Waiting For Love - Bab 238 Saling Menyiksa Hingga Rambut Beruban

"Lewis!" Carol Lin terus menarik gaunnya dan berlari sekuat tenaga. Ia bahkan terus bersikeras mengejarnya.

Di luar taman tersebut terdapat sebuah jalan raya yang cukup luas, mobil-mobil yang berlalu-lalang juga tidak terhitung sedikit, pada saat Clarice lu menyebrani jalan tanpa mempedulikan keadaan sekitar, hati Lewis Tang terasa seperti akan segera melompat keluar. Kecelakaan yang terjadi lima tahun lalu membuatnya terus teringat akan pemandangan yang suram tersebut.

"Clarice, hati-hati!" Ekspresinya menegang, suaranya juga terdengar semakin mending. Setelah melewati jalan raya tersebut, ia akhirnya berhasil menggenggam lengan Clarice, kemudian, Clarice pun terjatuh ke dalam pelukannya.

"Lewis Tang, lepaskan aku!" Clarice Lu terus memberontak sekuat tenaganya dalam pelukannya, namun, bagaimanapun, ia tetap terjatuh di dadanya, walaupun ia tidak merasa sakit, Lewis Tang kini setidaknya merasa sedikit sakit.

"Clarice, aku bisa menjelaskannya,"Ia tetap tidak melepaskannya walaupun ia memukuli dan memarahinya.

"Aku tidak ingin mendengarnya,"Clarice Lu memotong ucapannya, pada saat ia mengangkat kepala dan menatapnya, pandangannya terlihat sungguh dingin dan sinis. "Kalian mengirimkan undangan kepadaku, bukankah itu untuk membuatku datang dan melihat keharmonisan kalian dan drama percintaan kalian, Lewis Tang, aku sudah melihatnya, aku juga sudah mati rasa, bisakah kamu melepaskanku!"

"Undangan apa?" Lewis Tang menangkap inti pembicaraannya dan menaikkan alisnya.

Tanpa menunggu jawaban Clarice Lu, tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang wanita dari belakang,"Lewis!" yang kemudian diikuti dengan suara rem mobil yang cukup tajam.

Pada saat Clarice Lu dan Lewis Tang memutar kembali kepalanya, mereka hanya mendapati bahwa gaun putih yang dikenakan oleh Carol Lin kini dipenuhi oleh darah, gaun putih yang ia pakai kini menjadi warna darah yang menusuk mata. Clarice Lu tercengang, lalu menatap ke arah Lewis Tang, reaksinya terlihat sangat terkejut.

Supir yang menabraknya juga ikut merasa terkejut, ia turun dari mobil dengan kedua kakinya yang melemas. Namun, tentu saja ini bukanlah kesalahannya, ini adalah kesalahan ia yang berlari melewati jalan raya sambil menarik gaun pengantinnya yang panjang, tanpa memperhatikan lampu lalu lintas. Ia tersandung oleh gaunnya yang cukup panjang, sehingga supir tersebut tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerem mobil.

Mobil ambulans kemudian datang, Lewis Tang segera menggendong Carol Lin ke dalam ambulans dan perig bersamanya ke rumah sakit.

Kecelakaan ini tentu saja hal yang tidak terduga, Clarice Lu masih tercengang hingga saat ambulas pergi meninggakannya, ia berdiri dengan pikirannya yang terpenuhi oleh bayangan gaun putih Carol Lin yang dipenuhi oleh darah, juga ekspresi wajah Lewis Tang yang sangat tegang.

Ia terus berada dalam keadaan yang bingung, ia tidak tahu apakah itu karena terkejut atau bukan. Akhirnya, Elsa Mo membawanya pulang, di sepanjang perjalanan pulang, Clarice Lu terus berbicara sendiri,"Aku tidak seharusnya disini, jika aku tidak datang, ia tidak akan mengalami kecelakaan."

Salah satu tangan Elsa Mo mengendalikan setir mobil, sedangkan yang satunya lagi menggenggam kedua tangan Clarice Lu yang benar-benar sangat dingin,"Apa hubungannya denganmu, aku yang bersikeras menarikmu datang."

"Dia, apakah dia akan meninggal?" Clarice Lu berkata dengan gemetar.

"Kita akan mengetahuinya jika kita pergi ke rumah sakit,"Elsa Mo menjawabnya, namun, setelah ia selesai menjawab, tubuh Clarice Lu tetap saja bergemetar tak terkontrol. Akhirnya, setelah berpikir untuk beberapa saat, Elsa Mo meyakinkannya,"Tenang saja, tidak akan."

Di hari kedua, pada saat Clarice Lu pergi ke rumah sakit, Carol Lin masih berada di dalam pemantauan unit perawatan intensif, ia kini masih belum menjauh dari ancaman kehidupannya.

Ruangan tersebut ditutupi oleh sejenis jendela pemantau yang cukup tebal, Clarice Lu berdiri di luar, sedangkan Carol Lin berada di dalam. Seluruh tubuhnya dipasangi oleh berbagai jenis mesin yang dingin, wajahnya terlihat sangat pucat, ia terlihat seperti seseorang yang sudah kehilangan nyawanya, mesin-mesin medis tersebut juga terus mengeluarkan suara, itu adalah suara dari mesin pemantau di dalam ruangan.

Clarice Lu menyentuh kaca jendela pemantau yang dingin tersebut, rasa dingin yang dirasakan oleh telapak tangannya itu membuatnya bergemetar. Pandangannya terlihat sedikit kabur, seperti dipisahkan oleh selapis kabut tipis.

Pada saat ini, Clarice Lu ingin sekali menangis. Ia sangat mengerti keadaan yang berada di depan matanya ini. Hanya saja, lima tahun lalu, dirinya sendiri yang sedang berbaring di dalam.

Tangan Clarice Lu terjatuh tanpa tenaga secara perlahan. Sebenarnya, tidak peduli apakah itu dirinya ataupun Carol Lin, mereka tetap saja anak yang keras kepala dalam sebuah kisah percintaan.

"Kamu ingin mendapatkan cinta dengan menggunakan nyawamu, Carol Lin, aku akan membantumu," Clarice Lu mengatakannya dengan nada rendah, ia lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah koridor.

Ia sudah membeli tiket pesawat ke Perancis, ia akan pergi sore ini. Mungkin saja kota ini tidak cocok untuk ia tempati.

Namun, pada saat ia baru saja berjalan beberapa langkah, ia kemudian dihentikan oleh orang yang berada di belakangnya. Clarice Lu memutar kepalanya, Lewis Tang yang berada di belakangnya kini sedang menggenggam erat pergelangan tangannya yang kecil dengan sangat erat, ia menatapnya dengan pandangan yang sangat tajam, ia menatapnya tanpa goyah sedikitpun, itu adalah pandangan tajam yang dapat saja menusuk hati seseorang.

Clarice Lu menatapnya dengan pandangan yang datar, matanya benar-benar memerah, pandangannya menajam, wajahnya yang tampan terlihat sangat lelah dan lesu.

Clarice Lu berpikir ia pasti terus menemaninya sepanjang malam, selama Carol Lin belum berada dalam kondisi yang aman. Keadaan seperti ini membuatnya terasa seperti ia sedang berada dalam sebuah film yang dibintangi oleh tiga orang, dimana dari awal hingga akhir, ia tetap menjadi orang yang lebih.

Ia menggunakan sedikit tenaganya untuk menyingkirkan genggamannya. Namun, tenaganya cukup kuat, semakin Clarice Lu ingin melepaskan genggamannya, ia menggenggamnya semakin kuat, bahkan mungkin saja membuatnya merasa sakit.

Clarice Lu mengerutkan alisnya, lalu mengerutkan bibirnya tanpa mengucapakn apapun.

"Clarice Lu, kemanakah kamu ingin pergi lagi?" Ia berkata dengan suara yang rendah dan terdengar cukup serak.

Clarice Lu terdiam menatapnya, setelah beberapa saat, ia kemudian menjawabnya dengan datar,"Perancis."

"Berapa lama lagi kamu akan pergi kali ini?" Ia kembali bertanya, walaupun ia berusaha keras untuk menahannya, namun, Clarice Lu tetap saja merasakan kedinginan dari dirinya yang membuat orang merasa ragu.

Clarice Lu kembali terdiam.

"Kamu pergi dan tidak akan kembali lagi, bukan" Ia tersenyum dingin dengan sinis dan menggantikan dirinya untuk menjawab.

Clarice Lu menganggukkan kepalanya, karena memang itulah yang sebenarnya. Ia juga merasa bahwa ia tidak memiliki kepentingan untuk terus menetap disini lagi.

Walaupun ia yang terlebih dahulu melepaskannya, namun, Clarice Lu tetap saja tidak dapat melihat dirinya menikah dengan wanita lain, lalu menjadi pasangan suami istri yang saling menyayangi.

Ia sudah pernah mencintainya, baginya, lelaki ini selalu saja berbeda.

Namun, kekebalannya sepertinya mengundang kekesalan lelaki tersebut, ia langsung menahannya ke salah satu sisi tembok dengan kuat, lalu menatapnya dengan sepasang mata yang sudah sangat memerah, penampilannya benar-benar sungguh menakutkan, ia terlihat seperti mampu memakannya kapan saja.

"Clarice Lu, apakah kamu sebenarnya memiliki perasaan!" Ia sepertinya sedang berusaha menahan amarahnya.

Clarice Lu tersenyum ragu kepadanya, ia hanya tersenyum, namun, air matanya pun menetes. Ia kemudian menjawab,"Aku mempunyai perasaan Lewis Tang, aku memiliki hati."

Ia bisa memiliki perasaan menyalahkan diri sendiri karena ia memiliki hati tersebut. Ia tidak mampu melupakan kematian ibunya, ia juga tidak mampu tenang bersama dengannya.

Kedua tangan Lewis Tang menggenggam erat kedua bahunya, ia memejamkan matanya dengan perasaan yang sangat lelah dan tersakiti, ia seperti sedang memutuskan sesuatu, pada saat ia membuka matanya kembali, pandangan dari kedua matanya yang hitam tersebut sangat menegang.

Suaranya terdengar sangat dingin, ia bahkan terdengar sangat serak. Bibirnya menempel di samping telinga Clarice Lu, ia mengucapkan setiap kata dengan sangat jelas kepadanya,"Begini saja, walaupun hal ini akan membuat kita saling tersiksa hingga kita beruban, aku tetap tidak akan melepaskanmu."

Setelah Lewis Tang selesai berbicara, ia tidak lagi memberikan kesempatan kepada Clarice Lu untuk menolak. Ia memeluknya dengan sangat erat, bibirnya yang hangat langsung menciumnya. Ia menciumnya dengan sangat ganas, hal itu juga tidak dapat dihindari, kehausan dan kepanasan tersebut membuatnya merasa seperti akan segera memanaskan Clarice Lu.

Setelah ia selesai menciumnya, pikiran Clarice Lu mengosong sejenak, ia kemudian perlahan menyadarkan diri saat ia terus mencampurinya, ia kemudian berusaha memberontak dari pelukannya.

Menurutnya, Lewis Tang benar-benar gila! Ini adalah rumah sakit, istrinya, Carol Lin, kini sedang berada di unit perawatan intesif, apakah ia lupa bahwa ia adalah seorang lelaki yang sudah bertunangan, ia terlihat sangat tidak bermoral dan lupa akan segalanya.

Waktu yang tidak tepat, tempat yang tidak tepat, pasangan yang tidak tepat membuat semuanya berantakkan.

Keributan ini tidak berlangsung lama. Saat terdengar suara lift, keluarga Lin berjalan keluar dari dalam lift tersebut, mereka semua tercengang melihat keadaan tersebut.

"Kalian, apa yang sedang kalian lakukan!" Ibu Lin langsung meninggikan suaranya dan menghapus keheningan tersebut, suaranya terdengar cukup menusuk telinga di koridor yang cukup panjang tersebut.

Clarice Lu segera mendorong Lewis Tang, perasaan itu membuatnya terlihat seperti wanita yang sedang mencuri suami orang lain. Ini benar-benar sungguh berantakkan.

Namun, jika dibandingkan, Lewis Tang terlihat sangat santai, ia terlihat tidak tertangkap bersalah oleh 'mertua dari pihak perempuannya'.

Tangannya yang hangat tetap saja menggenggam erat tangan Clarice Lu, ia merapikan rambut Clarice Lu yang berantakkan dan meletakkannya di belakang telinganya. Kemudian memutar tubuhnya ke arah keluarga Lin.

"Lewis, apakah kamu tidak merasa bahwa kamu seharusnya menjelaskannya sejenak?" Suara Ibu Lin terdengar sedikit bergemetar. Walaupun ia tidak mengerti dunia orang berada, namun, ia pasti pernah mendengar sedikit beritanya. Orang berada tersebut selalu memiliki beberapa istri muda di luar sana.

Hanya saja, anak perempuannya kini sedang berada di tempat tidur pasien, namun, Lewis Tang melakukannya di rumah sakit, apakah ini tidak terlalu kelewatan.

"Ibu Lin, silahkan aku perkenalkan, ini adalah istriku, ibu dari anakku," Lewis Tang berkata dengan nada yang tidak terlalu terburu-buru.

"Apa?" Ibu Lin terlihat sangat kesal dan terkejut,"Kamu, kamu sudah menikah?"

"Kami akan segera menikah,"Jawab Lewis Tang.

Wajah para anggota keluarga Lin terlihat bingung, ia baru saja membawa Ayah Lin ke ruang sakit di lantai atas, bagaimana mungkin setelah jangka waktu yang pendek, menantu dari anak perempuan keluarga Lin yang cukup berada ini sudah menjadi suami dari wanita lain.

Ibu Lin merasa sangat kesal, ia langsung tergesa-gesa bertanya,"Apakah ia istrimu? Kalau begitu, bagaimana dengan anakku, Carol Lin? Apa arti dari Carol Lin?"

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu