Waiting For Love - Chapter 107 Seperti Dugaan, Semuanya Licik dan Penuh Tipu Muslihat (2)

Wanita yang terpancing oleh David Luo, seperti dugaan, semuanya licik dan penuh tipu muslihat. Detik itu, Clarice Lu tiba-tiba merasakan sedikit kebahagian, tidak lama lagi dirinya akan terbebas dari David Luo. Adapun di masa depan, apakah Felicia Lin dan Jasmine Man akan berkelahi mati-matian untuk memperebutkan pria bejat itu, pertanyaan itu bukanlah sesuatu yang harus dipikirkan lagi oleh dirinya.

“Kamu terlalu serius menanggapi semua hal ini, perusahaan ini kelak adalah milik David Luo, tidak ada hubungannya sama sekali denganku.” Clarice Lu membalas wanita itu dengan datar.

Karena tiba-tiba muncul seorang Felicia Lin, Clarice Lu pergi meninggalkan David Luo.

Setelah suara bantingan pintu yang keras itu, Felicia Lin menggeleng-gelengkan kepalanya, tertawa sambil bercanda, “Ternyata nyonya besar juga memiliki tempramen yang tidak kecil.”

“Kamu jangan dekat-dekat dengannya.” David Luo mengerutkan dahinya, ucapannya terdengar seperti peringatan, wajah tampannya itu masih tetap dingin seperti es. Pria itu membuka berkas yang dibawa oleh Felicia Lin itu, lalu langsung membalik berkas itu ke halaman paling belakang, dan menandatanginya. Lalu memberikannya kembali ke Felicia Lin.

"Tidakkah kamu mau melihatnya dulu?” Tanya Felicia Lin.

“Tidak perlu, aku percaya denganmu.” Ucap David Luo sambil bersandar di kursinya, lelah.

Alih-alih pergi meninggalkan kantor itu, Felicia Lin berjalan ke belakang kursi bos pria itu, sepasang tangan halus itu diletakkan ke atas pundak pria itu, lalu mulai memijatnya.

“Lelah belakangan ini?” Tanyanya dengan penuh perhatian.

“Ya.” Jawab David Luo pelan, pria itu terlihat seperti tidak ingin berbicara banyak.

Felicia Lin membungkukkan badannya, bibirnya menempel di samping telinga pria itu, dengan lembut berkata, “Bagaimana kalau malam ini kamu datang ke tempatku? Aku akan membantumu untuk relaks.”

David Luo yang sebelumnya memejamkan matanya, mendengar perkataannya itu, tiba-tiba membuka matanya, tatapannya perlahan berubah semakin dingin.

Felicia Lin masih dalam posisi membungkuk, dia tidak sabaran menunggu jawaban dari pria itu, tidak sabar dan penuh harapan. Setelah hening beberapa saat, dia malah mendengar jawaban datar dari pria itu, “Ada janji dengan klien.”

Terlihat sepintas ekspresi kecewa di wajah Felicia Lin yang mengenakan topeng cantik sempurna itu. Pada mulanya dia masih ingin berbicara lagi, tetapi pria itu tiba-tiba melepaskan tangan Felicia Lin yang diletakkan di pundaknya itu dengan kasar.

“Kembali bekerja, aku harap kita tidak memiliki hubungan lain di kantor selain kerja.”

Felicia Lin menunjukkan perasaan tidak senang, senyum di wajahnya berubah kaku, tetapi dirinya memilih untuk tidak memikirkannya berlama-lama, dia mengambil berkas di atas meja itu, lalu berjalan keluar dari kantor David Luo dengan langkah anggunnya.

Ruang kantor itu seketika menjadi hening, pandangan dingin mata David Luo itu tertuju ke arah kamera tersembunyi yang sudah tidak berbentuk lagi itu yang terjatuh di atas lantai kantornya, pria itu terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

Disisi lainnya, keluar dari kantor itu, Clarice Lu langsung mengendarai mobilnya pergi ke sebuah bar yang sering dia datangi.

Bisnis bar itu selalu baik, suasana di dalamnya sedikit ramai, Clarice Lu berjalan menembus kerumunan orang dengan berbagai macam penampilan, lalu duduk di konter bar itu, dan meletakkan tas tangan yang dibawanya itu di sebelahnya, dia kemudian memesan segelas whisky dengan bartender di konter bar itu.

“Sudah lama kamu tidak kesini, sibuk belakangan ini?” Orang yang bekerja sebagai bartender itu adalah seorang pria muda, warna dan gaya rambutnya modis, wajahnya ceria dan tampan. Karena Clarice Lu sering pergi kesana, hubungan mereka berdua bisa dikatakan cukup dekat.

Clarice Lu tersenyum tipis, tidak terlalu ingin menjelaskannya, untuk berbasa-basi saja dirinya merasa lelah. Semenjak terakhir kali operasi pendarahan diperut itu, dia memang tidak pernah lagi meminum alkohol, kalau dihitung-hitung, memang sudah cukup lama.

Dia mengangkat gelas yang dihadapannya itu, meminumnya sama seperti meminum air. Kadar alkohol dalam whiskey tidak bisa dikatakan rendah, jejak yang tajam dan panas dari meneguk minuman itu, mengalir dari dalam mulut hingga ke dalam lambung, merangsang setiap sel di dalam tubuhnya.

Clarice Lu meminum beberapa gelas dalam satu tegukkan, kepalanya terasa sedikit berat, namun dirinya masih belum bisa dikatakan mabuk. Dengan pandanganmya yang kabur, dia memperhatikan tumpukan gelas alkohol yang kosong itu, sudut bibirnya terangkat, memperlihatkan sebuah senyuman yang terlihat sedikit mencibir.

Sejak kapan dirinya minum untuk menenangkan pikirannya? Semenjak dia tahu mengenai hubungan Jasmine Man dan David Luo, atau semenjak pria itu mempermalukan dirinya sendiri dengan terus-menerus melindungi Jasmine Man? Kepala Clarice Lu mulai terasa sangat sakit, ada beberapa hal yang benar-benar tidak bisa dia ingat dengan jelas lagi.

Tetapi memikirkannya lagi sekarang, untuk pria seperti itu, dia tidak sepatutnya berjuang.

Tanpa disadari, gelas alkohol dalam genggamannya itu sudah kosong, Clarice Lu kembali memesan segelas whiskey, sambil minum, pandangan matanya yang kabur itu melihat ke tengah-tengah lantai dansa dalam tempat itu, pria dan wanita dengan berbagai macam tampilan sedang menari-nari dengan penuh energi, yang mengejutkan adalah, dia melihat seorang yang sangat tidak dia ingin temui di tengah-tengah kerumunan itu, Dalton Fang.

Pria itu mengenakan kacamata hitam yang besar, terbenam dibawah sorotan lampu yang redup, dia merangkul seorang wanita seksi, bagaikan tidak ada seorangpun disekitarnya, mereka berciuman dan berpelukkan。

Clarice Lu tidak dapat menahan senyumnya, berpikir di dalam hatinya, Dalton Fang benar-benar ingin menghancurkan dirinya, di tempat ramai seperti ini, memang sudah memakai kacamata hitam, tetapi tidak sulit untuk mengenali dirinya, kalau sampai dirinya difoto oleh paparazzi, dia pasti bisa menjadi berita utama pada hari berikutnya. Kalau perusahaan masih berencana untuk menyimpan pria pembuat onar itu, departemen hubungan sosial lagi-lagi akan menjadi sekumpulan prajurit yang terjatuh bersama dengan kudanya, kelabakan, sibuk memberikan telepon darurat kesana-kemari.

Namun, semua itu seperti tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.

Ketika dirinya sedang sibuk memikirkan ini dan itu, tanpa disangka-sangka, Dalton Fang tiba-tiba melihat ke arahnya, meskipun dengan cahaya lampu yang redup, bekas luka disudut bibirnya itu masih terlihat dengan sangat jelas, hasil karya tamparan tangan Clarice Lu.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu