Waiting For Love - Bab 44 Kakak Lee

Tuhan pasti mendengar doa aku. Aku melihat seseorang berpostur tinggi berjalan mendekat dari kejauhan. Sepatu orang itu berderit pelan setiap kali ia melangkah di atas salju.

Langkah kaki orang itu terhenti di bawah tembok. Ia mendongakkan kepala lalu tertegun menatap aku.

aku membalas tatapannya, wajahnya tampan dan misterius.

“Tidak bisa turun ya?” Ia bertanya sambil tersenyum. Ia menatapku dengan tatapan bercanda, sepertinya ia tengah menertawai keisengan aku.

Aku mengangguk jujur, karena aku benar-benar membutuhkan bantuan dia.

“Lompat saja, aku akan menangkapmu di bawah.” Ia mengulurkan tangannya.

Aku dari dulu selalu kekurangan rasa aman, tetapi kali ini aku entah kenapa sangat mempercayai niat baik orang asing ini.

Aku melompat dari tembok setinggi dua meter ke dalam tangkapan orang itu. Jantung aku berdebar kencang, saking takutnya aku bahkan kehilangan kata-kata. Aku jatuh dengan posisi wajah samping aku menempel pada dada bidangnya. Detak jantungnya yang stabil dan kuat terdengar jelas oleh telinga aku. Dug dug, satu detak demi satu detak.

“Tidak luka kan?” Ia membantu aku berdiri sambil mengibas-ngibas salju yang menempel di bahu aku.

Aku mendongakkan kepala dan menatapnya. Ia berpostur sangat tinggi sampai sanggup menutupi segala sudut pandangan aku. Di mata aku yang ada hanya dia. Wajahnya terlihat oranye karena disinari matahari musim dingin, ia terlihat sangat tampan dan gagah.

Secara mengejutkan aku merasa pipi aku memerah.

Saat itu juga kakak laki-laki aku datang mencari aku. Aku baru tahu, orang asing ini ternyata teman sekolah kakak dan sedang bertamu ke rumah kami. Kakak memanggilnya Lee.

Aku mengangkat kucing yang aku bopong ke hadapannya, lalu dengan memelas berkata: “Kakak Lee, kucing ini sangat kasihan, ia tidak punya ibu. Apakah kamu bisa merawatnya?”

Kakak laki-laki aku mengangkat bahu, lalu menjelaskan: “Ibu kami pernah alergi dengan binatang, ia tidak mengizinkan Clarice Lu memelihara apa pun.”

Kakak Lee menundukkan kepala, tatapannya agak putus asa. Aku rasa ia menyesal telah menolong seseorang yang ribet dan merepotkan.

Clarice Lu tiba-tiba merasa kepalanya pening. Ia menutup buku catatan harian itu lalu memijat-mijat jidatnya.

Lee, Lee! Nama ini terus berputar-putar di otaknya. Ia merasa sangat familiar dengan nama ini, tetapi ia sudah lupa dengan orang itu. Semakin keras Clarice Lu mencoba mengingat, semakin pening pula kepalanya. Ia menyerah.

Ia menaruh buku catatan harian itu di bagian laci yang paling dalam. Ia meminum dua tablet obat sakit kepala lalu pergi tidur. Ia akhirnya bisa terlelap juga.

Clarice Lu terbangun pada subuh keesokan harinya. Raut wajahnya kurang sehat. Ia berdiri di depan cermin untuk berdandan. Ia perlu memakai bedak yang agak tebal agar bisa menyamarkan kantung matanya.

Ia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia tidak keburu sarapan, jadi ia langsung bergegas ke kantor.

Ini jam sibuk, jalanan dipenuhi mobil-mobil milik orang yang berangkat kerja. Mobil Clarice Lu terjebak kemacetan hingga nyaris satu jam. Emosinya sungguh terkuras.

Sesampainya di kantor ia memarkir mobilnya di parkir bawah gedung. Ia baru saja selesai memarkir mobilnya ketika sebuah mobil ikut parkir tepat di sebelah mobilnya.

Clarice Lu ingat itu mobil David Luo. Tetapi di mobil itu hanya ada supir, mungkin karena David Luo biasanya selalu minta diturunkan di depan pintu masuk kantor.

"Selamat pagi Direktur Lu," sapa supir dengan penuh hormat.

Clarice Lu mengangguk sopan. Ia kemudian melangkahkan sepatu hak tingginya memasuki lift terdekat.

Lift yang dinaiki Clarice Lu tiba-tiba berhenti di lantai satu. Pintu lift terbuka setelah bunyi "ding dong", dan Clarice Lu secara mengejutkan langsung disambut oleh pemandangan David Luo berangkulan bahu dengan Jasmine Man. Wajah Jasmine Man anggun dan lembab seperti baru saja diterpa angin musim semi.

Clarice Lu mengernyitkan alis dan membuang pandangannya. Ia berpura-pura tidak melihat kedua orang itu.

David Luo terkejut melihat Clarice Lu. Ia langsung mengatakan sesuatu untuk membuat Jasmine Man pergi: "Tolong belikan aku kopi di toko kopi seberang."

Jasmine Man tidak bodoh, ia jelas tahu David Luo tengah berusaha mengusirnya pergi, tetapi ia tetap saja mengiyakan permintaan itu. Ia menatap mata Clarice Lu sejenak, lalu pergi dengan raut terpaksa.

David Luo masuk ke dalam lift dan pintu lift perlahan tertutup. Ruang lift yang kecil membuat Clarice Lu terpaksa berdiri bersebelahan dengan pria itu. Secara fisik mereka memang dekat, tetapi secara hati mereka terpisahkan oleh sebuah samudera yang luas. Mereka sudah memperlakukan satu sama lain seperti ini entah sejak kapan.

Mereka berdua sama sekali tidak bersuara selama lift bergerak naik. Suasana lift sangat mencekam.

Clarice Lu, yang dari awal membuang pandangannya ke sudut lift, tiba-tiba teringat dengan kata-kata yang pernah diucapkan Elsa Mo. Teman baiknya itu pernah bertanya padanya: Kalau suatu hari David Luo menyadari kesalahannya dan kembali mengejarmu apakah kamu akan memaafkannya?

Ia berpikir keras dan makin lama makin merasa pertanyaan ini sangat konyol. David Luo sampai saat ini masih tinggal bersama Jasmine Man. Fisik dan batin pria itu sangat kotor, mengharapkan ia kembali sama saja berharap langit menurunkan hujan warna merah.

Pintu lift terbuka setelah suara "ding dong". Clarice Lu ingin buru-buru keluar lift, tetapi lengannya tiba-tiba ditahan oleh tangan David Luo.

"Clarice Lu......" ujar David Luo dengan ragu. Ia ingin berdamai dengan Clarice Lu, ia merasa perang dingin mereka sudah berlangsung terlalu lama.

Clarice Lu menghentikan langkahnya, ia menunggu kalimat David Luo yang selanjutnya. Tetapi David Luo tidak kembali membuka mulut, dan suara berikutnya di lift itu malah muncul dari dering ponselnya.

Clarice Lu melepaskan tangannya dari cengkraman David Luo. Ia mengangkat telepon sambil berjalan menuju ruang kerja.

Telepon itu berasal dari Elsa Mo. Ia menanyakan kejadian semalam. "Supir aku memberitahu bahwa mobil kalian kemarin rusak di jalan dan CEO Tang membawamu pergi ke apartemennya. Hmm, kata kunci pertamanya tengah malam, dan kata kunci keduanya pria dan wanita yang sama-sama lajang......"

Clarice Lu langsung memotong kalimat Elsa Mo. "Aku tidak tahu supirmu membayangkan apa, tetapi yang jelas aku dan Lewis Tang tidak melakukan apa-apa. aku sangat sibuk, kalau kamu tidak ada urusan lain aku akan langsung matikan telepon ini."

Clarice Lu memasuki ruang kerjanya. Mejanya penuh dengan tumpukan berkas yang belum diurus. Ia menyalakan komputer dan langsung mulai bekerja.

Kehidupannya beberapa saat sesudah hari itu sangat tenteram. Lewis Tang tidak muncul di kehidupannya lagi, dan semua hal yang terjadi malam itu terasa sebatas mimpi belaka.

Sementara itu situasi hubungannya dengan David Luo tidak berubah. Hubungan mereka tidak baik, tetapi juga tidak buruk. Mereka berdua sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sepanjang tiga tahun ini situasi hubungan mereka memang diam di tempat tanpa kemajuan yang berarti.

Belakangan ini satu-satunya urusan yang memusingkan Clarice Lu adalah urusan kontrak Elsa Mo sebagai duta salah satu merek kosmetik. Imej dan aura Elsa Mo sangat sesuai dengan produk merek ini, tetapi ketika kontrak baru dibicarakan setengah perusahaan merek tersebut tiba-tiba menyatakan menginginkan beberapa baliho iklan yang ada di jalan penghubung bandara Kota B dengan pusat kota. Kalau baliho itu gagal diperoleh, negosiasi kontrak akan dibatalkan.

Perusahaan Entertainment HU memiliki satu perusahaan iklan, tetapi perusahaan ini tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi masalah ini. Baliho-baliho itu semua selalu menjadi rebutan beberapa perusahaan besar dan mereka sendiri tidak pernah berhasil memperoleh hak penggunaanya.

Clarice Lu bertanya pada beberapa orang dan kemudian tahu baliho-baliho itu dikelola departemen penataan kota dengan Paul Li sebagai penanggung jawabnya. Jabatan Paul Li tidak tinggi, tetapi kekuasaannya sangat luas. Imej orang ini dalam lingkaran bisnis kurang bagus, kehidupannya dikenal tidak jauh-jauh dari bir, suap, dan seks.

Novel Terkait

Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu