Waiting For Love - Chapter 127 Tujuan Clarice Lu Datang Adalah Untuk Melunasi Hutang Dengan Dirinya

Setelah masuk ke dalam vila itu, Clarice Lu melepaskan sepatu hak tingginya yang basah itu, menapak karpet kasmir yang lebut itu dengan kakinya yang telanjang, menatap ke arah pria itu dan dengan malu-malu bertanya, “Apa aku boleh meminjam kamar mandimu sebentar?”

Lewis Tang tidak berbicara, sebaliknya pria itu depan cepat naik ke atas, mencari sepotong kemeja bersih dan melemparkannya ke dirinya, “Pergi mandi dulu sana.”

Tubuh Clarice Lu sudah hampir membeku, kehangatan tubuhnya baru perlahan kembali ketika dia mandi berendam air hangat di dalam kamar mandi yang nyaman itu. Setelah dia berganti ke dalam kemeja Lewis Tang itu, dia keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang kaki.

Dia menemukan Lewis Tang di dalam ruang baca, pria itu berdiri tegap di depan pintu kaca yang sangat besar, sosoknya bagaikan sebuah pohon pinus yang berdiri tegak dan kokoh di tengah-tengah terpaan angin dan salju. Lagit gelap di balik jendela itu telah berubah menjadi latar belakang pria itu.

Sebatang rokok yang menyala, terjepit diantara dua jari tangannya, memenuhi udara disana adalah aroma dingin tabako yang samar.

Clarice Lu memperhatikan punggung pria itu dengan diam-diam, aura kesepian yang dipancarkan oleh tubuh pria itu sedikit memasukki hatinya. Setelah lama berjalan mondar-mandir di depan pintu, Clarice barulah mengumpulkan keberaniannya, selangkah demi selangkah berjalan ke arah pria itu, kemudian menjulur kan lengannya dan perlahan mendekap pinggang pria itu.

Sepasang lengan yang lemah lembut melingkar di atas pinggangnya, Lewis Tang merasakan tubuh yang hangat dan beraroma harum yang memikat itu perlahan mendekat, dada lembut wanita itu bersandar diatas punggungnya yang kekar, bagaikan ada sebuah bongkahan api yang tiba-tiba membara didalam tubuhnya, membakar sampai-sampai dia tidak bisa menahannya lagi, namun perasaan seperti itu, benar-benar terasa sangat enak.

Dia membalikkan tubuhnya dengan perlahan, menghadap wanita itu, wajah kecil Clarice Lu yang bersih itu tidak mengurangi kecantikkannya sama sekali, wanita itu mengangkat sedikit dagunya, menatap lurus kedalam pandangan matanya yang dalam itu dengan malu-malu, sepasang mata gelap berkilau miliknya itu memancarkan cahaya yang memikat orang.

Wajah tampan milik Lewis Tang yang dingin itu tidak sedikitpun menampakkan perubahan emosi, masih terus mempertahankan pembawaan dirinya yang tenang itu seperti biasanya. Sebaliknya, di detik itu, dia justru bisa mendengar dengan jelas suara detak jantungnya sendiri, berdegup dengan kencang dan tidak beraturan.

Pipinya merah, untuk sekali lagi, Clarice Lu memeluk erat tubuh pria itu dari depan. Tubuh mereka melekat menjadi satu, hanya dipisahkan oleh pakaian yang tipis, sampai-sampai bisa mendengar detak jantung yang berdebaran diantara mereka.

Saat itulah Lewis Tang baru menyadari selain kemeja miliknya, wanita itu tidak mengenakan apa-apa di baliknya, tuan muda ketiga Keluarga Tang yang cerdas itu, detik itu, jika dia masih tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh wanita itu, pergaulannya di luar selama bertahun-tahun itu bisa dikatakan sia-sia.

Wajahnya yang hangat itu perlahan berganti dingin, sudut bibirnya yang kaku itu sedikit terangkat ke atas, menunjukkan senyuman yang terlihat menyindir..

Ternyata, Clarice Lu datang untuk melunasi hutangnya! Apa sebenarnya dirinya dimata wanita itu? Apa jangan -jangan, dia melakukan semua ini untik wanita itu hanya karena nafsu saja?!

Dengan posisinya hari itu, detik itu sebagai tuan muda ketiga Keluarga Tang, kalau dirinya sebatas menginginkan seorang wanita menemaninya tidur, wanita seperti apa tidak ada kalau dia menginginkannya? Clarice Lu memang memiliki perangai yang cantik, namun wanita yang lebih cantik, lebih seksi darinya itu tidak terhitung jumlahnya, kalau dirinya hanya menginginkan tubuh seorang wanita, kenapa harus dengan wanita itu saja?

Diwaktu yang sama, Clarice Lu sedang membenamkan wajahnya didalam dada pria itu, gugup dan khawatir. Hal yang akan terjadi selanjutnya seharusnya berjalan sesuai dengan rencananya kan? Meskipun dia sudah mempersiapkan hatinya, namun dirinya masih saja salah tingkah, Clarice Lu yang kehilangan ingatannya, masih terlalu asing dengan hubungan antara pria dan wanita yang seperti itu, membuat perasaan takut dalam hatinya semakin bertambah besar.

Sebaliknya, yang benar-benar membuatnya terkejut adalah Lewis Tang tiba-tiba mendorongnya dari dalam pelukkannya.

Mata Pria itu menatapnya dengan dalam. Dua jari panjang dan ramping milik pria itu yang bersih itu mengangkat dagunya, diantara tatapan itu, Clarice melihat perasaan dingin dibalik pandangan dalam pria itu.

"Clarice Lu, kamu terlalu menganggap tinggi dirimu, atau terlalu menganggap rendah diriku? Kalau aku hanya ingin membeli sebuah tubuh, kamu benar-benar tidak layak untuk harga ini."

Perkataannya yang sangat terang-terangan dan tanpa perasaan itu langsung menusuk hati Clarice, dia memberontak berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan pria itu, hanya merasa harga dirinya sudah hancur berkeping-keping. Dia sedikit menundukkan kepalanya, diluar kendalinya, matanyanya mulai memerah.

"Maaf, aku salah paham dan hanya memikirkan perasaanku sendiri.” Suaranya terisak, nada bicaranya seperti sedang menyindir dan merendahkan dirinya sendiri.

Pada saat itu, dia hanya bisa merasakan malu ketika berdiri disana, kemudian dia berbalik badan untuk berjalan keluar pintu. Namun, belum melakah pergi separuh dari ruangan itu, tubuh tinggi besar Lewis Tang itu tiba-tiba memeluknya dari belakang, mendekap dirinya erat dalam pelukkannya.

“Lepaskan tanganmu, jangan sentuh aku. Aku tahu kamu merasa jijik.” Clarice Lu tidak dapat menahan emosinya dan memberontak.

Sebaliknya, lengan Lewis Tang mendekap wanita itu lebih erat lagi, sama sekali tidak berniat melepaskannya. Dia menghela napas ringan. Jelas-jelas dirinya lah yang disakiti, namun tanpa menunggu air mata wanita itu jatuh, hanya perlu melihat Clarice menampakkan sedikit perasaan sakit, hatinya langsung merasa kasihan.

Wanita kecil itu adalah kelemahan utamanya.

“Clarice, aku ingin memiliki dirimu, tetapi aku tidak ingin memilikimu dengan cara seperti ini. Sudah terlalu malam, lebih baik tidur.” Ucap dirinya disamping telinga wanita itu, dibalik suara rendah dan seraknya itu, terdengar sedikit perasaan tidak berdaya.

Setelah selesai berbicara, dirinya melepaskan Clarice, berjalan keluar dari ruang baca itu dengan langkah kaki yang lebar. Meninggalkan Clarice yang merasa kesal dan tidak berdaya itu seorang diri.

Kalau kalian pikir semuanya hanya berakhir disana, sebaliknya, hari yang sama, malamnya, pada akhirnya mereka masih melakukannya.

Ketika malam sudah sangat larut, tiba-tiba turun hujan badai yang besar, Clarice Lu terbangun dari mimpi buruknnya.

Lampu ruangan itu tidak menyala, gelap gulita, sementara diluar jendela itu kilat dan petir menyambar-nyambar, terlihat sedikit menakutkan.

Clarice Lu membuka selimutnya dan turun dari tempat tidur, dengan kakinya yang telanjang, menginjak lantai yang dingin itu. Dia turun dengan meraba pegangan tangga itu, pergi ke ruang tamu di lantai satu.

Lantai satu yang besar itu, gelap dan kosong, hanya ada pancaran cahaya kilat dan lampu jalan yang masuk ke dalam dari luar jendela, menampilkan bayangan samar furnitur antik rumah itu.

Dia duduk di atas sofa kulit asli di tengah-tengah ruang tamu itu, ruangan itu terasa sedikit dingin, Clarice Lu perlahan meringkukkan tubuhnya. Kucing putih besar yang dari awal berguling di sudut sofa dan tertidur pulas itu, perlahan mendekat ke samping tubuhnya, mereka saling bersandar satu sama lainnya.

Diluar jendela itu, lagi-lagi muncul sebuah kilat yang menusuk mata dan membelah langit, disusul oleh suara petir yang sangar besar.

Pintu geser kaca itu seperti tidak tertutup rapat, angin dingin bersama dengan kabut dan air hujan menyelip masuk dari sela-sela pintu yang terbuka, tidak henti-hentinya meniup naik gorden putih itu. Disebelah gorden itu, terpajang sebuah selo berwarna coklat kemerahan, Clarice Lu ingat, ketika dia pertama kali datang ke vila itu, pandangannya langsung tertuju kepada selo yang terpajang disana, seperti tidak ada orang yang pernah menggerakkannya.

Tanpa berpikir panjang, dia berdiri dari sofa dan berjalan kesamping selo itu, menyentuh permukaannya dengan pelan, kemudian membawanya dalam pelukkannya, menggesek senarnya dengan terlatih.

Melodi rendah mengalun dari tubuh selo itu, alunan lagu merdu dan sedih dari selo itu menggema memenuhi vila.

Masih lagu itu, Dandelion’s Promise, memainkan lagu itu, ekspresi wajah Clarice Lu terlihat sangat tajam, alisnya yang sedikit berkerut itu, diwarnai sedikit perasaan sedih.

Bunga dandelion disamping pagar sekolah,

merupakan pemandangan penuh arti didalam ingatan.

Suara jangkrik yang terdengar dari lapangan ketika tidur siang,

setelah bertahun-tahun lewat, masih terdengar merdu.

Menerbangkan sebuah pesawat origami untuk mengirimkan harapan,

karena kita tidak bisa menunggu bintang meteor itu.

Dengan sungguh-sungguh melemparkan koin untuk memutuskan nasib,

tetapi tidak tahu sebenarnya harus pergi kemana.

Janji untuk tumbuh besar bersama,

dengan begitu jelas mengaitkan kelingking dengan kepercayaanku.

Sudah berjanji untuk pergi liburan bersama,

adalah satu-satunya alasanmu terus bertahan sampai hari ini.

Lewis Tang turun ke bawah dengan mengikuti iringan melodi selo itu, dia berdiri disudut tangga, memperhatikan wanita didepan pintu geser kaca itu dengan diam. Rambut lurus wanita itu tergerai bebas sampai ke bagian pinggangnya, kulitnya putih, gaun tidur yang putih seperti salju, sebuah celo berwarna coklat kemerahan dalam pelukkannya, sisi wajahnya yang lembut itu terlihat tenang dan cantik.

Dibelakang wanita itu adalah langit penuh kilat dan petir, jelas-jelas adalah sebuah gambaran yang sangat tidak cocok, tetapi sama sekali tidak merusak kecantikkannya.

Kemudian, Clarice Lu menyadari kehadiran pria itu, tangannya yang memainkan selo itu tiba-tiba berhenti, suara alunan musik yang memenuhi tempat itu juga langsung berhenti.

“Apa aku membangunkanmu?” Dia berdiri sambil memegangi selo itu, bertanya dengan sedikit salah tingkah. Menumpang tinggal di dalam rumah orang, masih tanpa seijin orang itu memegang barang miliknya, Clarice Lu tidak tahu apakah Lewis Tang akan tersinggung.

Setelah Clarice Lu diam, Lewis Tang berjalan keluar dari sudut yang gelap itu, datang ke hadapannya, wajah tampan pria itu tidak menunjukkan sedikitpun perasaan tidak senang, justru bertanya dengan cemas, “Kenapa kamu tidak tidur? Takut?”

Yang dimaksud pria itu adalah hujan petir di luar jendela itu.

Clarice Lu menggeleng-gelengkan kepalanya, menjawab, “Aku memiliki sebuah mimpi, kemudian tidak bisa tertidur lagi.”

Lewis Tang meraih tangannya, menariknya duduk di atas sofa, kucing besar putih itu langsung melompat turun dari atas sofa, meringkuk di bawah kaki pria itu. Sebuah bola berbulu berwarna putih seperti salju, dilihat sepintas, benar-benar mirip sebuah bongkahan salju.

Dia menggengam tangan kecil dan lembut milik wanita itu, rasa dingin itu, membuat dia tidak dapat menahan untuk merasa sedih. “Mimpi apa?” Terdengar kelembutan dan perasaan yang tidak dapat dijelaskan dari balik suara serak dan rendah pria itu,

Clarice Lu diam untuk sejenak, pandangannya refleks melihat kearah langit luar yang gelap itu, pupil matanya yang hitam berkilau itu sedikit mengendur, seperti sedang menyelami ingatannya yang dalam.

Benar, ingatan. Jelas-jelas hanya sebuah mimpi, namun terasa sangat nyata dan jelas, apa yang terjadi ketika dirinya setengah sadar itu dan ingatannya yang terkubur dalam itu bercampur menjadi satu, seperti benar-benar pernah terjadi dalam hidupnya.

Setelah lama berdiam, Clarice Lu barulah memulai berbicara dengan pelan, suaranya terdengar sedikit berayun. “Lewis Tang, apa aku pernah memberi tahumu, lima tahun yang lalu, aku mengalami sebuah kecelakaan mobil yang sangat parah, melupakan banyak kejadian dimasa lalu. Aku pernah mencintai seorang pria, seperti benar-benar mencintainya, kita juga memiliki seorang anak yang belum sempat lahir diantara kita, tetapi, setelah kecelakaan itu, bahkan penampilannya saja aku tidak ingat lagi, namun, tadi, aku seperti memimpikan dirinya.”

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu