Waiting For Love - Bab 140 Tidak Ada Pemenang Dalam Pertempuran Ini

Meninggalkan rumah Lu, Chris Lu tidak kembali ke kantor, dia mengemudi mobil bersama Clarice Lu ke taman kecil yang tidak jauh dari sekitar situ.

Beberapa tahun ini perubahan Kota B sangat besar, banyak tempat telah dibangun gedung tinggi. Yang berharga adalah bahwa setelah dua puluh tahun berlalu, taman kecil ini belum dihancurkan.

Chris Lu dan Clarice Lu kakak beradik berdua duduk berdampingan di bawah pohon kapur barus yang tinggi, tidak jauh dari tempat duduk mereka, ada slide dan ayunan yang disukai anak-anak.

“Masih ingat tidak, pas masih kecil Ibu sering membawa kita kesini, pernah sekali kamu terjatuh dari ayunan, nangis tidak berhenti, Ibu pun terkejut sampai wajahnya menjadi pucat.” Chris Lu sambil menunjuk ayunan di depan, saat itu, Clarice terjatuh dari ayunan tersebut.

“Tentu aku ingat.” Clarice sambil menundukkan kepala sambil ketawa, saat masih kecil dia merasa ayunan ini besar dan tinggi, pas terjatuh sakitnya seperti sudah hampir meninggal, namun melihatnya sekarang, ayunan yang dibuat khusus untuk anak-anaknya ini, tingginya tidak lebih dari 1 meter.

Clarice Lu meletakkan tanganya di dagu, banyak kenangan masa kecil mengalir ke dalam pikiran seperti gelombang laut yang sedang pasang.

Masa kecilnya, memang sangat bahagia. Pada saat itu, perusahaan Darwin Lu mulai memasuki jalur, Jane Xia sudah keluar dari perusahan, menjadi Ibu rumah tangga. Sebagian besar waktunya dihabiskan bersama kedua anak-anaknya, Clarice seperti seorang putri kecil, sangat disayangi oleh Ibu dan Abang.

Hari-hari manis yang seperti berendam di dalam madu tidak tahu sejak kapan berubah? Ingatan Clarice pun sudah mulai kabur. Dia hanya ingat kalau senyuman di wajah Ibunya semakin berkurang hari demi hari, sampai akhirnya menjadi tidak tersenyum lagi, sampai akhirnya benar-benar putus dengan Ayahnya.

Pada saat itu, desas-desus tentang perselingkuhan Darwin Lu sudah mulai terdengar oleh Jane Xia, Awalnya, dia masih memilih untuk percaya pada suaminya. Namun, seiring Darwin Lu yang semakin sering tidak pulang ke rumah, Jane Xia pun tidak bisa menipu diri sendirinya lagi.

Dia adalah sosok wanita yang sangat bangga, demi kedua anaknya bisa memiliki keluarga yang sempurna, Jane Xia hanya bisa memilih untuk menyimpan semuanya sendiri. Dan komprominya, malah mendapatkan sikap Darwin Lu yang semakin lewat batas.

Clarice Lu ingat dengan sangat jelas, saat dia berumur 15 tahun, Natalia Liang membawa Castellia Lu, dan keluarga Liang sampai ke rumah Lu, sampai di rumah Lu, mereka berteriak-teriak dan membuat rusuh di sana, seorang wanita yang sudah merebut suami orang, menjadi orang ketiga yang merusak keluarga orang lain, masih bisa bersikap seolah-olah tidak bersalah.

Jane Xia berasal dari keluarga yang terpelajar, dia tidak bisa beradu mulut dengan orang, menghadapi wanita seperti Natalia Liang, walaupun ia benar pun tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Dan Clarice saat itu masih kecil, nangis ketakutan di dalam pelukan Ibunya.

Saat itu Chris Lu juga baru 20an, dia mengambil sekop di halaman dan memaksa keluarga Liang pergi dari rumah mereka, Dia adalah pria di rumah itu, dia merasa dia memiliki tanggung jawab untuk melindungi ibu dan adiknya.

Ketika kedua belah pihak berselisih, dia tidak sengaja melukai Natalia Liang, tentu saja, itu hanya luka kecil, Namun setelah Darwin Lu pulang, dia tidak menanyakan penyebab langsung menampar Chris Lu dengan keras di depan keluarga Liang.

Tamparan keras itu lah, yang benar-benar memutuskan respek terakhir Chris Lu kepada Darwin Lu, tamparan itu juga yang telah memutuskan hubungan antara Ayahnya dan dia.

Wajah Chris Lu bengkak selama setengah bulan, dan Jane Xia pun tidak tahan lagi, akhirnya bercerai dengan Darwin Lu.

Dia wanita yang punya Ego, saat bercerai dia tidak meminta apa-apa, bisa dikatakan dia tidak mengambil satu perak pun tadi Darwin Lu. Satu-satunya permintaannya adalah meninggalkan Keluarga Lu dengan sepasang anaknya.

Namun, siapapun tidak mengira, Chris Lu tidak ingin pergi bersamanya, ia memilih tinggal di rumah Lu.

Saat itu, dia mengantar Ibu dan Adiknya pergi, dia berkata pada mereka: Segala yang dimiliki keluarga Lu, suatu saat dia akan mengambilnya kembali.

Dan hari ini, dia pun sudah berhasil. Dan Clarice tahu, bahwa Chris Lu sama sekali tidak bahagia.

Beberapa tahun ini, dia hidup di dalam kebencian, dan kebencian ini juga yang membuatnya bertahan sampai hari ini. Dan sekarang, dia sudah berhasil membalas Darwin Lu, dan juga Natalia Liang, namun setelah lewatnya kebahagian yang dia dapatkan dari pembalasan tersebut, hatinya pun jadi kosong.

Chris Lu tidak pernah berpikir, setelah pembalasan dendam tersebut, apa yang bisa ia lakukan, apa ia masih mempunyai masa depan?!

“Abang.” Clarice mengulurkan tangan, memegang tangan Abangnya, memegang dengan erat, dan berkata kepadanya, “Abang, kamu masih punya aku.”

Nasehat Clarice memang berhasil mengisi hati sebagian hati Chris Lu. Namun biasanya yang dibutuhkan seorang pria adalah kenyamanan secara fisik.

Oleh karena itu, setelah berpisah dengan Clarice Lu, dia pun pergi mencari Elsa Mo.

Mobilnya telah menunggu lama hingga larut malam di bawah apartemen Elsa Mo, baru melihat mobil pengasuhnya memasuki dalam area apartement.

“Kak Anne, aku besok jam 8 jemput kamu ya.” Asistennya mengingatinya sebelum turun dari mobil.

Elsa Mo melambaikan tangan kepadanya, bertanda sudah tahu, kemudian ia masuk ke dalam gedung dengan hak tinggi dia.

Dia berdiri di depan pintu lift, tiba-tiba ada bayangin hitam yang mendatanginya, Elsa Mo pun terkaget, berbalik badan dan melihat ternyata orang tersebut adalah Chris Lu.

“Kenapa kamu disini! Tidak mengeluarkan suara sama sekali, kamu tidak tahu ya kalau orang menakuti orang itu bisa menakuti orang sampai meninggal.” Elsa Mo dengan tidak senang melototnya, mata besarnya yang cantik itu merah dan bengkak.

Saya tidak tahu apakah orang-orang menakutkan untuk menakut-nakuti orang. Mu Xiaoling meliriknya dengan ketidakpuasan, dan sepasang mata besar yang tampan merah dan bengkak.

“Habis menangis kamu?” Chris Lu bertanya.

“Sudah seharian syuting adegan nangis, bagaimana emang tidak nangis” Setelah Elsa Mo selesai berkata, lift berbunyi ding, kedua pintu lift terbuka.

Elsa Mo melangkah masuk ke dalam, Chris Lu juga mengikut di bekalangnya.

Lift perlahan-lahan bergerak ke atas, dalam ruang kecil tersebut, mereka berdua berdiri di kedua sisi, terlihat berpisah di dua sisi dengan jelas.

“Ada apa kamu mencari aku?” Elsa Mo menundukkan kepala, tatapannya melihat ke tas Mutiara yang di genggam.

Chris Lu melihatnya dengan kepala menyamping, senyuman dibibirnya yang terbayang-bayang, “Kangen sama kamu.”

“Tuan Lu kangen sama aku? Atau ingin melampiaskan nafsu?” Elsa Mo tiba-tiba mengangkat kepala dan melihatnya, tatapan dan nada ngomongnya penuh dengan sinis. “Chris Lu, kamu tidur sama pelacur saja harus bayar, kenapa aku harus ditiduri kamu dengan gratis!”

Chris Lu mengerutkan alisnya, wajah tampannya tidak terlihat ada perasaan tidak senang, malah tersenyum lebar. “Surat nikah yang dikeluarkan oleh Catatan Sipil, sudah menyetujui aku meniduri kamu dengan gratis bukan.”

Mendengarkan kata-kata tersebut, Elsa Mo melototi nya, beberapa saat kemudian, ia baru mengeluarkan kata, “Sial.”

Sampai di ranjang, Elsa Mo baru menyadari kalau Chris Lu hari ini tidak seperti biasanya. Chris Lu memang sedikit kasar di ranjang, namun hari ini jelas melewati batas kasar, malah makin kejam, sangat kejam, seperti ingin menelannya dengan hidup-hidup.

Elsa Mo tertimpa olehnya sampai ingin menangis namun tidak bisa, memohonnya juga tidak berguna, tetapi, dia sakit, tidak enak, tentunya Chris Lu juga tidak lebih baik. Dia mengulurkan jarinya dengan kuku yang panjang tersebut, sampai badan Chris Lu terluka-luka, setiap goresannya sangat dalam sampe berdarah.

Diantara Chris Lu dan Elsa Mo, dari awal mereka bedua tidak ada yang menang dalam permainan ini, mereka saling menyiksa, tidak ada yang lebih beruntung di antara mereka.

Setelah selesai, Elsa Mo sudah kehabisan tenaga, sampai tidak sanggup pergi ke kamar mandi untuk mandi, dia terbaring di dalam selimut, melihat atap dengan tatapan kosong.

Chris Lu berbaring di sampingnya, dengan bosan bermain dengan rambutnya, seolah-olah seperti kanak-kanak.

Dia menatap Elsa Mo yang sedang menatap dengan lembut, namun kelembutan ini sangat kontradiksi, seperti perasaan dia kepada Elsa Mo, dari dulu sampai sekarang sangat berkontradiksi.

“Aku sudah mendengar kabar tentang Wakil Walikota Liang?” tiba-tiba Elsa Mo bertanya. Dia tidak terlalu peka terhadap kabar-kabar politik, tidak heran dia baru mengetahui masalah ini.

“iya.” Chris Lu menjawab.

“Ada hubungannya dengan kamu?”

“Iya.” Chris Lu menjawab dengan sangat singkat, dia tidak ingin membahas topik ini dengannya, namun dia juga tidak ingin menyembunyikan masalah ini dari dirinya.

Mendengarkan kata-kata tersebut, Elsa Mo tertawa. Namun tertawa terdengar sedikit menusuk, “Keluar Liang sudah kalah, selamat kepada kamu, akhirnya balas dendam juga, Chris Lu, apa perasaan kamu sekarang, apakah kamu senang?”

Chris Lu terdiam dan tidak menjawab, tatapannya pun menjadi dingin. Dia tidak suka orang lain mengetahui apa isi hatinya, dan benar dia tidak senang.

Elsa Mo bangu ndari tempat tidur, terbungkus dalam selimut ia berjalan ke jendela, dan membuka jendela. Angin dingin berhembus dari luar, menghanyutkan rasa intim yang ada di dalam ruang tersebut.

Rambut Elsa MO yang panjang dengan sangat alami terjatuh di pinggangnya, matanya yang sedikit terpejam itu membuatnya terlihat seperti seekor kucing malas. Punggungnya bersandar ke dinding di satu sisi jendela, menatap Chris Lu yang duduk di tempat tidur, dan dengan nada yang pelan dan malas ia berkata, “Fey Xiao telah kembali, dia dan aku sekarang berada di salam satu tim syuting, dia ada pemeran wanita utama, aku pemeran wanita kedua.”

““Oh ya? Tuan Dewi kenapa mau menerima jadi peran pendukung saja.” Chris Lu berkata sambil tertawa dan menyalakan sebatang rokok.

“Sutradara besar yang akan mengarahkan drama kali ini, sudah susah payah merebutkan peran di drama ini, bisa jadi salah satu pemeran saja sudah sangat bagus, siapa masih berani milih milih, lagi pula, bukannya aku sudah lama menjadi peran pendukung kalian berdua ya.”

Elsa Mo tertawa dengan mengeledek diri sendiri, dia merasa hidup bagaikan drama.

Saat itu, dia sebenarnya sudah bisa pergi ke Hollywood untuk mengembangi karirnya di sana, karena demi mereka akhirnya dia bersembunyi di dalam negeri, dan sekarang, mereka sudah pulang, dimana lagi dia harus bersembunyi.

“Chris Lu, kamu berencana kapan mengurus surat perceraian kita?” Elsa Mo bertanya.

“Sejak kapan aku bilang ingin bercerai dengan kamu?” Chris Lu berkata sambil melipat tangan, dengan santai menatapnya.

Elsa Mo sangat geram rasanya ingin langsung merobek wajah tampan tersebut. Pria ini tipikal orang yang sudah makan apa yang ada di dalam mangkok masih mengintip apa yang ada di dalam panci.

Dulu ia bersembunyi di dalam negeri, awalnya ia kira kalau tidak tinggal bersama selama 3 tahun bisa mengajukan cerai, tapi tidak sangka, saat sudah 2 tahun setengah, tiba-tiba Chris Lu pulang dan menemukannya, dan bertidur dengannya, alhasil perjuangan Elsa Mo sia-sia begitu saja. Kemudian, setiap kali Chris Lu pulang, ia akan datang menganggunya.

Elsa Mo sudah sangat geram, namun Chris Lu malah sangat senang tidak mengenal lelah.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu