Waiting For Love - Bab 255 Clarice, Kapan Kamu Akan Menikahiku

“Lewis, bisakah kamu serius sedikit?”

“Apakah aku tidak serius?” kata Lewis sambil tersenyum dengan penampilan serius.

Sebagai seorang lelaki tentu saja harus mesum.

Clarice tidak mempedulikannya, Lewis hanya bisa mengganti topik, “Surat saham masih belum semuanya selesai diurus, dekat-dekat ini akan ada pengacara yang akan menghubungimu, kamu hanya perlu menandatangani dokumen yang bersangkutan saja, prosedurnya tidak terlalu rumit.”

Lewis memang sangatlah bermurah hati kepadanya, hanya saja yang diinginkan oleh Clarice bukanlah harta benda seperti ini.

“Lewis, yang aku inginkan bukanlah ini.”

“Iya, aku tahu.” Lewis mengelus pipinya, dia menatapinya dengan lembut, “Bukankah kamu pernah bilang, suami istri harus saling membantu, sama-sama saling mendampingi baik suka maupun duka, kita harus menjalankannya bersama.”

Ketika Clarice mengatakan ini, dia berfokus di saling membantu dalam kesusahan, sedangkan Lewis ingin memberikannya kehidupan yang mewah, ini juga adalah kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki.

“Itu juga harus menunggu setelah kamu menikahiku.” Bantah Clarice.

Panggilan Nyonya Tang memang enak dipanggilnya, namun hukum tidak mengakui hubungan mereka, mereka saat ini hanyalah tinggal bersama saja.

Clarice bangkit dari sofa, dan berjalan kedepan jendela, pemandangan disini luas, gedung tinggi dan jalanan sertan transportasi dan orang-orang dijalanan seolah diinjak dibawah kaki. Berdiri disini bisa membuat orang merasa mengontrol semuanya.

Clarice berdiri dan terdiam disamping jendela, dan tangan Lewis entah kapan melingkar dari belakang badannya dan memeluknya dengan lembut.

Punggungnya menempel di dada Lewis, pelukan yang lembut dan mesra, Clarice tidak menolaknya, malah sangatlah menikmati rasa itu.

“Clarice, kapan kamu akan menikahiku?” Tanya Lewis sambil memeluknya.

Sejak mereka hari pertama mereka bertemu, sudah ada belasan tahun, Lewis benar-benar menunggunya lama sekali, dulu menunggunya untuk tumbuh dewasa, setelah itu menunggu dia kembali, dia tidak ingin waktu mereka sirna didalam penantian.

Clarice mengangkat kepala dan menatapinya, dia sempat tersenyum, “Dimanakah bunga? Cincin berlian? Tidak ada satupun, Tuan Lewis terlalu tidak serius.”

“Apakah masih tidak cukup ada aku?” Kata Lewis dengan lembut, lalu membalikkan badan Clarice, mereka saling bertatapan, bibirnya menciuminya.

Ciuman yang lembut dengan rasa bersatu.

Saat ini, lampu diluar jendela baru saja menyala, sinar-sinar led memancar kedalam ruangan, dan menyinari mereka berdua bersamaan dengan sinar bulan dan memancarkan bayangan mereka dilantai.

Kedua bayangan itu saling memikat seolah tidak akan melepaskan satu sama lainnya.

Clarice merespon ciumannya, sepasang tangannya melingkar dileher Lewis.....nafas mereka berdua sedikit terengah-engah, disaat mereka tidak mempedulikan apa-apa, pintu kantor tiba-tiba didorong oleh seseorang.

“Hmm.” Falcon si penyusup ini juga terkejut dengan adegan didepannya, dia pura-pura batuk karena canggung, lalu berkata kepada Lewis sambil tersenyum, “Aku lihat lampu ruang kantormu menyala, jadi aku datang untuk melihatnya.”

“Sekarang sudah selesai melihat dan kamu boleh pergi.” Muka Lewis sedikit marah, semua orang pasti akan marah ketika hal seperti ini diganggu.

Saat ini, Clarice tengah bersembunyi dalam pelukannya karena malu untuk bertemu dengan orang lain.

Falcon juga mengetahui bahwa dirinya tidak ada gunanya berada disini, dia tentu saja akan pergi, “Maaf telah menggangu kalian berdua, aku akan pergi sekarang, kalian lanjut, teruskan......”

Falcon pergi, tapi ketika pintu ditutup, Lewis dan Clarice juga sudah tidak mempunyai nafsu untuk melanjutkan.

“Ayo, pergi makan.” Kata Lewis.

“Iya.” Clarice menganggukkan kepalanya, pipinya masih terlihat merah. Dia sedikit merapikan roknya, lalu mengambil tasnya dan mengikuti Lewis meninggalkan kantornya.

Dikantor yang besar ini, tetap tidak ada orang sama sekali, terlihat sangatlah kosong dan sunyi, mereka melewati tengah-tengah ruangan kantor, lampu detektor menyala dan padam.

Ketika memasuki lift lagi, yang berada dihadapan mereka adalah sinar lampu yang bahkan lebih terang daripada pagi hari, di sini seolah tidak kenal malam, seolah dikelilngi oleh sinar lampu.

Clarice memegang pegangan lift, dan sedang menikmati pemandangan ini, dan yang lebih disukai oleh Lewis adalah bayangan Clarice yang berada dibalik kaca yang sedang menikmati pemandangan.

“Apa yang ingin kamu makan?” Mobil perlahan keluar dari parkiran, Lewis menanyakannya.

“Bagaimana dengan restoran keluarga itu?” kata Clarice.

Lewis tersenyum, ketika bersamanya, lengkungan di bibirnya selalu terlihat, berbeda sekali dengan direktur Tang yang sangatlah galak dan serius dihari-hari biasanya.

Itu sama seperti kata pepatah bahwa kelembutan lelaki hanya dipertunjukkan kepada wanita kesayangannya saja.

Waktu masih pagi, Clarice tidak begitu lapar, ketika mobil berhenti disamping kali, mereka berdua bergandengan tangan dan berjalan dipinggir kali.

Saat ini, pemandangan dikali sangatlah indah, sinar lampu yang membara sehingga membuat waktu menjadi indah karena sesunyian ini.

Disaat mereka belum putus, mereka juga pernah saling bergandengan tangan dan berjalan dipinggir kali, menunggu matahari terbit di pantai, saling berciuman dibawah sinar lampu malam hari......momen romantis yang dulu diberikan Lewis kepadanya, sekarang dipikir ulang seolah seperti kehidupan lampau.

“Lewis, apakah kamu ingat terakhir kali kita jalan disini?” Clarice menghentikan langkahnya dan menatapi Lewis.

Lewis tersenyum lembut, dia terdiam dan mengerakkan alisnya seolah sedang serius memikirkannya, “Lima setengah tahun yang lalu, sebuah malam diakhir musim panas, ketika selesai makan malam, aku ingin bermesraan tapi kamu tidak mau, dan menyuruhku keluar untuk jalan kesini, hari itu cuaca tidak terlalu baik, bintang-bintang tidak terlihat, kamu memakai sebuah rok berwarna kuning, sangat indah......”

Kata Lewis sambil mengingatnya.

Clarice mengedipkan matanya, dia melongo dan menatapi Lewis, “Lewis, kamu pasti mengarang, bagaimana mungkin kamu bisa mengingat hal yang begitu lama hingga sedetail itu.”

“Ingatanku bagus.” Kata Lewis, sambil berkata, dia merangkul pinggangnya, dan sedikit menariknya, lalu merangkulnya dalam pelukannya, badan mereka berdua saling menempel.

Bibirnya terlihat tersenyum mesra, dia menempelkan bibirnya ke telinga Clarice, “Aku masih ingat malam itu ketika pulang, aku berhubungan denganmu dua kali, kamu berada dalam pelukanku seolah seekor kucing kecil yang lembut.”

“Lewis!” Clarice mendorongnya, dia malu dan marah, dan melotot Lewis.

Lewis tersenyum, dia terlihat senang.

Mereka berdua berjalan dari tepi kali hingga kerestoran, masih saja kamar itu, pemilik restoran masih saja mempersiapkan tempat itu untuknya, menu yang di panggil juga sama, Clarice makan dengan puas.

Selesai makan, barulah mereka menyetir dan pulang ke villa, lampu ruang tamu menyala, Kakak Ipar yue sedang duduk di sofa di ruang tamu dan sedang menonton, ketika melihat mereka pulang, dia bergegas mematikan televisi dan berdiri.

“Tuan dan Nyonya sudah pulang.”

“Iya.” Clarice menganggukkan kepalanya, dan melirik jam antik yang berada disudut ruang tamu, waktu sudah menunjukkan lewat jam 11 malam.

“Dimanakah Dyson?” tanya dia.

“Dyson sudah tidur, dia tidur sekitar pukul 9 malam.” Jawabnya.

“Kamu juga istirahat pagian.” Kata Clarice, lalu naik bersama Lewis, Dom mengerakkan ekornya dan mengikuti Clarice dari belakang, dan berhenti disamping tangga seperti biasanya lalu terbaring dan menatapi mereka naik.

Clarice pergi ke kamar Dyson terlebih dahulu, didalam kamar terdapat sebuah lampu kecil berwarna kuning, Dyson tengah terbaring dikasur, dia tertidur lelap, hanya mengeluarkan muka kecilnya diluar selimut, wajah kecilnya, bulu mata yang panjang dan mulutnya membuat orang sangat menyukainya.

Clarice menunduk disamping kasur, dia menciuminya, dan membenarkan kasurnya, lalu berjalan dengan pelan keluar dari kamar, dan menutup pintu kamar.

Sedangkan Lewis berdiri didepan kamar dan telah mengganti jas nya, dia memakai sebuah baju tidur.

“Dyson sudah tidur.” Kata Clarice kepadanya.

“Hmm.” Dia menjawabnya, lalu melanjutkan, “Kita juga cepat istirahat.”

Clarice terhenti sejenak, dia tidak yakin apakah kata istirahat Lewis mengandung makna lain.

Lewis berbalik dan berjalan kearah kamar, dia melihat Clarice masih berdiri ditempat semula seolah mengetahui pikirannya, dia tersenyum dan berkata, “Besok aku masih harus kekantor, malam ini aku ingin istirahat pagian, jika Nyonya Tang mempunyai permintaan khusus, aku bisa capek sedikit, tapi pasti akan mengabulkannya.”

Clarice melototnya, dan melangkah kembali ke kamar.

Mereka berdua terbaring di kasur, Lewis kelihatannya memang sangatlah lelah, rapat para dewan dipagi hari, menghadapi orang-orang itu, sepertinya memang telah membuatnya letih.

Lewis berbalik dan mematikan lampu disampingnya, Clarice bertanya, “Apakah besok kamu masih akan pergi ke Tang’s Corp?”

“Iya, perusahaan memang sudah bukan milikku, tapi aku juga masih harus menyelesaikan administrasi.” Dirinya dengan David, telah berduel di rapat pemegang saham tadi pagi, besok sepertinya masih saja harus saling beradu.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu