu belum bisa melakukannya malah sudah membuat suasana semakin rumit. “

Yang dibicarakan Kendrick Tang jelas tak tanggung-tanggung adalah Clarice Lu. Dia melihat Lewis Tang tidak menjawab, jadi dia melanjutkan bicara, “Gadis yang di dalam, terlihat sama dengan gadis bermarga Lu, tubuhnya juga mirip, mahasiswa baik-baik, masih muda dan polos, dan yang terpenting adalah bersih, bosan dipakai juga bisa dengan mudah dibuang. Keluarganya menghadapi sedikit kesulitan. Ibunya sakit dan sangat membutuhkan uang. Aku sudah membayarnya sehingga dia bersedia main ke sini. “

Kendrick Tang menggunakan tangannya menunjukkan angka delapan, 160 juta untuk tidur sekali, Ini termasuk harga yang sangat mahal.

“Kakak ketiga, wanita itu selain mukanya yang tidak sama, rasanya di tempat tidur juga tidak sama. Kamu sekali lagi jangan pernah menyentuh wanita bermarga Lu itu dengan tanganmu. Kamu mungkin tidak akan bisa membuangnya jika kamu menyentuhnya.”

Wajah Lewis Tang menjadi semakin lebih buruk untuk dilihat. Dia menghisap rokoknya dalam-dalam dan tidak ada niat untuk terus mendengarkan dia bicara. Jadi, dia menyela dan berakata, “Apakah kamu sudah selesai bicara?”

Dia mengepulkan asap rokok tipis2, wajah yang tampan tersembunyi di balik asap rokok, menyembunyikan semua emosinya, tetapi terdengar suaranya dingin, “Kendrick Tang, kau ingat, belum giliranmu untuk mengurusi urusanku.”

Proses shooting film sudah mencapai tahap akhir, tetapi masalah berikutnya yang dihadapi adalah adalah kekurangan dana. Karena film ini memiliki arti yang berbeda untuk Clarice Lu, maka persyaratannya sangat tinggi, bahkan hampir terlalu parah. Selain itu standar dan persyaratan yang tinggi pasti akan mengkonsumsi lebih banyak dana.

Hanya ada sedikit yang tersisa dari pra-anggaran sebesar 130 juta, dan biaya pasca-produksi masih merupakan biaya yang sangat besar. Hal ini membuat Clarice Lu sangat kebingungan.

“Bos Lu, staf film harus membayar 3.6M untuk biaya venue, jika tidak, orang-orang kita tidak akan bisa ditarik ke luar.” Asisten James mengingatkan.

Kata-kata tadi cukup jelas. Semua staf dia terikat. Jika dia tidak membayar tagihan, staf tersebut tidak bisa didapatkan kembali.

Saat ini, perusahaan memiliki empat serial TV yang sedang tahap shooting. Setiap hari, uang mengalir seperti air, dan situasi keuangan sangatlah ketat. Anggaran yang melebihi anggaran awal ini menjadi masalah yang sangat serius.

Di saat yang sama Elsa Mo mendorong pintu masuk. Ketika Clarice Lu melihatnya dia seolah-olah dia telah melihat seorang penyelamat. “Dewi cantik, tolong pinjami aku uang tunai 3.6M.”

“Clarice Lu, masa kamu tidak mengandalkan koneksimu untuk mendapatkan 3M lebih.” Elsa Mo mencibirnya sekali sambil melihatnya dari kepala sampai kaki.

Clarice Lu mengangkat bahunya tak berdaya. Semua uangnya sudah diinvestasikan di perusahaan. Dia hanya punya beberapa 300 juta untuk biaya hidup, tidak mungkin menggunakan uang tersebut.

Dewi cantik biasanya tidak bisa diandalkan, tetapi yang dia adalah wanita pemberani, murah hati sudah tak usah dibilang. Dia mengeluarkan kartu emas dari tas tangannya dan memberikannya langsung ke Clarice Lu. Dia tidak pernah peduli tentang uang. Tentu saja, ini pasti ada hubungan yang tetap dengan penghasilan tinggi Elsa Mo.

Orang kaya tidak peduli dengan uang. Jika miskin maka untuk makan pun sulit, uang satu sen pun akan dibagi delapan kali untuk dibelanjakan.

Clarice Lu menyerahkan kartu itu kepada asistennya James, menyuruhnya untuk pergi ke bank menarik uang bank, dan kemudian pergi menemui staf untuk melunasi tagihan.

Setelah asisten pergi, Elsa Mo bertanya, “Biaya pasca produksi juga bukanlah jumlah yang kecil, kamu berencana bagaimana menyelesaikannya?”

“Aku akan mencari Lewis Tang. Dia adalah investor, aku tidak bisa mencari orang selain dia. “Clarice Lu sedang memainkan pena karbon hitam di tangannya, dan nada suaranya terdengar sedikit tak berdaya.

Film ini tidak boleh pinjam uang. Tidak ada cara lain selain mencari investasi. Menemui Lewis Tang untuk meminta uang adalah cara paling efektif yang terpikir olehnya saat ini.

Namun, mengulurkan tangan untuk meminta uang kepada seseorang bukanlah hal yang mudah. Dia meminta asistennya untuk membuat janji beberapa kali namun setiap kali Felix Ang menolak karena jadwal CEO Tang sudah penuh.

Situasi ini berlangsung terus selama satu minggu penuh dan Clarice Lu bahkan tidak bisa melihat bayangan Lewis Tang. Sedangkan di pihak lain pasca produksi dan publisitas film terpaksa mandek karena kurangnya dana.

Clarice Lu berdiri di depan jendela kantor. Di luar jendela terlihat jalanan yang sibuk, penuh dengan mobil dan orang. Kerumunan orang-orang terlihat dengan jelas di matanya, hanya sebatas ukuran semut.

Dia melihat keluar jendela dengan tatapan yang kosong. Setelah terdiam cukup lama, dia mengambil ponselnya dan mengeluarkan nomor telepon Lewis Tang dari memori teleponnya.

Tetapi, dia ragu untuk apakah sebaiknya dia menelepon nomor ini atau tidak.

Dia ingin berbicara tentang bisnis, jadi dia selalu meminta asistennya untuk membuat janji, proses bisnis yang lengkap. Tetapi nomor ini adalah nomor pribadinya Lewis Tang. Ketika dia memanggilnya berarti dia sudah mencampur masalah bisnis dan hal pribadi.

Dia sudah berutang terlalu banyak kepada Lewis Tang dan dia terus berutang. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana cara dia membayarnya.

Namun, kenyataannya sering kali tidak membiarkan orang memilih, kekurangan dana sudah sangat mendesak, dia memberanikan diri untuk menelponnya.

Lewis Tang sedang rapat dengan beberapa pemegang saham ketika ponselnya bergetar dan berbunyi.

Dia menunduk dan melihat layar telepon dan berkata, “Maaf, saya akan menjawab telepon.” Kemudian dia mengambil ponselnya dan keluar dari kantor.

Panggilan telepon Clarice Lu sama sekali tidak mengejutkannya. Felix Ang sudah beberapa kali menolak dia untuk bertemu dengan dirinya, maka kali ini pasti dia menelpon mencarinya.

Clarice Lu berkata di telepon, “CEO Tang, aku tidak tahu kapan kamu punya waktu. Aku ingin mengundang Anda untuk makan malam sederhana.”

“Tidak perlu, aku tahu bagaimana cara membalas budi. Aku sibuk. Kamu ada perlu apa boleh langsung katakan sekarang? Suara serak Lewis Tang terdengar tenang dan acuh.

Clarice Lu menyentuh kukunya yang lembut dan kemudian dengan jujur menjelaskan niatnya.

Lewis Tang berdiri tegak di koridor depan ruang rapat, satu tangan memegang ponselnya, tangan lainnya menyalakan rokok yang ada di antara jari-jarinya. Ketika dia mengangkat kepalanya kebetulan dia melihat Alex keluar dari ruang rapat. Pasti beberapa pemegang saham sudah tidak sabar. Dia keluar dan mendesaknya untuk kembali ke ruang rapat.

“Jadwalku hari ini sudah sangat penuh. Jika urusannya sangat mendesak, kamu bisa menemuiku di Nordic Manor malam ini.” Lewis Tang menjawab dengan singkat lalu menutup telepon.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu