Waiting For Love - Bab 300 Siapa Yang Bisa Menjamin Masa Depan

Setelah selesai mendengarkan, Chris Lu tersenyum dingin. Senyumannya sedikit mengejek. “Hanya seorang gadis kecil yang bisa membicarakan tentang cinta sepanjang hari. Sebagai manusia, Elsa Mo tetap lebih harus realistis. Memanfaatkan sebaik mungkin waktu sekarang merupakan hal yang paling penting. Siapa yang bisa menjamin masa depan. Pada awalnya, ketika ayahku menikah dengan ibuku, semua perkataannya sangat manis. Dia juga bersumpah akan mencintainya selamanya. Tapi akhirnya bagaimana? Dia berselingkuh dalam pernikahan ini demi mencari wanita lain.”

Elsa Mo tidak menyangka bahwa Chris Lu bisa mempunyai keluarga seperti ini. Jika dibandingkan dengannya, keadaannya tidak lebih baik darinya. Dia mengerutkan bibirnya tidak berbicara. Dia menatap wajah tampannya yang tampak sedikit pucat. Untuk sesaat, hatinya sedih, dia merasa sedikit simpati kepadanya.

Elsa Mo kekurangan uang, sedangkan yang dibutuhkan oleh Chris Lu adalah cinta. Pria yang tidak berani berbicara tentang cinta. Mungkin dia benar-benar tidak mengerti apa itu cinta.

Dia menghela napas ringan, kemudian dia mengulurkan tangannya untuk meraih cangkir kosong di atas meja. Tepat saat dia akan bangun, Chris Lu memegang lengannya dengan erat.

“Jangan pergi.” Ujarnya untuk menghentikannya.

“Aku akan menuangkan secangkir teh untukmu.” Ujar Elsa Mo, dia ,menatap ekspresinya yang sangat tidak berdaya. Chris Lu yang sedang sakit, sangat manja seperti anak kecil.

Barulah Chris Lu melepaskan tangannya. Elsa Mo pergi ke dapur kecil kemudian dia menambahkan setengah cangkir air hangat dan membawanya kembali ke ruang tamu dan meletakkannya di meja kopi di depan Chris Lu, tetapi dia tidak mengambil teh tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan menarik Elsa Mo jatuh ke dalam pelukannya.

“Tetaplah bersamaku, temani aku di sisiku ya?” Dia pelan-pelan menaruh kepalanya ke perutnya. Lalu dia berkata dengan suara kecil dan serak sambil menghela nafas.

Kening Elsa Mo yang indah sedikit berkerut. Setelah terdiam beberapa saat, dia bertanya, “berapa lama?”

Chris Lu menolehkan kepalanya dan menatapnya dengan pandangan yang sedikit dalam.

“Berapa lama kamu ingin aku untuk mengikutimu? Sampai hari dimana kamu bosan dengaku?”

Chris Lu tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini, meskipun dia mengatakannya langsung dan sedikit tidak enak didengar. Tapi di dalam hatinya dia memang berpikir seperti itu. Dia tidak percaya pada cinta dan pernikahan. Tetapi dia menyukainya, ingin bersamanya sampai mereka berdua bosan melihat satu sama lain.

“Aku tahu masa muda wanita sangat terbatas. Ketika aku berpacaran denganmu, aku akan mengasihimu Bahkan jika kita berpisah nanti, aku akan memberikanmu kompensasi,” Chris Lu berkata kepadanya dengan nada suaranya yang sangat serius. Perkataanya terdengar sangat terdengar sama seperti sebuah janji .

Setelah terdiam lama, Elsa Mo hanya menjawab, “Beri aku waktu. Aku akan mempertimbangkannya.”

Chris Lu tersenyum kemudian dan pelan-pelan mencium pipinya. Meskipun dia tidak menerimanya, tetapi dia juga tidak menolak. Ini merupakan hal yang baik.

“Elsa Mo, apakah kamu mau tidur denganku malam ini, atau ...”

“Kamu tidur di ranjang, aku bisa tidur di sofa.” Elsa Mo terburu-buru menyela perkataannya, tidak menunggunya sampai dia selesai bicara.

Chris Lu tersenyum dan mengangguk. Tanpa memaksanya, dia berbaring tidur ke atas sofa kulit yang lebar dan lembut. Dengan kedua tangannya yang diletakkan di belakang kepalanya, posturnya ini tampak terlihat sangat elegan dan berkelas.

“Kamu saja yang tidur di kamar. Aku yang tidur di sofa malam ini.” Ujarnya.

“Kamu itu sakit atau ...”

“Tidak usah banyak bicara untuk hal sepele seperti ini. Aku lelah. Aku sangat malas untuk pindah. Tidurlah di kamar.” Ketika Chris Lu selesai bicara, dia menutup matanya.

Elsa Mo tidak meributkan lagi hal ini dan segera pergi ke kamar tidur. Dia mengambil selimut keluar, kemudian menutup tubuhnya dengan lembut. Kemudian Chris Lu tiba-tiba meraih tangannya sambil sudut bibirnya tersenyum tipis.

Elsa Mo langsung panik, dia takut dia akan melakukan hal yang sama lagi, jadi dia mencoba melepaskan diri sekuat tenaga. Tidak disangka, dia dengan mudah melepaskan diri darinya.

Chris Lu masih menutup matanya, tangannya terjatuh kembali dan sepertinya dia telah tidur dengan tenang. Tindakan tadi itu sepertinya hanya menjadi halusinasinya Elsa Mo.

Dia kembali ke kamar dan berbaring di atas ranjang impor yang lembut dan nyaman. Tetapi entah mengapa dia tidak bisa tidur.

Elsa Mo sering berkeliling dunia bersama dengan kru film dan fotonya. Jadi dia tidak memiliki kebiasaan tidak bisa tidur di tempat yang baru. Ke mana pun dia pergi, dia bisa makan sampai kenyang dan tidur dengan nyenyak. Dia belum pernah mengalami insomnia.

Dan dengan kehadiran Chris Lu, pria ini telah mengganggu hidupnya.

Elsa Mo berbolak balik di tempat tidur tetapi tetap saja tidak bisa tidur. Sekitar pukul tiga tengah malam, dia bangkit dari tempat tidur dan pergi ke dapur untuk mengambil air. Ketika melewati Chris Lu, dia secara tidak sadar mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya, ternyata terasa sangat panas. Demamnya tampaknya lebih parah daripada malam hari sebelumnya.

“Chris Lu, bangun.” Elsa Mo berjongkok di samping sofa sambil menggoyang tubuh Chris Lu dengan sedikit keras. Kemudian dia hanya tergerak dan bergumam dua kata.

“Kembalilah tidur. Jangan ganggu aku.”

“Chris Lu, cepat bangun. Kita harus pergi ke rumah sakit sekarang.” Suhu tubuhnya sekarang setidaknya sampai 39 derajat. Jika demamnya tetap begini, dia khawatir akan terjadi sesuatu.

Dia tidak ingin bertanggung jawab kalau-kalau demamnya sampai membuatnya dia bodoh dan tidak berguna.

Elsa Mo terus berteriak padanya untuk beberapa saat tetapi Chris Lu tidak bereaksi. Jelas demamnya sudah membuat dia tidak sadarkan diri. Elsa Mo tidak berdaya, dia tidak ad acara lain selain memanggil ambulans.

Ambulans langusng membawa Chris Lu ke rumah sakit. Di tengah malam, koridor rumah sakit kosong melompong, tidak ada sosok seseorang pun, dokter yang berjaga malam pun hanya ada seorang.

“Mari kita ukur suhu tubuhnya terlebih dahulu.” Dokter memberikan termometer kepada Elsa Mo.

Chris Lu mengalami demam tinggi 39,5 derajat. Dokter mengerutkan kening dan bertanya, “Kapan demamnya mulai terjadi?”

“Kira-kira pagi hari ini, atau lebih pagi lagi.” Elsa Mo menjawab walau tidak terlalu yakin.

Dokter menoleh dan menatapnya seolah-olah dia telah melakukan kejahatan besar. “Kamu sebagai pacarnya ini bagaimana? Kamu bahkan tidak tahu kapan pacarmu mulai demam. Sekarang baru dibawa ke rumah sakit. Jika dia terus demam seperti ini, dia mungkin akan menderita radang paru-paru. Mari kita ambil foto ronsen terlebih dulu.”

Dokter membuat daftar rujukan untuknya. Elsa Mo mengambil daftar tersebut sambil merasa sedih di hatinya. Pacar? Dia tidak memiliki kehormatan itu.

“Kenapa kamu bengong saja? Cepat bawa pacarmu untuk ambil foto ronsen dada.” Dokter berkata mendesaknya.

Elsa Mo memegang daftar itu, mengerutkan kening, dan berbalik untuk menatap Chris Lu yang sudah terbangun sadar. Dia menyipitkan mata sambil menatapnya dengan senyum indah tersirat di matanya.

“Ayo kita ambil foto ronsen.” Elsa Mo mengulurkan tangan dan menarik lengannya kemudian berjalan keluar dari ruang dokter.

Berobat di malam hari tidak perlu mengantri di bagian mana pun. Setelah mengambil foto ronsen, Elsa Mo membawanya kembali ke ruang konsul dan memberikannya kepada dokter. Dokter melihatnya, kemudian meletakkannya dan mulai menulis penyakitnya ke dalam arsip.

“Demamnya sudah menyebabkan radang paru-paru. Sebaiknya segera urus prosedur rawat inap.” Setelah selesai bicara, dokter langsung memberikan formulir rawat inap dan arsip kepadanya. Dia sama sekali tidak berbicara apa pun lagi yang dirasa tidak perlu.

“Dokter, apakah penyakitnya parah?” Ketika Elsa Mo mendengar kata “pneumonia” ini, jantungnya langsung berdetak kencang.

“Sebaiknya dirawat inap terlebih dahulu dan diperiksa lebih lanjut.” Dokter itu menjawab.

Kemudian Elsa Mo membawa formulir tersebut dan mengurus prosedur rawat inap. Setelah mengurusnya kesana kemari akhirnya Chris Lu masuk rumah sakit untuk dirawat inap.

Untungnya, itu adalah kamar pasien sendiri, bisa dibilang tidak berisik dan lingkungannya bagus. Chris Lu kemudian berbaring di tempat tidur dengan infus tergantung disampingnya, dan Elsa Mo duduk di samping tempat tidur menjaganya.

“Kenapa kamu terus cemberut sepanjang waktu? Ini hanya pneumonia, tidak akan bisa membuatku mati.” Chris Lu memandangnya dan berkata. Kondisi tubuh orang ini sedang lemah, tetapi senyumnya tetap lembut.”

Elsa Mo benar-benar mengaguminya karena dia masih bisa tersenyum pada saat ini. “Chris Lu, sebenarnya sudah berapa lama kamu demam? Jika kamu terus demam, hal ini bisa membuatmu bodoh.”

“Jika aku menjadi bodoh, maka kamu akan menjaga aku selama sisa hidupku kan.” Dia tersenyum sambil memegang tangannya, dengan lembut dia menggenggam tangannya ke dalam telapak tangan.

Itu tergantung pada berapa banyak uang yang kamu miliki. Apakah cukup untukku berfoya-foya menghabiskannya seumur hidupku?” Elsa Mo berkata padanya secara acuh dan tidak acuh.

Chris Lu juga tidak tersinggung, dia terus menggenggam tangan Elsa Mo. Kelopak matanya terasa berat. Dia menutup matanya kemudian menaruh kepalanya ke bantal. Dia tidak tahu apakah itu disebabkan karena pneumonia. Napasnya terasa sedikit berat.

“Elsa Mo, di saat seperti ini aku sangat senang ada kamu yang menemaniku. Ketika aku berada di Amerika, aku jarang pergi ke rumah sakit ketika aku sakit. Karena rasanya sedikit tidak enak berbaring sendirian di ranjang rumah sakit yang dingin.”

Chris Lu pernah sekali menjalani operasi usus buntu di Amerika. Dia dirawat di rumah sakit selama seminggu setelah operasi. Dia berbaring sendirian di ruang pasien VIP. Orang-orang yang datang melihatnya selain yang menjenguk hanyalah dokter dan perawat.

Setiap hari, dia melihat langit-langit ruang pasien yang seputih salju di atas kepalanya, pikirannya pun menjadi kosong. Pada saat itu, dia merasa kasihan pada dirinya sendiri.

Sekarang, ada seorang wanita kecil di sebelahnya, yang membawa sedikit kehangatan baginya.

Elsa Mo mengerutkan bibirnya, pandangan manatanya yang sedih menatapnya. Sebenarnya, sudah berkali-kali dia merasa kasihan terhadap Chris Lu. Dia benar-benar seseorang yang tidak memiliki apa pun selain uang.

“Seorang yang jatuh sakit membutuhkan ketenangan. Jangan-jangan kamu ingin ruangan yang penuh dengan orang-orang di sekitarmu kemudian memperhatikanmu layaknya seekor binatang langka?”

Ketika Elsa Mo selesai bicara, Chris Lu hanya menyipitkan mata menatapnya, setelah beberapa saat, barulah bibirnya mulai tersenyum. “Elsa Mo, caramu menghibur orang sangat berbeda.”

“Aku tidak peduli denganmu. Kamu sebenarnya mau tidur atau tidak? Aku sudah mengantuk.” Pada pukul tiga atau empat pagi, adalah waktu biasanya orang tertidur pulasnya, tuan muda Lu berbaring di ranjang pasien. Dia masih saja tidak langsung tidur dengan baik, tetapi dia masih ingin mengobrol dengannya.

Jika dia tidak sedang demam tinggi, Elsa Mo pasti curiga bahwa dia sedang berpura-pura sakit.

“Kalau kamu mengantuk, kamu bisa naik ke ranjang ini tidur bersamaku. Kebetuluan aku sedikit kedinginan sekarang. Dua orang di sini berdesakan pasti akan sedikit lebih hangat.” Sambil Chris Lu berbicara, tubuhnya sudah sedikit bergeser ke pinggir tempat tidur. Botol infus yang tergantung di samping tempat tidur sedikit bergoyang. Elsa Mo takut bahwa jarum infus yang terpasang di punggung tangannya akan terlepas.

“Chris Lu, bisakah kau berhenti bergerak? Jangan sampai jarum infusnya terlepas.”

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu