Waiting For Love - Bab233 Saat Keadaan Tidak Jelas Bercampur Dengan Kejadian Lima Tahun Yang Lalu

Lewis Tang pada akhirnya menolak permintaan Carol Lin, dia merasa tentang pernikahan palsu benar-benar hal yang gila. Demi menghindari Carol Lin sekali lagi mengungkit permintaan seperti itu dan membuat keduanya canggung, dia sudah beberapa waktu tidak ke rumah sakit untuk melihat ayah Lin.

Ditambah lagi, di kantor memang sangat sibuk, sibuk sekali. Disaat David Luo mengontrol Tang’s Corp dulu, Lewis Tang harus diam-diam tanpa sepengetahuan orang menguasai satu perusahaan.

Alex justru sering pergi ke rumah sakit, terkadang Lewis Tang dapat mendengar kabar tentang ayah Lin dan Carol Lin dari dirinya. Kondisi kesehatan ayah Lin semakin lama semakin tidak baik, sudah sampai ketahap dimana obat-obatan sudah tidak berguna. Carol Lin telah mengurus prosedur keluar rumah sakitnya, jika waktu yang tersisa sudah tidak banyak, tidak perlu menghabiskan banyak waktu di rumah sakit.

Lewis Tang menyuruh Alex memberikan sebuah kartu ATM kepada Carol Lin, jumlah di dalamnya juga tidak kecil. Selain pemberian dari segi keuangan, Lewis Tang benar-benar tidak bisa membahas tentang cinta dengan Carol Lin.

Tetapi kartu bagaimana dikirim pergi dan begitu juga ditolak kembali. Carol Lin kali ini sepertinya benar-benar benci kepadanya.

Satu bulan sesudahnya, Carol Lin terus tidak menghubunginya. Sampai ayah Lin kembali di larikan ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri. Rumah sakit memberikan surat pemberitahuan penyakit darurat terakhir kepada Carol Lin. Walaupun hati sudah memiliki persiapan, Carol Lin masih saja hancur saat mendapatkan surat pemberitahuan penyakit darurat itu .

Dia sendirian berdiri di luar kamar unit perawatan intensif, melihat ayah yang terbaring di dalamnya dan menangis tak bersuara.

Setelah itu, dia pergi mencari Lewis Tang.

Nasib Carol Lin sepertinya tidak begitu bagus, dia datang ke gedung Tang’s Corp, receptionist memberitahunya bahwa CEO dan wakil CEO sedang keluar, mengenai kepergian mereka receptionist pastinya tidak memberitahunya sepatah katapun.

Handphone Lewis Tang dan juga Alex keduanya tidak dapat dihubungi, dia hanya bisa pergi ke villa Lewis Tang untuk menunggu.

Kemarin baru saja turun salju, setelah salju cuaca menjadi dingin, terasa dingin. Angin dingin seperti telah dicampuri es batu, terasa sakit ketika menggores wajah.

Carol Lin memakai mantel, membeku berdiri di depan pintu. Sejak sore terus menunggu hingga malam menghampiri, lalu dari malam terus menunggu hingga larut malam. Hampir mendekati subuh, baru kelihatan mobil Range Rover yang sangat familiar mengikuti jalan lurus dari kejauhan semakin dekat datang. Lampu yang terang menusuk sepasang mata.

Lewis Tang setiap malam sepertinya kegiatan bisnis tidak berakhir, kepala terasa sedikit sakit karena sudah minum banyak bir. Kebetulan hari ini supir telah meminta ijin, orang yang mengemudi adalah Alex.

Malam hari di Area Villa terasa hampa dan tenang, demi menciptakan gaya, lampu jalan di desain dengan indah, tapi tidak pernah digunakan.

Alex hanya seperti melihat di depan pintu Villa Lewis Tang ada bayangan seseorang berdiri, setelah membuka lampu jarak jauh baru menyadari ternyata dia adalah Carol Lin.

“Carol Lin, kenapa dia sampai datang ke Villa.” Alex ada sedikit terkejut dan segera menghentikan mobil, dengan cepat turun dari mobil berdiri di hadapan Carol Lin.

Saat ini, Carol Lin sudah kedinginan sampai bibir berubah menjadi ungu, di malam yang dingin tubuhnya tidak berhenti gemetaran.

Alex tidak banyak bicara, dia melepaskan jasnya dan memakaikannya, memeluknya bersama masuk ke dalam Villa.

Dan Lewis Tang kemudian juga turun dari mobil, tiga orang depan belakang berjalan masuk ke dalam Villa.

AC di ruang tamu dibuka paling besar, Carol Lin besandar di atas sofa menggunakan selimut yang tebal, setelah cukup lama baru mendingan.

Alex duduk di hadapannya, terus tiada hentinya memarahinya sedang berbuat bodoh. Hari ini tidak ketemu orangnya, masih bisa besok datang mencari. Asalkan bilang dengan receptionist, ketika mereka sudah tahu maka dengan sendirinya akan menghubunginya. Tidak perlu menunggu seperti orang bodoh, bagaimana kalau mereka malam ini tidak pulang ke Villa, musim dingin seperti ini akan membeku satu malam, tidak membuatmu mati membeku juga akan menjadi penyakit.

Tetapi bagi Carol Lin sendiri, pemikirannya tentunya tidak sama dengan Alex. Walaupun dia bukan bermaksud untuk menyakiti diri sendiri, paling tidak ingin meminjam kesempatan ini menunjukkan ketulusan hati dan tekad bulatnya kepada Lewis Tang.

Saat ini, Lewis Tang keluar dari dapur, tangannya memegang semangkuk air gula jahe panas dan meletakkannya di depan Carol Lin.

Alex akhirnya juga sudah berhenti mengoceh, menyuruh Carol Lin untuk segera meminumnya selagi panas.

Air gula jahe yang hangat membawa sedikit rasa pedas, masuk ke tenggorongkan, rasa itu membuat Carol Lin tidak bisa menahan untuk menangis.

Alex melihatnya dengan bergurau dan berkata,”kalian ada yang mau dibicarakan, aku boleh menghindar sebentar.” Dia selesai bicara, lalu berdiri hendak pergi ke atas.

“Tidak perlu, tidak ada perkataan yang tidak boleh kamu dengar.” Carol Lin malah menghentikannya.

Dia meletakkan air jahe yang tinggal setengah, berdiri ke hadapan Lewis Tang, membuka sepasang mata yang berair, dengan suara serak berkata,”Lewis, hari ini rumah sakit kembali mengeluarkan surat pemberitahuan penyakit darurat untuk ayahku, hari-harinya benar benar sudah tidak banyak. Aku mengerti permintaanku sedikit keterlaluan, tetapi aku benar tidak ingin dia pergi meninggalkan penyesalan, Lewis, kamu kasihanilah diriku, bantulah aku, bolehkah”

Carol Lin tidak memiliki alasan yang pasti untuk meyakinkan Lewis Tang, satu-satunya harapannya hanya bisa mendapatkan rasa belas kasihan. Dimata orang lain, Lewis Tang adalah orang yang dingin, bahkan tidak memiliki perasaaan, tetapi Carol Lin malah mengerti dirinya. Dia tahu pria ini memiliki hati dan juga perasaaan, yang terpenting adalah dilihat bagaimana kamu mengerakkan hatinya.

Lewis Tang menanggapi permintaan Carol Lin yang tidak berubah semakin dibiarkan semakin sulit. Dia selain tidak ingin masuk kedalam satu pernikahan palsu yang lucu, dan juga tidak tega melihat ayah Lin meninggal dengan tidak tenang. Kali ini, Carol Lin benar benar membuatnya kesulitan.

Tetapi Carol Lin melihat raut wajahnya yang tidak berubah, hatinya perlahan lahan mulai putus asa. Beberapa tahun ini, dia telah berkorban banyak hal demi Lewis Tang, tetapi permintaan kepadanya sangatlah sedikit. Carol Lin seperti baru menyadari, jika kamu selamanya tidak memiliki permintaan kepada seorang pria ,maka dia benar tidak akan mengganggap permintaanmu menjadi sebuah masalah.

Clarice Lu yang dulu bagi Lewis Tang itu dinamakan seperti terserah hati mengatur, dia bahkan tidak pernah menggatakan kata “tidak”. Tetapi untuknya Carol Lin, kepada pria benar-benar gagal total.

Di bawah situasi yang panik, Carol Lin menarik sisi bawah bajunya, sepasang kaki seketika lemas dan langsung berlutut di hadapannya, air mata sesaat langsung keluar.

“Lewis, aku mohon padamu. Ayahku sebentar lagi akan meninggal, aku benar-benar tidak punya waktu lagi.”

“Carol Lin, apa yang kamu lakukan!” Alex yang sejak tadi melihatnya akhirnya tidak tahan lagi, berjalan maju ingin memapah Carol Lin berdiri, tetapi dia malahan mendorongnya pergi, bicara apapun juga tidak mau berdiri.

Kejadian di depan mata, seperti sama dengan kejadian lima tahun yang lalu. Lewis Tang teringat Clarice Lu yang berumur dua puluh tahun, berlutut di hadapannya, memintanya untuk melepaskan ibunya, wajah yang penuh tangisan dan air mata tidak berdaya.

Hatinya tetiba terasa sakit.

“Carol Lin, kamu bangun.” Dia memaksa Carol Lin dan memapahnya berdiri dan membiarkannya duduk di atas sofa.

Carol Lin duduk di atas sofa tidak bergerak, wajahnya masih ada air mata yang terus gemetaran, dengan wajah kasihan melihat ke arahnya. Akan tetapi, yang dia lihat raut wajah tampan Lewis Tang membawa rasa sedih dan sakit.

Tetapi pada akhirnya dia masih saja tidak memberikannya jawaban yang pasti.

Malam itu juga, Lewis Tang menyuruh Alex untuk mengantarnya kembali ke rumah sakit.

Ayah Lin sudah dipindahkan dari kamar unit perawatan intensive ke kamar pasien biasa, Ibu Lin tidak meninggalkannya dan terus menjaganya. Saat melihat Carol Lin pulang, dia khawatir tapi tidak bisa menahan untuk memarahinya, “Setengah harian tidak kelihatan dirimu, ayahmu keadaannya sudah begini kamu masih berkeliaran diliuar.”

Carol Lin tidak memiliki tenaga untuk menjelaskan hanya dengan datar bertanya, “Bagaimana kondisi ayah?”

Ibu Lin sambil menggelengkan kepala sambil menghela nafas, “Kadang sadar, kadang pikun. Carol, kita banyak menemaninya, kelak takutnya sudah tidak bisa menemaninya lagi.”

Carol Lin menahan air mata dan menganggukkan kepala.

Ayah Lin di hari kedua pagi baru sadar kembali, orangnya kelihatan kurus kering dan lemah, akan tetapi semangatnya masih lumayan. Setelah selesai makan sarapan, dia memegang tangan Carol Lin, sepatah-patah kata berbicara banyak hal.

Dari saat Carol Lin kecil, ayah Lin mengingat segala ceritanya dengan jelas. Carol Lin sambil mendengar sambil diam-diam menghapus air matanya.

Ayah, selamanya adalah gunung yang paling tinggi di hati anak perempuannya. Saat kecil di matanya ayah yang menggunakan tangannya yang kasar, mengandengnya belajar jalan untuk pertama kalinya. Carol Lin selalu berusaha, dia tidak pernah berpikir untuk menjadi yang terbaik, dia hanya berpikir untuk menjadi anak kebanggaan ayahnya.

Sejak kecil hingga besar, dia penurut dan pengertian, satu satunya dia melawan adalah saat ikut Lewis Tang keluar negeri. Ayah demi mengumpulkan biaya sekolahnya, ke rumah kerabat satu per satu meminjam uang. Tampilan yang terlihat rendah, Carol Lin sampai saat ini juga tidak akan melupakannya.

Dia yang dulu benar benar terlalu keras kepala.

Dia terus dengan tenang mendengarkan ayahnya berbicara, tetapi ayah Lin berbicara sampai akhir tidak bisa menahan dan menghela panjang, “Carol, kamu adalah anak yang baik, juga pandai, juga penurut, selalu kebanggaan ayah. Penyesalan ayah yang paling besar adalah tidak bisa melihat kamu menikah, ayah sangat berharap bisa dengan sendiri menyerahkan kamu ke tangan mempelai pria, dengan begitu kalaupun aku meninggal, juga bisa menutupkan mata.”

Ayah Lin mungkin sudah berbicara terlalu banyak, menghabiskan banyak energi, tidak berapa lama lalu kembali tertidur.

Carol Lin memegang telapak tangan ayahnya yang kering, air mata tidak dapat ditahankan dan mengalir keluar.

Dia menangis sampai mata merah dan bengkak, baru berdiri ingin pergi ke kamar mandi untuk mandi. Jika tidak saat ayah bangun nanti melihat tampilan dia seperti, hanya takut dia akan khawatir lagi.

Dia membuka pintu kamar pasien, hal yang mengejutkan adalah melihat Lewis Tang yang berada di depan pintu. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia disana, dan telah mendengar apa saja. Hanya saja, pada saat bertemu dengannya, air mata mengalir keluar, dengan susah payah memanggil namanya . “Lewis.”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu