Waiting For Love - Bab 66 Dia Ingin Menunggu Mama Dyson Kembali (2)

Lewis melirik ke sampingnya dan matanya acuh tak acuh. "Karena aku akan marah."

Meskipun Vanessa tidak cukup pintar, dia tidak bodoh sampai segitunya, dia masih mengerti maksud perkataan Lewis. Harga dirinya dilukai oleh Lewis, dan dia turun dari mobil karena marah.

Sepatu hak tinggi baru saja menginjak tanah, dan mobil di belakangnya bergegas pergi bagaikan panah.

"Hei!" Vanessa Bai berdiri dan merasa marah. Vanessa lupa kata-kata ibunya. Pria harus dielus, dan dituruti. Terutama pria yang memiliki kedudukan tinggi seperti Lewis.

Tapi Vanessa impulsif dan melupakannya.

Setelah meninggalkan kediaman Bai, mobil akhirnya berhenti di depan Villa Country Bay. Supir menebak bahwa bosnya mungkin tinggal di sini sebentar, jadi mobilnya dimatikan.

Didalam mobil gelap, dan hanya cahaya lampu jalan yang memancar kedalam mobil.

Didalam keredupan, Lewis menurunkan jendela mobil dan kemudian mengeluarkan rokok dari sakunya. Angin malam masuk dari jendela dan rokok ditangannya tertiup oleh angin.

Dia merokok dengan tenang, dan tatapannya menembus lapisan kabut ke sebuah jendela.

Lampu di balik jendela itu masih menyala, cahaya oranye terlihat begitu dekat dan terasa begitu jauh.

Lewis memegang handphonenya dengan erat di tangannya, nomor itu begitu familiar baginya, tetapi dia tidak punya keberanian untuk menelepon. Sebenarnya, jarak antar manusia bukanlah dekat ataupun jauh, melainkan jarak kedua hati.

Jika hati telah menjauh, jarak sedekat apapun juga akan menjadi jauh.

Sebatang rokok habis, dan Lewis memadamkan puntung rokok. Dengan suara agak serak. "Ayo pergi."

Pada saat yang sama, Clarice berdiri di depan jendela. Dia baru saja mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk putih.

Ketika dia melihat mobil Range Rover hitam melaju menjauh dari pandangannya, dia hanya berpikir bahwa dirinya salah lihat. Sudah semalam ini, bagaimana mungkin mobil Lewis bisa muncul di sini.

Clarice merasa bahwa belakangan dirinya sedikit aneh. Dia menjadi sangat sensitif mengenai semua hal mengenai lelaki itu. Bahkan ketika dia melihat Range Rover hitam lewat di jalan, dia secara tidak sadar akan menhubungkannya dengan Lewis dan terus menatapinya.

Setelah dia mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, dia terbaring di tempat tidur dan memainkan Weibo. Dia mempromosikan film baru di Weibo. Clarice meneruskan, berkomentar, dan memberikan like pertama, semuanya lengkap.

Mungkin karena lelah baru-baru ini, dia merasa letih, dia berbaring di tempat tidur, memegang ponsel di tangannya dan tertidur tanpa sadar, dan tertidur hingga pagi hari.

Clarice bangun terlambat, buru-buru dia beres-beres, dan mengganti pakaian. Dia tidak punya waktu untuk sarapan, dia langsung keluar dari rumah.

Pagi hari senin adalah rapat rutin. Clarice berdiri di meja besar dan marapikan materi rapat sambil mengosongkan telinganya untuk mendengarkan asistennya, James melaporkan jadwal untuk dua hari berikutnya.

“Kosongkan waktu setelah jam 6 sore besok dan ajak bertemu dengan CEO Xiao dari Hengzhou Corp.” Setelah selesai berkata, Clarice menundukkan kepalanya dan melihat jam ditangannya. Waktunya tepat. Dia berjalan keluar dari kantor dengan dokumennya dan berjalan ke ruang rapat.

Ketika melewati area administrasi, dia melihat Alice dan Jasmine berjalan kearahnya. Clarice memandangi mereka, tanpa sadar mengerutkan kening. Sering kali, dia merasa bahwa Alice dan Jasmine lebih seperti ibu mertua bersama menantu, setidaknya sifat mereka mirip.

“Ibu, Ada keperluan apa kamu datang kekantor?” Meskipun Clarice tidak suka ibu mertua ini, dia masih bersikap sopan terhadapnya.

"Apakah aku tidak boleh datang ke perusahaan anakku sendiri!" Alice tampak sombong, dan nada suaranya ketika dia berbicara dengan Clarice selalu tidak baik.

Clarice sudah terbiasa, dan tidak peduli.

“CEO Lu, Sudah saatnya menghadiri rapat.” James mendesaknya, dan juga bermaksud menolong Clarice.

Namun, tidak menunggu Clarice untuk menjawab, Alice sudah menegur asistennya: "Aku akan mengobrol dengannya, rapat apalagi yang harus dihadiri! Apakah perusahaan Luo bisa bangkrut karena tidak ada yang bermarga Lu?"

Asistennya tiba-tiba ditegur, dia tidak berani berkata apa-apa lagi.

Clarice sangat tidak berdaya, menyerahkan materi pertemuan kepada asistennya dan memintanya untuk pergi ke ruang rapat terlebih dahulu. Lalu berkata kepada Alice, "Ibu, jika Anda memiliki sesuatu untuk dibicarakan, pergi ke ruangan kantor aku, Disini tidak cocok."

Alice melihat sekeliling, mereka berdiri di ruang administrasi terbuka, ada banyak mata yang menatap kearah mereka, terlalu banyak yang melihatnya memang tidak bagus, sesuai kata orang kejelekan keluarga tidak pantas untuk dipromosikan.

“Baiklah.” Dia mengangguk kepalanya dan setuju untuk memasuki kantor Clarice bersama Jasmine.

Pintu kantor ditutup, dia langsung menyerahkan laporan uji DNA ke Clarice.

Clarice mengambil alih dan dengan serius melihat dari awal hingga akhir, dan hasil perbandingan: kesamaannya adalah 99,1%, hubungan orangtua-anak terjalin.

Hasil ini tidak diluar dugaannya. Setelah Clarice selesai membaca, dia memasukkan laporan uji DNA ke dalam laci dan menatap Alice dan Jasmine dengan tenang, menunggu mereka untuk terus menyerang.

"Aku pribadi mengajak Elisa untuk melakukan tes DNA. Anak di perutnya adalah anak David. Apa lagi yang akan kamu sampaikan?" Sikap Alice agresif.

Clarice benar-benar kehabisan kata-kata. Pelakor datang mencarinya dengan perutnya yang besar, dan ibu mertuanya malah mensupport pelakor itu. Apa lagi yang bisa dia katakan?

"Jika seperti ini, aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan. Aku akan menghormati maksud David."

"Maksudku adalah maksud dari David. Elisa akan melahirkan dalam lima bulan. Kamu dan David harus bercerai secepat mungkin. Kami keluarga Luo juga bukan tidak berperasaan. Aku akan menyuruh David memberimu sejumlah uang ganti rugi. Mengenai perusahaan, kamu jangan memikirkannya. Perusahaan ini adalah hasil kerja keras dari David. Ini bukan sembarangan orang bisa mendapatkannya.

Setelah Alice selesai berkata, Clarice tidak hanya tidak marah, malah tersenyum. Dia benar-benar merasa bahwa kata-kata Alice sangat konyol.

Diatas meja masih ada setumpuk dokumen, Clarice benar-benar tidak ingin terus membuang waktu dan dengan mereka yang tidak mengerti hukum, hanya dapat menjawabnya dengan asal, "Aku bisa bercerai, biarkan David sendiri untuk mengatakannya."

Baru saja dia selesai berkata, David langsung muncul didepan pintu kantornya.

Hari ini David terlambat tiba di kantor, dan dia hampir melewatkan sebuah pertunjukkan.

“Siapa yang bilang aku akan bercerai denganmu? Clarice, jangan bermimpi!” Dia berjalan ke Clarice, dan tatapannya dalam menatapi Clarice.

“Keadaan sudah seperti begini, ini bukan kamu yang bisa menentukan iya atau tidak?” Clarice tersenyum pahit, dengan sedikit ejekan. Tatapannya melirik ke perut Jasmine yang sedikit besar, dia hanya merasakan rasa sakit hati.

Setelah tiga tahun menikah, dia telah memberikan David banyak kesempatan, tetapi dia tidak memanfaatkannya. Itu juga dia yang tidak pernah tahu bagaimana caranya menghargai.

Sekarang dia berkata bahwa dirinya tidak boleh bercerai. Apakah dia pikir dia sempat untuk mengatakan semua ini? !

"David, apakah kamu tahu apa yang sedang kamu katakan? Kamu wajib bercerai, jika tidak bagaimana kamu bisa menjaga Elisa dan anak di perutnya!" Alice berjalan ke antara putranya dan Clarice, memisahkan mereka secara paksa.

Clarice jatuh dan duduk di kursi bos dan tersenyum. Tidak ada yang bisa dikatakannya lagi.

Clarice berpikir bahwa diri dan Alice pastilah musuh bebuyutan dikehidupan dulu, jika tidak, bagaimana dia bisa membencinya sampai seperti ini.

David menghadapi paksaan dari sang ibu dan benar-benar marah. Namun, putra berbakti ini tidak berani mengertak Alice, tapi malah mengertak Jasmine. "Siapa yang mengizinkan kalian datang ke perusahaan, segera pergi dari sini. Jika tidak, aku akan menyuruh orang untuk mengantarkanmu ke rumah sakit sekarang dan mengugurkan anak di perutmu. "

Jasmine menahan air mata, dia mengeluh dan tidak menerimanya. Namun dia tidak berani melawan, dia hanya bisa berbisik kepada Alice untuk memohonnya meninggalkan tempat ini.

Dua orang itu pergi, dan didalam kantor akhirnya sunyi. Sekarang, Clarice akhirnya bisa berbicara dengan David dengan tenang.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu